Minggu : 18 Agustus 2024 (XII Dob Trinitatis)
Nas : Galatia 5:13-15
Usul Doding : Haleluya No. 326:1-2
Tema : Kemerdekaan yang Sejati
Tujuan : Agar Namaposo tidak mempergunakan kemerdekaan sebagai kesempatan untuk berbuat dosa
Menjadi Tentara Kristus untuk Menjaga dan Merawat Kemerdekaan
Tim Penulis
Shalom bagi kita semua!
Salam Merdeka dan Kasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Dalam momen perayaan kemerdekaan Republik Indonesia, kita akan mempelajari, mendalami, dan merefleksikan topik kemerdekaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ‘merdeka’ diartikan sebagai kondisi kebebasan, lepas, tidak mendapat tekanan dari luar, tidak terjajah, dan lain-lain. Hal inilah yang patut kita syukuri atas anugerah kemerdekaan yang negara kita dapatkan. Tentu saja, kemerdekaan ini tidak lepas dari tokoh-tokoh pahlawan yang sudah berjuang mempertaruhkan tenaga dan nyawa. Perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan RI telah selesai dan menjadi sebuah perjuangan yang patut kita kenang. Sekarang dan seeterusnya kita diharapkan sebagai ‘penikmat’ kemerdekaan untuk merawat dan menjaga kemerdekaan dan keutuhan RI. Sebagai namaposo, perjuangan kita tentu tidak sama lagi dengan perjuangan para pahlawan untuk melawan para penjajah. Kita saat ini tentu memiliki ‘warna penjajah’ tersendiri sesuai dengan kemajuan zaman. Dengan kata lain, kebebasan yang kita miliki atas kemerdekaan RI ini adalah kebebasan dalam hal perang dan penjajahan. Akan tetapi, melalui kebebasan itu, sebagai namaposo, kita juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam menghadapi berbagai tantangan negara yang dapat menggerus nilai kemerdekaan RI.
Hal kemerdekaan ini juga yang menjadi penekanan bagi kita, namaposo GKPS, khususnya dalam kebebasan laku hidup-spiritualitas kita. Mirisnya saudara-saudara, saat ini banyak orang yang salah mengartikan dan memaknai ‘kebebasan’ yang ia miliki, khususnya dalam perilaku hidup sehari-hari. Hal kebebasan ini banyak disalahartikan oleh banyak orang, khususnya bagi kalangan pemuda. Banyak kasus-kasus yang bisa kita saksikan melalui berita atau informasi media sosial perihal kaum muda yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan tindakan-tindakan menyimpang, alih-alih memiliki kebebasan. Kebebasan itu memang sering diidentikkan kepada kaum muda, khususnya dalam proses pencarian jati diri. Terkadang tidak ada kontrol pada dirinya, sehingga membawanya pada perilaku-perilaku yang menyimpang dan kriminalitas.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus, topik renungan kita hari ini hendak mengajar kita tentang makna kemerdekaan dan kebebasan yang dianugerahkan kepada kita selaku orang percaya, khususnya namaposo GKPS. Paulus di dalam surat Galatia ini membenarkan tentang kemerdekaan yang diberikan Kristus kepada kita. Lalu bagaimanakah kemerdekaan yang harus kita maknai sesuai ajaran Kristus? Melalui surat Galatia ini, Paulus menekankan kemerdekaan orang Kristen itu adalah kemerdekaan dari dosa dan kuasanya. Paulus menekankan bahwa orang Kristen dipanggil dan dianugerahkan kemerdekaan dari Hukum Taurat dan bukan itu saja, tetapi juga kemerdekaan dari dosa. Apakah kita sedikit terganggu ketika dinyatakan merdeka dari Hukum Taurat? Bukankan Hukum Taurat itu adalah pemberian dari Allah? Lalu kenapa kita malah dipanggil untuk keluar dari Hukum Taurat? Pertanyaan-pertanyaan ini penting diberikan kepada kita untuk kita bisa secara mendasar memahami makna kemerdekaan di dalam Kristus dan memaknainya dalam kehidupan sehari-hari.
Saudara/i, mari kita sejenak memandang ke belakang, Perjanjian Lama, untuk melihat konteks kehidupan orang Israel yang hidup di bawah otoritas Hukum Taurat yang diberikan oleh Allah. Hukum Taurat itu dijadikan sebagai panduan atau norma hidup, tentu memiliki tujuan yang mulia. Akan tetapi, manusia dengan kelemahan, keterbatasan, dan keberdosaannya tidak mampu sepenuhnya untuk menjalankan dan mematuhi hukum taurat. Secara sekilas, Hukum Taurat dipahami sebagai standar moral yang tinggi tidak tercapai, tetapi tidak hanya itu. Secara bersamaan, melalui realitas kelemahan, ketidaksanggupan, dan keberdosaan manusia mencapai Hukum Taurat itu, menyatakan perlunya sosok akan Penebus. Hukum Taurat menjadi seperti belenggu yang memberatkan, karena orang Israel-manusia tidak dapat merdeka dari dosa mereka sendiri.
Oleh sebab itu, saudara/i yang terkasih, Yesus Kristus lahir ke dunia sebagai Penebus atas keberdosaan manusia. Yesus Kristus dengan Keilahian dan Kemanusiaan-Nya yang sejati hidup tanpa dosa dan secara bersamaan kita memahami-mengimani Yesus memenuhi hukum Allah yang kudus. Yesus Kristus diutus dan hadir menjadi Teladan yang sempurna. Kendati demikian, Yesus Kristus datang dan hadir bukan untuk meniadakan Hukum Taurat, tetapi memenuhi tuntutan hukum yang seharusnya diberikan kepada manusia berdosa, sekaligus menjadi Teladan hidup manusia. Hal ini jugalah yang dikatakan Yesus di dalam Matius 5:17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Yesus menyatakan peran-Nya sebagai pemenuhan hukum dan membebaskan orang percaya dari hukuman dosa yang seharusnya mereka-kita terima.
Melalui salib Kristus atas kematian dan kebangkitan-Nya adalah puncak penyelamatan terhadap kita umat berdosa. Darah Yesus telah menghapuskan dosa dan membukakan pintu keselamatan bagi kita. Yesus Kristus telah menjadi ‘Pahlawan,’ sehingga bagi kita dianugerahkan kemerdekaan tersebut. Inilah yang ditekankan oleh Paulus untuk kita mengerti dan imani, sebagaimana disebutnya di dalam ayat 13. Akan tetapi saudara/i, atas kemerdekaan yang telah dianugerahkan kepada kita, tentu tidak menjadikan kita hanya sebatas ‘penerima’ saja. Lebih lanjut, Paulus menekankan kepada kita semua untuk turut merespons kemerdekaan yang kita terima melalui sikap dan laku hidup keseharian kita. Kita harus menggunakan kemerdekaan itu untuk melayani sesama dengan kasih. Inilah yang ditekankan Paulus “…tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup di dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”
Sebagai umat yang merdeka di dalam Kristus, kita diharapkan dapat menjadi agen Kristus dan ‘tentara’ Kristus untuk merawat kemerdekaan dan kebebasan yang kita miliki. Kebebasan yang bukan berarti mengabaikan hukum atau mengikuti keinginan daging, tetapi kebebasan untuk hidup seturut dengan kehendak Allah dengan meneladani Kristus. Oleh sebab itu, sebagai tentara Kristus kita dipanggil dan diutus untuk mengasihi sesama, mewujudnyatakan keadilan, dan hidup dalam kekudusan. Kita tentu menyadari bahwa kasih ini adalah ‘sentral’ pelayanan dari seorang Kristen. Pengutusan untuk kita untuk melakukan kasih ini juga telah dinyatakan Yesus di dalam Yohanes 13:34-35 “Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi.”
Kasih pada dasarnya bukanlah hanya sebatas perasaan simpati atau empati saja, tetapi kasih itu harus bersifat proaktif dan diwujudnyatakan melalui tindakan nyata. Kita diutus untuk melakukan kasih itu kepada semua orang yang memerlukannya; kepada orang-orang di sekitar kita yang lemah, orang-orang yang mengalami kesulitan, dan orang-orang yang terpinggirkan; dan semua orang tanpa pandang bulu, tanpa memandang latar belakang sosial, keluarga, atau identitasnya. Hal melakukan kasih ini adalah tindakan yang memerlukan ketulusan dan kedewasaan. Kita melakukan kasih bahkan bukan kepada orang yang baik kepada kita, bahkan diperintahkan untuk melakukannya kepada musuh sekalipun. Selain kasih dalam bentuk di atas, kasih itu juga dapat kita terjemahkan ketika kita memiliki kesabaran, kita memiliki kerendahhatian, bahkan kita memiliki kasih pengampunan. Sebagai agen Kristus, kita juga diminta untuk menjadi alat bagi Tuhan untuk menyatakan kasih-Nya bagi setiap orang. Kita diharapkan menjadi penyataan kasih Tuhan, sehingga melalui kehadiran dan tindakan kasih yang kita lakukan, orang lain dapat merasakan kehadiran kasih Kristus.
Oleh sebab itu saudara/i, sebagai tentara Kristus kita diutus untuk bergerak dan terjun ke dalam ‘pertempuran’ rohani melalui kasih menyatakan kebaikan melawan kejahatan, melalui kasih menyatakan keadilan melawan penindasan, melalui kasih menyatakan kebenaran melawan kebohongan dan melawan kebencian. Dengan demikian, melalui kemerdekaan yang telah dianugerahkan dan kita terima, kita juga turut berpartisipasi merawat kemerdekaan tersebut agar tidak disalahartikan dan disalahgunakan yang dapat membawa kita jatuh ke dalam dosa. Semoga kita dimampukan oleh Allah menyatakan kasih-Nya di dalam Yesus Kristus, melalui pertolongan dan tuntunan Roh Kudus. Amin.