1. Doding: Haleluya No. 151:1-2
Dong do bah tubuh dear in, bai na mardousa in;
Jenges tumang bah tubuh in, pasonang uhurhin.

Bah tubuh na mapansing in, in ma Jesusta in;
Isasap do siningta in, ibuat horungkin.

2. Tonggo

3. Ayat harian: Podah 31:8
“Buha ma pamanganmu mangkopkop halak na longah, halani hak ni halak na tading maetek.”

“Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana.”

4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
adakah panggilan utama dalam hidup kita? Jika ada, sudahkah kita menjawabnya? Bagi bapak dan ibu yang berprofesi sebagai guru, apa panggilan utama hidup bapak/ibu? Bagi saudara/i yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedangang, apa panggilan utama hidup saudara? Dan bagi saudara/i yang berprofesi sebagai penegak hukum dan keadilan (polisi, tentara, hakim, jaksa, pendeta, dan lain sebagainya), apakah panggilan utama hidup saudara? Mengetahui panggilan utama hidup itu sangat penting, agar jalan hidup kita tidak kehilangan arah.

Salah satu panggilan hidup manusia adalah memperjuangkan hak-hak orang lain. Apalagi, jika orang-orang tersebut dengan sengaja terpinggirkan dan mendapat tekanan dari penguasa, maka orang yang memiliki panggilan hidup untuk memperjuangkan hak-hak orang lain akan menjadi sangat termotivasi. Tidak semua orang dapat memperjuangkan haknya. Mereka harus dibantu, karena mereka memiliki keterbatasan dalam akses atau sarana, sumber daya manusia, dan dana. Itulah mengapa ada begitu banyak lembaga sosial kemanusiaan (yang biasa disebut Non-Government Organization – NGO) yang membantu dan memperjuangkan hak-hak orang lain. Sebut saja misalnya: Palang Merah Indonesia (PMI), Greenpeace, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), dan sebagainya.

Hari ini, melalui ayat harian, kita diingatkan (atau dipanggil kembali) untuk membuka mulut kita dalam membantu orang yang bisu dan orang yang merana. Dalam Bibel berbahasa Simalungun, orang merana itu disebut na tading maetek (atau yatim dan piatu). Ya, orang bisu memiliki keterbatasan dalam berkata-kata. Maka, di situlah kita membantu mereka dengan cara memberikan diri kita dalam menyuarakan hak-hak mereka. Kita, sebagai gereja, janganlah kalah dengan NGO yang ada. Justru kita, sebagai gereja, harus selalu menjadi pelopor dalam memperjuangkan hak-hak saudara-saudara kita yang bisu dan merana. Hal ini juga disinggung oleh rasul Paulus dalam surat 1 Korintus 12 tentang berbagai karunia, tetapi satu Roh. Rasul Paulus menuliskan, “Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus,” (1 Korintus 12:23-24).

Bagaimana caranya kita melakukan hal tersebut? Di GKPS, kita sudah melayani dalam berbagai bentuk pelayanan karitatif, reformatif, dan transformatif, seperti misalnya RBM, PKR, Panti Asuhan BKM, CUM, WCC Sopou damei, dan yang lainnya. Kita tidak bisa berhenti sampai di situ saja, karena orang-orang yang merana dan terpinggirkan di luar sana tidak pernah habis. Nyalakanlah selalu api semangat kita melalui gereja kita ini dalam memperjuangkan hak-hak saudara-saudari kita yang tertekan dan terbatas. Amin.

5. Doding: Haleluya No. 177:1
Barah ma jumpah padan in, in ma parroh ni Tuhan.
Hu bani manisia in, mandabuh paruhuman.
Bai ganup na manggoluh in, age bai na dob matei in, sonai do ihatahon.

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

Departemen Persekutuan GKPS