Renungan Mingguan/PA Seksi Namaposo GKPS, 07 Juli 2024 (6 Set. Trinitatis)

Nas: Lukas 12:13-21

Usul Doding: Haleluya No. 115:1+4

Tema: Berjaga-jaga dan Waspadalah Terhadap Ketamakan

Tujuan: Agar Namaposo bijak dalam mengelola hidup

 

Jangan Tamak, Harta itu adalah Titipan Allah

Tim Penulis

Saudara yang terkasih, tahukah kita bahwa salah satu karakter manusia di dunia ini adalah karakter yang “tidak pernah puas” dengan apa yang dimilikinya. Mengapa demikian? Karena manusia memiliki sifat ingin tahu, ingin berkembang, dan ingin mencapai sesuatu yang lebih baik. Sifat ini mendorong manusia untuk terus mencari dan mencapai hal-hal baru, lalu manusia cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain dan ini dapat menyebabkan rasa tidak puas. Ketika melihat orang lain memiliki lebih banyak harta benda, kesuksesan, atau kebahagiaan, manusia mungkin merasa iri dan menginginkan hal yang sama. Ketika manusia mendapatkan sesuatu yang baru, mereka akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan. Namun, seiring waktu, kebahagiaan dan kepuasan ini akan berkurang dan manusia akan kembali merasa tidak puas inilah menjadi alasan manusia tidak mudah merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki. Biasanya hal demikianlah yang membuat manusia itu jatuh ke dalam dosa keinginan daging, menginginkan milik orang lain, berbohong, mencuri, serakah atau pun jatuh ke dalam dosa ketamakan. Di mana ketamakan adalah sifat atau perilaku yang ditandai oleh keinginan yang berlebihan untuk memiliki lebih banyak, terutama dalam hal harta, kekayaan, atau kekuasaan. Orang yang tamak selalu ingin mendapatkan lebih banyak lagi tanpa batas, tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau keinginan orang lain. Sifat inilah penyebab kurangnya kepuasan terhadap apa yang sudah dimiliki dan terus-menerus mencari keuntungan pribadi dan merugikan orang lain.

Pemuda Kristen yang dikasih Tuhan, oleh sebab itu apa yang mau Tuhan sampaikan kepada kita lewat khotbah ini? Melalui Yesus memperingatkan para murid-Nya tentang bahaya ketamakan. Ia berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Lalu Yesus kemudian menceritakan perumpamaan tentang seorang kaya raya yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Orang kaya ini berpikir bahwa ia akan hidup bahagia selamanya dengan kekayaannya. Namun, pada malam itu juga, ia mati dan hartanya pun hilang. Sesungguhnya la tidak kaya di hadapan Allah atau: “Allah tidak menganggapnya kaya atau dapat diungkapkan secara berlawanan “miskin di hadapan Allah”. Perumpamaan ini mengajarkan kepada kita bahwa kekayaan bukanlah jaminan kebahagiaan. Hidup kita tidak tergantung pada kekayaan kita, tetapi pada hubungan kita dengan Tuhan. Khotbah ini memiliki relevansi yang besar bagi kita hari ini. Ketamakan adalah salah satu dosa yang paling umum di dunia ini. Kita semua harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam dosa ketamakan. Murid-murid Yesus diajak untuk takut kepada Allah hingga mereka bebas dari segala ketakutan kepada manusia, mereka didorong untuk mencari Kerajaan Allah hingga dalam hidup mereka tidak diutamakan soal-soal makanan, pakaian dan harta.

Saudara yang terkasih apa yang dimaksud dalam Ayat 13-15?. Sama seperti dalam agama Islam peraturan-peraturan Yahudi mengenai hukum warisan (faraid) adalah termasuk hukum agama, yang berlandaskan Kitab Suci (bd. Ul. 21:15-17 dan Bil. 27:8-11). Sebab itu orang meminta pertolongan ahli-ahli Taurat apabila ada terjadi perselisihan tentang warisan. Ternyata bahwa rakyat juga menganggap Yesus sebagai guru atau “kiai” yang berwibawa. Dalam teks ini ada seorang yang mengeluh tentang sikap abangnya, yang tidak mau membagi warisan itu atau tidak mau membaginya sedemikian rupa hingga adiknya tidak setuju dengan pembagian itu. Kita boleh menganggap bahwa pertanyaan orang itu tidak timbul dari kemiskinan, tetapi bahwa kedua-duanya adalah orang-orang berada. Dengan perkataan yang agak pedas Yesus menolak mencampuri perkara itu (bd. Luk. 12:14) Mengapa? Kita tidak usah menganggap bahwa Yesus membenarkan si abang; dan juga buka soal tidak mau memperhatikan soal-soal jasmani, apalagi bahwa la tidak mempedulikan keadilan dan kejahatan! Tetapi Yesus maklum bahwa perkara antara kedua saudara itu adalah timbul dari keberadaan dua orang kaya dan perkara itu menjadi sebab untuk mengarahkan perhatian para pendengar-Nya kepada sesuatu yang jauh lebih penting daripada soal warisan semacam itu.

Namaposo Kristen yang terkasih, memiliki kelimpahan harta tidak memberi kuasa apa pun atas hidup dan tidak menjamin sama-sekali amannya hidup seseorang, apa yang pada umumnya berlaku untuk segala milik kepunyaan, berlaku khususnya untuk hidup: menurut anggapan Alkitab, hidup bukanlah milik kepunyaan, tetapi sesuatu yang diberikan Allah kepada manusia sebagai pinjaman atau titipan! Kemudian Yesus membuat sebuah perumpamaan (ay. 16-21), perumpamaan ini tidaklah tentang seorang miskin yang menjadi kaya, tetapi tentang seseorang yang sudah kaya. Kita boleh membayangkan seorang tuan tanah. Lalu orang itu mendapat hasil panen yang sedemikian besarnya, hingga ia tidak mempunyai tempat lagi untuk menyimpannya Jadi ia memutuskan pada suatu hari untuk mengganti gudangnya/lumbungnya dengan yang baru yang lebih besar. Apakah sebenarnya salahnya? Sebuah peribahasa orang Romawi berbunyi: “Uang/harta adalah sebagai air laut: makin diminum, makin haus orang.” Dalam hal ini rupanya orang itu hanya mengingat kepada dirinya sendiri, bahwa ia mengira telah mencapai tujuan hidupnya dan merasa “safe/aman”, sehingga ia sekarang dapat menikmati kekayaannya, tanpa kekuatiran apa-apa dan bahwa ia sama-sekali tidak memikirkan tentang soal- soal yang lebih dalam, malahan tidak menghiraukan adanya Allah. Sebab itu betul-betullah ia seseorang yang bodoh dan bebal dengan jawabannya kepada Yesus. Tetapi pada malam hari itu ia mendengar (barangkali dalam mimpinya) suara Allah yang berkata kepadanya: “Pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, artinya, sekarang engkau harus mengembalikan hidup yang engkau dapat sebagai pinjaman kepada Allah.

Hidup kita berasal dari Allah yang kita pakaikan selama di dunia untuk melakukan kehendak Allah dan untuk mengumpulkan harta sorgawi bukan harta duniawi dengan ketamakan kita. Apa yang dicela oleh Yesus dalam kesimpulan jawaban Yesus ialah orang itu mengumpulkan harta “bagi dirinya sendiri”, artinya ia hidup seakan-akan semuanya itu adalah sungguh-sungguh milik-kepunyaannya sendiri yang ada dalam kuasanya sendiri, tanpa menyadari bahwa semuanya yang “dimilikinya” adalah betul-betul milik kepunyaan Allah yang telah ia peroleh sebagai pinjaman untuk sementara waktu. Seharusnya dia menyadari bahwa dirinya kaya di hadapan Allah itu karena kuasa Allah yang memberkatinya, ia harus bersyukur kepada Allah karena kewargaan kerajaan-Nya yang telah dikaruniakan kepadanya dan selanjutnya bersyukur karena segala sesuatu yang masih diperolehnya sebagai tambahan (bd.31). Sikap hidup yang timbul dari kepercayaan itu digambarkan dalam bagian yang berikut. Kita perlu mendoakan diri kita di hadapan Allah supaya kita dapat tetap tinggal di dalam Dia dan dipenuhi dengan kekayaan-Nya, dipenuhi dengan Roh sehingga kita dapat menempuh suatu kehidupan di dalam standar moralitas yang tertinggi untuk menikmati dan berbagi bagi sesama.

Saudara yang terkasih kita adalah pemuda Kristen atau namaposo GKPS yang masih memiliki masa depan yang panjang yang harus kita perjuangkan dalam hidup ini, marilah berkarya lebih jauh dan menjadi penolong bagi keluarga kita jangan mengingini yang tidak harusnya milik kita namun kita harus bersikap adil dan menjauhi ketamakan, mengapa? Ada beberapa alasan mengapa kita harus menghindari ketamakan. Pertama, ketamakan dapat membuat kita menjadi tidak puas. Ketika kita memiliki lebih banyak, kita selalu menginginkan lebih. Hal ini dapat menyebabkan kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki. Kedua, ketamakan dapat membuat kita menjadi egois. Ketika kita fokus pada mengumpulkan kekayaan, kita menjadi tidak peduli dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan kita menjadi orang yang tidak murah hati dan tidak peduli dengan sesama. Ketiga, ketamakan dapat membuat kita menjadi tidak percaya kepada Tuhan. Ketika kita mengandalkan kekayaan untuk kebahagiaan kita, kita menjadi lupa bahwa Tuhanlah yang memberikan segalanya kepada kita. Sebab harta yang di dunia ini hanyalah titipan Allah yang boleh kita bagikan kepada sesama dan kita pergunakan untuk kemuliaan Allah.

Inilah yang harus dipegang oleh kita Namaposo GKPS hingga pada saat ini, masa muda yang penuh dengan rasa keingitahuan yang tinggi akan ilmu, pengetahuan, kekayaan, dan kehormatan atau dapat dikatakan bahwa masa muda adalah masa penuh semangat dan ambisi. Tak jarang, ambisi ini tergelincir menjadi ketamakan, keinginan berlebihan untuk memiliki harta, tahta, dan kuasa. Hingga memaksakan diri sendiri mengikuti kemauan diri sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain maka ini juga bagian dari ketamakan. Ketika kita sudah memiliki sagala sesuatu yang besar namun kita menginginkan yang lebih besar tentu ini bukanlah karakter yang baik, namun ini tamak dan serakah yang akan menyebabkan dosa yang besar bagi kita. Ketamakan ini tentunya memiliki dampak yaitu menjauhkan diri dari Allah,  merusak hubungan dengan Allah dan sesama, dan membuat kekecewaan. Salah satu contoh tokoh yang tamak dalam Alkitab adalah Akan, seorang pria dalam kisah Perjanjian Lama. Kisah Akan terdapat dalam Kitab Yosua pasal 7. Dalam kisah ini, Yosua dan bangsa Israel baru saja meraih kemenangan besar di kota Yerikho. Allah memberi instruksi kepada mereka untuk tidak merampas barang-barang yang dijarah dari kota tersebut. Namun, Akan melanggar perintah tersebut dengan merampas dan menyembunyikan barang-barang yang diharamkan. Ia menyembunyikan sejumlah perak dan sepotong pakaian di dalam kemahnya. Ketika bangsa Israel berusaha menaklukkan kota Ai, mereka mengalami kekalahan yang memalukan. Yosua sangat terkejut dan bersedih karena kekalahan tersebut dan itu berlatarbelakangkan dosa oleh Akan. Tentu dampak dari ketamakan itu adalah malapetaka bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Demikian dalam khotbah kita hari ini berawal dari pertanyaan seseorang kepada Yesus, tentang meminta harta dari saudaranya hingga menunjukkan dan memperkenalkan siapa ia sesungguhnya di hadapan Tuhan yang jatuh ke dalam dosa ketamakan dan keserakahan yang berdampak tidak baik baginya. Maka kita sebagai pemuda Kristen, kita diajak untuk melawan godaan ketamakan dan hidup dalam nilai-nilai Kristiani. Masa muda ambillah yang menjadi bagian dan ambillah yang menjadi hakmu dan jauhilah sikap serakah dan ketamakan untuk egosentris karena ini akan mempengaruhi hubungan kita dengan lingkungan yang tidak menyamankan mereka bersama kita karena kita memiliki karakter yang tidak baik khususnya karena ketamakan ini, ingatlah bahwa harta hanyalah titipan Allah. Amin.