Renungan Mingguan/PA Namaposo GKPS, Minggu, 21 Juli 2024 (VIII Set. Trinitatis)

Nas: Kolose 3: 1-11

Usul Doding: Haleluya No. 333:1-2

Tema: Pikirkanlah Perkara yang di Atas

Tujuan: Agar Namaposo Mengetahui dan Menghidupi Perkara-perkara Sorgawi

 

Jadilah Namaposo Sorgawi

Tim Penulis

Saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus, apa kabar namaposo? Harapannya tetap dalam lindungan Tuhan. Saudara yang terkasih, tahukah kita bahwa ada satu pengalaman dari seorang pembalap mobil legendaris Bobby Unser menghadapi “perlombaan” terberat dalam hidupnya dan ia bisa memenangkannya. Beliau bersama temannya Robert Gayton, sedang mengendarai kereta salju di New Mexico saat kereta itu berhenti berfungsi. Tumpukan salju setinggi dada, dengan suhu di bawah nol derajat, dan angin berkekuatan 112 km/jam menghambat upaya mereka menemukan tempat berlindung. Mereka bahkan harus menginap semalam dalam gua salju buatan sendiri. Pada malam berikutnya, barulah mereka menemukan pondok yang memiliki pemanas dan telepon. Setelah pertolongan tiba, Unser berkata, “Setiap keputusan yang kita buat haruslah tepat.” Ia dan temannya mengalami perjuangan yang menakutkan karena hal-hal yang tak dapat mereka kontrol, dalam setiap usaha untuk bertahan hidup. Kemudian kisah dalam film Gladiator, Jenderal Maximus Decimus Meridius berusaha mengobarkan semangat pasukan berkudanya agar bertarung dengan baik dalam pertempuran melawan orang-orang Germania yang akan segera berlangsung. Ia berpidato di depan pasukannya dan menantang mereka untuk memberikan yang terbaik. Ia melontarkan pernyataan yang mendalam, “Yang kita lakukan dalam hidup ini berlanjut pada kekekalan atau berlanjut kepada penghakiman.” Kata-kata pemimpin militer dalam cerita itu mengandung konsep kuat yang memiliki arti khusus bagi orang-orang yang percaya kepada Kristus.

Sebagai namaposo Kristen, kita sedang hidup dalam dunia yang kejam bagi kehidupan rohani kita. Setiap hari kita harus bertarung melawan kekuatan-kekuatan yang dapat menghancurkan kita. Sebagian bersifat internal, seperti keangkuhan dan keinginan-keinginan kita yang egois. Sebagian lagi merupakan kekuatan eksternal, seperti pengaruh media yang merusak, kenalan-kenalan yang tidak mendukung iman kita, tekanan hidup, dan pengaruh-pengaruh lingkungan/dunia yang membawa kita berdosa. Keputusan salah yang kita ambil saat menghadapi semua “badai” ini dapat membawa kita kepada kehancuran. Maka Kitab Kolose hadir kepada kita untuk memberi wejangan lewat renungan Firman Tuhan hari ini. Kitab Kolose ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, sebuah kota di Frigia, Asia Kecil. Jemaat Kolose sedang menghadapi ajaran sesat yang menekankan hal-hal duniawi, seperti ajaran tentang pentingnya aturan-aturan agama dan kesucian lahiriah. Dalam nats kita ini, Paulus mengingatkan jemaat Kolose bahwa mereka telah dibangkitkan bersama dengan Kristus dan hidup mereka sekarang ahli waris sorga. Oleh karena itu, mereka harus mengarahkan hati dan pikiran mereka kepada hal-hal yang ada di sorga, bukan kepada hal-hal yang ada di bumi. Paulus menasihati jemaat Kolose untuk mematikan dosa-dosa mereka dan hidup di dalam Kristus. Ia menyebutkan beberapa dosa yang harus dimatikan, seperti kemarahan, murka, iri hati, kesombongan, dan perbuatan cabul.

Paulus menyampaikan Firman ini kepada jemaat Kolose dengan maksud agar jemaat Kolose harus hidup baru yaitu mengarahkan pikirannya kepada hal-hal yang ada di atas. la tidak lagi memperhatikan hal-hal yang rendah dan yang sementara di bumi ini, ia harus sama sekali terarah kepada kebenaran-kebenaran kekal surgawi. Paulus tidak menghimbau bahwa orang Kristen harus menarik diri dari segala macam pekerjaan, kegiatan dunia, dan tidak melakukan hal lain kecuali merenung-renungkan hal yang kekal. Ia ingin agar orang Kristen melanjutkan pekerjaannya di dalam dunia ini dan mempertahankan hubungannya dengan Tuhan. Namun, sekarang ada perbedaan, mulai saat ini orang Kristen khususnya namaposo akan memandang segala sesuatu dengan latar belakang kekekalan/hal sorgawi dan tidak lagi menjalani hidupnya seolah-olah hanya dunia ini yang terpenting baginya. Menjalani hidup dengan memikirkan tentang sorgawi jelaslah akan memberi suatu nilai-nilai yang baru. Hal-hal yang dipandang penting oleh dunia, tidak lagi dihiraukan oleh orang yang memikirkan sorgawi. Ambisi-ambisi yang menguasai dunia juga tidak lagi mampu menjamahnya. la memang akan tetap menggunakan hal-hal yang ada di dalam dunia, namun ia akan memakainya dengan cara yang baru. Contohnya, ia menilai bahwa memberi lebih penting daripada menerima, melayani lebih penting daripada memerintah, mengampuni lebih penting daripada membalas dendam. Tolak ukur pemuda Kristen bukan lagi berasal darı manusia, melainkan dari Allah.

Sebagai Namaposo GKPS, kita harus mengarahkan hati dan pikiran kita kepada hal-hal yang ada di atas dan bukan kepada hal-hal dari dunia ini. Kita harus menilai segala sesuatu dalam terang salib dan dalam terang kasih yang memberi diri kita bagi Allah. Di dalam terang salib itu dunia dengan semua hartanya, ambisinya, dan kegiatannya dipandang menurut nilainya yang sesungguhnya namun orang Kristen dimampukan untuk mengarahkan seluruh hatinya kepada hal-hal yang ada di atas.  Paulus berkata bahwa ada hal-hal tertentu yang harus dibuang oleh umat Kolose, dengan istilah ‘menanggalkan pakaian’. Ketika orang Kristen dibaptiskan, ia menanggalkan pakaiannya ketika masuk ke dalam air dan ketika ia keluar darı air ia mengenakan jubah baru yang putih bersih. Ia menanggalkan kehidupan yang lalu atau kehidupan lama dan mengenakan yang baru. Dalam perikop ini Paulus berbicara tentang hal-hal yang harus ditanggalkan orang Kristen dan melanjutkannya dengan gambaran dan berbicara tentang hal-hal yang harus dikenakan. Sebagai namaposo Kristen, kita harus memadamkan perasaan marah dan geram (orge dan thumos). Thumos adalah luapan suatu kemarahan yang tiba-tiba, yang mudah sekali meledak dan mudah pula padam seperti halnya api yang melahap jerami kering yang dengan cepat menyala dan cepat pula padam sendiri. Sedangkan Orge adalah kemarahan yang telah berakar dan kemarahan yang berlangsung lama, diam-diam, tetapi pasti yang menolak didamaikan dan membiarkan api kemarahannya membara.

Bagi pemuda Kristen, ledakan kemarahan maupun kemarahan yang berupa kegeraman yang berlangsung lama sama-sama dilarang. Ada pula kejahatan (kakia) yaitu pikiran jahat yang melahirkan kejahatan-kejahatan pribadi. Ini adalah kejahatan yang menjalar ke mana-mana maka pemuda Kristen harus menanggalkan kejahatan itu seperti fitnah dan kata-kata kotor karena kita tidak boleh saling mendustai. Ucapan pemuda Kristen harus baik. Semua ucapan yang memfitnah dan yang jahat dilarang, kita harus berpikir jernih apa tujuan dari apa yang kita sampaikan: “Apakah itu benar? Apakah itu perlu? Apakah itu baik? Ucapan pemuda Kristen harus murni. Zaman milenial ini para pemuda di luar sana banyak yang tidak menjaga bicaranya lagi dengan berbahasa kotor. Paling menyedihkan, begitu banyak orang yang demikian terbiasa dengan ucapan yang jorok sehingga mereka tidak sadar bahwa mereka sedang mengucapkannya. Pemuda Kristen tidak boleh lupa bahwa ia harus mempertanggungjawabkan setiap ucapan sia-sia yang keluar dari mulutnya; Ucapan pemuda Kristen harus benar. Seorang yang bernama Dr. Johnson mengatakan bahwa  “Ada jauh lebih banyak kebohongan diucapkan dengan tidak sadar daripada secara sadar dan sengaja.” Sungguh mudah untuk memutarbalikkan kebenaran, suatu perubahan dalam nada ucapan atau suatu tatapan yang menggugah perasaan dapat melakukannya, dan ada juga kebungkaman yang palsu dan menyesatkan sama seperti kata-kata. Ucapan namaposo Kristen haruslah baik dan murni dan jujur kepada semua orang dan di segala tempat.

Ketika kita menjadi namaposo Kristen, harus terjadi suatu perubahan total dalam kepribadian kita. Kita menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Paulus mengatakan dalam renungan ini bahwa salah satu dampak kekristenan yang besar yaitu menghancurkan tembok-tembok pemisah. Di dalam kekristenan, tidak ada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang yang bersunat atau yang tidak bersunat orang barbar, orang Skit, budak, atau orang merdeka. Dunia kuno penuh dengan tembok pemisah Orang Yunani memandang rendah orang barbar, bagi orang Yunani manapun yang tidak dapat berbahasa Yunani adalah orang barbar yang secara harfiah artinya seseorang yang berkata “bar-bar” Orang Yunani termasuk golongan bangsawan dunia kuno. Orang Yahudi memandang rendah setiap bangsa lain karena orang Yahudi adalah umat pilihan Allah, Orang Skit terkenal sebagai orang barbar yang paling rendah, begitulah orang Yunanı menyebutnya, sedikit lebih rendah daripada seekor binatang buas. Orang Skit dikiaskan sebagai orang biadab yang melakukan teror terhadap dunia dengan kekejamannya yang seperti binatang. Kemudian budak menurut hukum kuno samasekali tidak dianggap manusia, lebih berupa alat yang hidup, sama sekali tanpa hak. Tuannya dapat mencampakkan atau memberi cap padanya atau memenggal tubuhnya, bahkan membunuhnya menurut kemauan hatinya, budak bahkan tak punya hak untuk kawin. Dalam dunia kuno tidak mungkin ada hubungan persekutuan antara seorang budak dan seorang merdeka.

Namun, di dalam Kristus semua tembok pemisah itu telah dirobohkan. Inilah yang diharapkan kepada kita sebagai manusia baru yang sudah menanggalkan kejahatan-kejahatan dan kita dipakai Tuhan sebagai namposo untuk menjadi alat mewartakan Injil kebenaran agar semua orang di dunia merasakan kasih Allah dan memberikan hidupnya untuk dibaharui maka tugas kita adalah:

  • Kita sebagai pemuda Kristen harus merobohkan tembok pemisah yang berasal dari kelahiran dan kebangsaan. Bangsa-bangsa yang berbeda, yang saling merendahkan atau membenci, telah ditarik masuk ke dalam satu keluarga Gereja Kristen atau kita dalam nama Kategorial Seksi Namaposo GKPS atau juga kita berkelompok dengan orang lain dalam sebuah kumpulan/organisasi yang kadangkala bisa saja ingin saling menerkam, duduk dengan damai saling berdampingan di Meja Perjamuan Tuhan. Kita harus merobohkan tembok pemisah yang berasal dari peraturan ibadah dan upacara. Orang yang bersunat dan yang tidak bersunat sama-sama ditarik masuk ke dalam satu persekutuan. Bagi orang Yahudi, seorang bangsa lain adalah najis, ketika kita adalah namaposo Kristen, seorang dari bangsa mana saja adalah saudara kita.
  • Namaposo Kristen harus merobohkan tembok pemisah di antara mereka yang berbudaya dan mereka yang tidak berbudaya atau karena kita namaposo yang kerap sekali merantau untuk mencapai cita-cita bahkan untuk memperbaiki kehidupan kita maka kita sering bertemu dengan orang yang berbeda dengan budaya kita ataupun agama maka tugas kitalah yang merobohkan tembok pemisah yang kita ciptakan maupun yang mereka ciptakan sehingga mereka juga merasakan kasih Allah di dalam kepelbagaian dan kebersamaan dalam kita.
  • Namaposo Kristen harus merobohkan tembok pemisah di antara kelas-kelas bawah dan kelas atas yang masuk bersama-sama ke dalam Gereja. Bisa dikatakan dalam gereja sering terjadi stratifikasi sosial merasa mampu dan tidak mampu dari segi ekonomi. Maka sebagai generasi muda kita harus menyuarakan dan menjalankan bahwa semuanya kita sama di hadapan Allah.
  • Namaposo Kristen, tahukah kita bahwa di dunia bukanlah hidup yang kekal, namun hidup di dunia ini adalah hidup yang sementara, maka Firman Tuhan ini mengarahkan kepada kita namaposo GKPS bahwa akhir dari segala sesuatu yang kita kerjakan memiliki konsekuensi. Berfokuslah kepada Tuhan yaitu menjadi Namaposo Sorgawi yang memikirkan tentang surga. Maka lewat renungan ini kita akan bisa melakukan semua tugas dan tanggung jawab di dunia ini sesuai dengan kehendak Allah. Pikirkanlah senantiasa tentang perkara yang di atas dan ketika kita berpusat kepada Allah maka kehidupan kita adalah kehidupan yang kekal dalam Allah. Amin.