Dokumentasi Foto GKPS Marguru Sesi I dengan topik "Rahasia Pertumbuhan Jemaat GKPS Mula-Mula 1903-1952: Perspektif Spiritualitas dan Zending”. (Foto: Pdt. Fran Purba)

PEMATANG SIANTAR. GKPS.OR.ID. Pimpinan Sinode GKPS (Ephorus) Pdt. Dr. Deddy Fajar Purba pada Senin (10/6/2024) malam membuka dengan resmi rangkaian kegiatan GKPS Marguru. Sebanyak 113 orang peserta mengikuti kegiatan yang berlangsung melalui zoom meeting ini. Sebelum dibuka resmi oleh Ephorus, terlebih dahulu diawali dengan ibadah pembukaan yang dipimpin Pdt. Mey Saragih yang bertugas di Litbang GKPS.

Dalam sambutannya, Ephorus menyampaikan bahwa GKPS Marguru merupakan salah satu program bersama memikirkan GKPS ini di dalam pelayananya. Pdt. Dr. Deddy Fajar Purba pun menyinggung soal kata “marguru”, yang berarti menuntut setiap peserta memiliki kerendahan hati untuk membekali diri demi tanggungjawab bersama dalam rangka memajukan jemaat dan menjadi berkat bagi sesama.

Kepala Litbang GKPS Pdt. Posma Purba yang bertindak sebagai moderator pada malam itu mengajak seluruh peserta agar menjaga ketahanan fisiknya mengikuti pertemuan pertama GKPS Marguru yang direncanakan akan berlangsug selama 1,5 jam. Dan Pdt. Posma berharap melalui pertemuan pertama hingga pertemuan ke tujuh belas nantinya peserta semakin terbekali.

Ditambahkan Pdt. Posma, dari setiap sesi pertemuan, Litbang GKPS akan memilih satu orang dari peserta untuk mendapatkan hadiah berupa satu buah buku berjudul Jejak-Jejak Injil di Simalungun, yang dicetak dalam rangka Peringatan Jubileum 120 Tahun Injil di Simalungun.

Sebagai penanggungjawab kegiatan, Litbang GKPS mengundang Pdt. Dr. Parulihan Sipayung sebagai narasumber. Almuni doktor dari Yonsei University, Korea Selatan ini membawakan materi berjudul “Rahasia Pertumbuhan Jemaat GKPS Mula-Mula 1903-1952: Perspektif Spiritualitas dan Zending”.

Pdt. Dr. Parulihan Sipayung dalam paparannya menyampaikan bahwa GKPS ternyata pernah mengalami pertumbuhan yang pesat pada tahun 1903-1952. Menariknya meskipun pada saat itu GKPS diperhadapkan kepada berbagai macam persoalan seperti terpecahnya kerajaan-kerajaan di Simalungun, soal kemiskinan, kolonial (penjajahan Belanda dan Jepang), cultural colonization, migrasi bahasa Toba untuk memecah Simalungun, serta zending RMG yang kurang mendukung GKPS untuk manjae,  namun GKPS terus bertumbuh dengan komitmen yang kuat dan keberpihakannya (baca: GKPS) kepada orang-orang miskin dan tertindas, serta berupaya untuk terus mengangkat derajat masyarakat pada masa itu. Pertumbuhan pesat GKPS pada masa itu diinisiasi oleh Pdt. J. Wismar Saragih sangatlah kuat.

Kepala Bagian Penelitian Litbang GKPS ini pun membandingkan kondisi GKPS pada masa itu dengan kondisi GKPS sesudahnya dan setelah perayaan Jubileum 120 Tahun Injil di Simalungun. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Litbang GKPS dan melihat kepada rencana strategi GKPS 2020-2025, Pendeta yang menyelesaikan studi magister Yonsei University, Korea Selatan ini menyimpulkan ternyata GKPS sesudah tahun 1952 mengalami perlambatan bahkan tingkat kehadiran bergereja justru masih sekitar 40-50% saja.

Perbandingan tersebut menghantarkan Pdt. Parulihan Sipayung untuk melakukan studi melihat rahasia dibalik pertumbuhan GKPS pada masa itu. Pdt. Parulihan melihat ada beberapa aspek pertumbuhan jemaat dari perspektif Spiritual dan Zending pada tahun 1903- 1952, yang mungkin juga bisa menjadi bahan pemikiran bersama untuk melakukan terobosan-terobosan ke depan demi kemajuan GKPS, yaitu: (1) penghargaan akan Injil; (2) ada teologi parmaluan: mengangkat martabat dan derajat orang Simalungun, kepemimpinan dan kepeloporan gerakan lokal; (3) parguruan dan gerakan zending; (4) spiritualitas parhorja yang kuat.

Khusus rahasia keempat tersebut, Pdt. Parulihan menawarkan agar ke depan GKPS meningkatkan parjumatangan dan juga parguruan keluarga.

Peserta sangat antusias mendengar materi yang disampaikan alumni Pdt. Parulihan. Tawaran yang disampaikan alumni sarjana theologia STT Abdi Sabda ini berupa ibadah keluarga, peningkatan parjumatanganan, rumah rohani, pun mendapat respon positif dari para peserta. Bahkan sebagian dari peserta mengusulkan agar hal itu diprogramkan GKPS untuk menjadi program turunan di tengah-tengah jemaat, baik itu dalam bentuk rencana strategi GKPS maupun modul-modul pembelajaran, sehingga Majelis terbekali. Peserta pun berharap output program tersebut nantinya akan meningkatkan spiritualitas parhorja dan setiap parhorja akan meninggalkan keteladan yang baik di tengah-tengah jemaat.

Di sesi penutupan, Bapak Hendra Wijaya Purba, S.Kep.Ns menjadi peserta yang beruntung untuk mendapatkan satu buah buku Jejak-Jejak Injil di Simalungun.

Sebelum berfoto bersama, Pdt. Posma Purba menyampaikan informasi terkait pertemuan sesi kedua GKPS Marguru yang akan dilaksanakan pada 17 Juni 2024, dengan narasumber Pdt. Jaharianson Saragih, M.Sc, Ph.D. (bgs/hks)

 

Pewarta: Pdt. Fran Wilson Purba (Pendeta di Litbang GKPS)