Bahan Renungan Mingguan/PA Namaposo GKPS

Minggu           : 11 Agustus 2024 (XI Set. Trinitatis)

Nas                  :  Yesaya 61:1-3

Usul Doding   : Haleluya no. 381:1-2

Tema               : Menyampaikan Kabar Baik dan Tahun Rahmat Tuhan

Tujuan            : Agar Namaposo memberi diri untuk belajar dan mau menyampaikan kabar baik

 

Ku Diutus Melakukan dan Memberitakan Kabar Baik

Oleh: Tim Penulis

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus, bagaimanakah kabar kita hari ini? Saya berharap kita semua dalam keadaan yang sehat dan bersuka cita. Kendatipun ada di antara kita yang tidak dalam kondisi sehat dan sedang tidak bersuka cita, saya berharap saudara/i segera mendapat kesembuhan dan beroleh suka cita dari Tuhan. Amin. Mengawali renungan ini dengan bertanya kabar dan suasana hati adalah bentuk ajakan saya untuk kita semua dapat mengenali diri kita sendiri, begitu juga untuk mengetahui keadaan dari yang lain. Pengenalan akan diri sendiri itu terkait apa yang kita rasakan, bagaimana kondisi kita, dan hal-hal apa saja yang ‘mengganggu’ hati dan perasaan kita, tetapi lebih lanjut dari itu pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita dalam menjalani situasi itu? Bagaimana sikap kita terhadap orang yang mengalami sakit, sedih hati, dan yang sedang menghadapi pergumulan?

Saya hendak mengajak kita semua untuk merenungkan secara pribadi tentang pengenalan diri dalam hal kondisi hidup yang sedang kita alami dan juga pengenalan tentang jati diri kita sebagai seorang Kristen. Apakah dasarnya kita disebut sebagai seorang Kristen? Apakah kita hanya menjadi ‘pewaris’ agama dari kedua orang tua kita? dan apakah kita bangga dan bersyukur menjadi seorang Kristen? Kita, namaposo GKPS, adalah penerus Kekristenan dan GKPS, dalam ajaran Kristen kita diajarkan untuk menyebarkan kasih, memberi pengampunan terhadap orang yang berbuat salah, dan melakukan perbuatan baik dalam laku hidup sehari-hari. Hal ini terus diajarkan dan dipulihkan bagi kita semua melalui ibadah di gereja dan persekutuan-persekutuan lainnya. Semua ajaran ini tentu tidak hanya di dalam agama Kristen saja, bahkan semua agama di dunia ini mengajarkan untuk melakukan perbuatan baik dan kasih. Lebih dalam daripada itu kita menjadi seorang Kristen adalah karena Baptisan yang kita terima, sehingga kita menjadi bagian dalam persekutuan Allah Trinitas. Keimanan terhadap penebusan dari Kristus, melalui kasih Bapa yang menganugerahkan pengampunan dan keselamatan adalah dasar pengertian dan iman kita menjadi seorang Kristen. Teladan hidup seorang Kristen tentunya adalah Yesus Kristus dan kita dikuat-mampukan oleh Roh Kudus.

Oleh sebab itu saudara/i, melalui anugerah pengampunan-keselamatan itu kita dihimpun dan diutus melakukan perbuatan baik, menyebarkan kasih, menjadi utusan Allah mengikut jejak Kristus dalam perjalanan hidup kita. Keikutsertaan kita dalam persekutuan iman ini adalah cara kita untuk melayani Allah sebagai ungkapan syukur atas kasih yang telah kita terima. Begitu jugalah yang dipahami dan diimani oleh nabi Yesaya dalam nas renungan kita hari ini. Di pembuka nas pertama dia meyakini bahwa Roh Tuhan Allah ada pada dirinya dan telah mengurapinya. Pernyataan ini dapat diartikan sebagai legitimasi yang dimiliki oleh Yesaya dan kebanggaannya atas kasih Tuhan yang mengurapi dan keberadaan Roh Tuhan dalam dirinya. Selanjutnya Yesaya memahami, oleh karena kasih Tuhan dan kuasa Tuhan, dirinya adalah seorang utusan untuk melakukan kehendak Allah dalam hidupnya.

Hal ini jugalah yang hendak diajarkan bagi kita semua sebagai pemuda Kristen, namaposo dalam keorganisasian iman, GKPS. Melalui kasih Allah yang nyata di dalam Yesus Kristus telah melepaskan kita dari belenggu dosa dan menganugerahkan keselamatan, kita harus mau membuka hati dan menerima tuntunan Roh Tuhan dalam hidup sehari-hari melakukan pekerjaan baik mengikuti jejak Kristus. Tentu melakukan ini bukanlah pekerjaan mudah semudah kita menyatakan, tetapi pertama-tama yang harus kita pahami adalah kerendahan hati untuk mau menerima dan penyerahan diri untuk mau menerima tuntunan Roh Kudus. Penyerahan diri itu dapat dilakukan dengan terlebih dahulu membangun relasi yang baik, relasi vertikal kita dengan Tuhan. Dengan kesederhanaan melalui doa pribadi dan pengambilan waktu pribadi kita untuk merenungkan Firman Tuhan, diharapkan dapat memperbaiki kualitas iman kita dan penerimaan tuntunan-Nya.

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus, secara sederhana dapat kita pahami untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk penerimaan Roh Kudus adalah menjauhkan diri dari godaan-godaan duniawi atau hal-hal lain yang mungkin membuat kita jauh dari Tuhan. Terkadang kita mungkin jatuh dalam perilaku dosa, tetapi salah satu tanda dari pemahaman iman kita akan kasih Tuhan adalah pertobatan. Keinginan kita untuk bertobat dan menyatakannya dalam hidup sehari-hari haruslah berjalan secara berkelanjutan, tidak berubah-ubah dan tidak melakukan dan mengulangi setiap perilaku yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Penerimaan akan tuntunan Roh Kudus dan pengenalan diri sebagai utusan Tuhan dapat juga kita maknai dalam setiap keputusan dan laku hidup kita sehari-hari untuk memberikan diri menjadi saluran berkat, melayani, memaafkan, dan memberikan bantuan terhadap orang lain yang membutuhkan. Tentu capaian dari setiap pekerjaan ini bukan tentang seberapa cepat dan langsung dilakukan, tetapi seperti perjalanan hidup, kita harus melakukannya secara berlanjut dan terus-menerus. Komitmen dalam melakukannya harus dimaknai dalam setiap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari kita.

Komitmen ini juga sebagai tanda dari transformasi hidup yang kita alami. Menjalani hidup ‘baru’ dan meninggalkan hidup yang ‘lama’ mengarahkan kita untuk semakin dekat dan memiliki relasi yang baik dengan Kristus. Hal tersebut juga menyangkut dalam sikap hati kita untuk menjalani dan lepas dari setiap kondisi hidup dan perasaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Melalui pengenalan terhadap diri sendiri akan mengarahkan hidup kita untuk secara terbuka terhadap transformasi dan pemulihan dari Tuhan. Kita mengenali diri kita sebagai manusia yang jatuh ke dalam dosa, manusia yang memiliki berbagai pergumulan, dan kita mengenali diri kita sebagai manusia yang lemah. Secara bersamaan, penyerahan diri untuk menerima transformasi dan pemulihan dari Tuhan menunjukkan pengenalan kita terhadap Tuhan, bahwa Dia lah yang Maha kuat, Penguasa hidup, dan Pembebas dari segala sesuatu pergumulan yang kita hadapi. Lagi-lagi, kita menyadari tentu proses ini bukanlah proses yang mudah, akan tetapi melalui proses ini kita akan mengalami dan merasakan momen-momen penyertaan dan kasih pemulihan dari Kristus. Keberanian untuk tumbuh dalam iman ini akan menguatkan hati dan jiwa kita menjalani setiap proses-proses hidup melalui kasih Tuhan. Selanjutnya, pengalaman-pengalaman itu akan menciptakan kemurahan hati bagi kita untuk turut merasakan kondisi orang lain dan untuk memberikan pertolongan.

Melalui sikap demikian, maka lengkaplah pengenalan diri terhadap identitas iman kita sebagai utusan Allah di dunia. Kita diutus untuk menyatakan kasih Tuhan dan mewujudkan pertolongan-Nya bagi setiap ciptaan. Dalam pemahaman iman, tentu setiap orang percaya secara khusus kita namaposo GKPS lebih dari sekadar individu yang percaya, tetapi juga harus memaknai pengutusan menjadi pembawa kabar baik, damai, dan kasih dalam kehidupan sehari-hari. Laku hidup kita harus diwujudkan melalui perbuatan positif, membangun relasi yang baik dengan setiap orang, menjauhkan diri dari perpecahan, dan tindakan-tindakan buruk lainnya. Setiap orang adalah sahabat kita di dalam Kristus, yang juga sama dikasihi oleh-Nya. Pengutusan kita sebagai perpanjangan tangan Tuhan diwujudkan dengan kata-kata yang mencerminkan kasih Allah, perilaku dan tindakan-tindakan kita yang mencerminkan ajaran Firman, serta hidup kita yang menjadi teladan dan sebuah kisah nyata transformasi oleh kasih Tuhan.

Saudara-saudari yang terkasih, tentu hidup kita tidak terlepas dari interaksi sosial bersama dengan yang lain. Baik itu kita dengan teman sekolah, teman sepekerjaan, sahabat, bahkan dengan keluarga. Dalam interaksi sosial ini sebagai manusia, tentu kita menemukan berbagai ‘warna’ kondisi yang menghiasi kehidupan masing-masing. Terdapat warna suka cita, kegembiraan, tangis, bahkan keberdukaan. Melalui setiap realitas kondisi hidup ini, kita sebagai utusan diharapkan untuk memberi diri hadir dalam suka cita serta bersama walau di dalam duka. Sikap kita di dalam setiap kesulitan dan kemelut yang dialami oleh sesama, tentu tidak hanya tentang memberikan nasihat atau saran, tetapi ketersediaan dalam ‘memberikan’ telinga untuk mendengar, bahu yang siap mendukung, mendoakan dengan tulus. Dengan demikian saudara/i, melalui kehadiran kita, orang lain dapat merasakan kehadiran dan kasih Kristus yang memberi penguatan dan penghiburan kepada mereka. Semoga kita dimampukan menjadi utusan Allah, menyatakan kehadiran kasih Kristus melalui pertolongan Roh Kudus. Amin.