1. Doding: Haleluya No. 337:1-2
Hu sombah Ham Tuhan, tangihon au!
Sai uhur-Mu Tuhan pasaud Ham.
Sai lambin tambah ma holong-Ku hu Bamu.
Sai tambah ma holong Bamu.

Sanggah na kahou au, daoh hun Bamu.
Sai ipindahi Ham, jumpah Ham au.
Halani in holong do, uhurhon Bamu.
Sai tambah ma holong Bamu.

 

2. Tonggo

 

3. Ayat harian: Lahoan ni Apostel 3:8
“Mintor ijongjongkon ma lanjar mardalan, masuk ma ia rap pakon sidea hu rumah panumbahan ai mangentes-entes anjaha mirjak-irjak lanjar mamuji Naibata.”

“Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah.”

 

4. Renungan
Jemaat Tuhan,
ada berbagai cara yang dilakukan seseorang untuk menerjemahkan hatinya dan diperlihatkan melalui ekspresi tubuh, seperti: mata, mulut, kaki, atau tangan. Seseorang yang mengalami rasa sedih, maka ia akan menerjemahkan kesedihannya itu dengan memperlihatkan wajah sendu, atau bahkan air mata yang keluar dari bola matanya. Seseorang yang bahagia atau gembira karena mendapatkan yang di dalam hatinya mengekspresikan dengan cara berteriak, tertawa, atau bahkan histeris, dengan bola mata yang berbinar-binar, sehingga siapapun yang melihatnya akan memahami bahwa orang tersebut sedang bahagia. Dengan demikian, ekspresi atau bahasa tubuh bisa menjadi perwakilan hati dan perasaan yang sedang dihadapi oleh seseorang.

Jemaat Tuhan,
agaknya ini juga yang dialami oleh seorang pengemis yang berada di teras Rumah Allah yang bernama Gerbang Indah. Sebagai seseorang yang tidak dapat berjalan sejak lahir, maka sang pengemis hanya berharap belas kasih dari setiap orang yang datang ke Rumah Allah tersebut. Ia berharap agar mereka dapat menyisihkan apa yang ada pada mereka, sehingga itu dapat dipakai oleh pengemis lumpuh itu untuk menopang hidupnya. Saat Petrus dan Yohanes datang ke Rumah Allah tersebut, sang pengemis juga berharap kepada Petrus dan Yohanes agar memberi sesuatu kepadanya, seperti yang dilakukan oleh orang banyak. Tetapi hal itu tidak didapatkan oleh pengemis tersebut, karena sejatinya ia mendapatkan yang lebih berharga dari uang, emas, dan perak. Kehadiran Petrus dan Yohanes justru memberikan kebutuhan yang mendasar bagi si pengemis. Karena Petrus dan Yohanes atas kuasa Yesus Kristus memberikan kesembuhan kepadanya, sehingga pengemis tersebut dapat berjalan. Kuasa Yesus yang menyembuhkan dan mengubahkan serta Petrus dan Yohanes menjadi alat bagi Yesus untuk memberikan kesembuhan tersebut. Melalui kuasa Yesus, kebutuhan terpenuhi, hal itu direspons dengan ekspresi dan bahasa tubuh ketika orang yang lumpuh tersebut melonjak, berdiri, melompat dan memuji Tuhan. Keluaran dari kesembuhan yang diberikan Yesus kepadanya mendorongnya untuk memperlihatkan sukacitanya dengan memuji Tuhan. Karena ternyata hal yang paling dibutuhkan bukanlah uang, tetapi kesembuhan, dan hal itu hanya didapat dari kuasa Tuhan Yesus semata.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
ketika sang pengemis memperlihatkan kepulihan dan antusiasnya memuji Tuhan, maka ini juga digerakkan oleh rasa syukur atas pencapaian kesembuhan dari Tuhan Yesus. Tentu kita juga sudah memiliki pengalaman spiritualitas seperti yang dialami oleh pengemis tersebut. Bahwa kehadiran Tuhan Yesus menjawab kebutuhan mendasar bagi kita. Lalu dengan pengalaman yang seperti itu, apa yang telah kita lakukan sebagai ekspresi sukacita dan juga syukur kita kepada Tuhan? Sangat diharapkan ekspresi itu diwujudnyatakan dengan antusias hidup yang memuji Tuhan dalan kehidupan kita, sehingga hidup kita menjadi hidup yang memuji dan berterima kasih atas perbuatan Tuhan yang ajaib dalam kehidupan kita. Amin.

 

5. Doding: Haleluya No. 5:1+6
Hu puji holong ni atei-Mu, o Tuhan Jesus Rajangkin.
Bamu huondoskon tonduyhu, ai do na pinindoMu in.
Hu halupahon ma diringku mamingkir holong ni atei-Mu.

O Jesus, goran-Mu uhirhon, bagas, torang bai uhurhon;
Ase tarsurat i lobeihu holong ni atei-Mu tongtong;
Hatangku ampa parlahouhu, ningon ipuji do goran-Mu.

 

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

 

Departemen Persekutuan GKPS