1. Doding: Haleluya No. 496:1
Idilo Tuhan Naibatanta, haganup Kuria-Ni in.
Ase manjalo haluahon, nabinoban ni Kristus in.
Tangihon ma dilo-dilo-Ni, pateleng ham ma pinggolmu.
Ulang manosal holi dob ni, bai ujung ni panorangmu.

2. Tonggo

3. Ayat harian: 1 Kronika 29:15
“Ai halak dagang do hanami i lobei ni bohi-Mu anjaha panginsolat, songon bapanami, usih songon halinoh tumang do ari-arinami i atas tanoh on, seng dong siarapkonon.”

“Sebab kami adalah orang asing di hadapan-Mu dan orang pendatang sama seperti semua nenek moyang kami; sebagai bayang-bayang hari-hari kami di atas bumi dan tidak ada harapan.”

4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
salah satu peristiwa yang selalu diperdengarkan dalam suasana memperingati kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79 tahun adalah ketika bangsa Indonesia dijajah dalam kurun waktu 350 tahun. Kita diingatkan bagaimana para penjajah memperlakukan nenek moyang kita dengan semena-mena yang membuat mereka menderita. Perjuangan para pahlawan dan pembela tanah air untuk mengusir penjajah juga digaungkan supaya semangat nasionalisme dan patriotisme tetap tumbuh dan menjadi jati diri bangsa Indonesia. Suasana menjadi budak dan tidak menjadi tuan atas negeri sendiri juga menjadi salah satu pengingat untuk terus berjuang supaya segala bentuk penjajahan dan kolonialisme menjauh dari negeri kita. Keadaan diri menjadi orang asing yang hina dan tidak berharga juga diungkapkan Daud melalui ayat harian ini. Tetapi ungkapan itu dinyatakan bukan sebagai orang terjajah atau ketika mendapat hukuman. Ungkapan itu sedang dinyatakan oleh Daud ketika ia sedang dalam suasana sukacita ketika memuji dan menyembah Tuhan. Daud sedang menaikkan doa kepada Allah atas persembahan mulia para pembesarnya bagi pembangunan Bait Suci (ayat 10). Atas semua persembahan tersebut, Daud memuji TUHAN, tidak hanya di kamarnya, tetapi di depan seluruh jemaat. Daud mengakui dengan penuh syukur anugerah Allah yang memampukan mereka untuk menyokong dengan sukacita kepada pembangunan Bait Suci (1 Tawarikh 29:13-14). Dalam menaikkan ucapan syukur dan sukacita tersebut, Daud berbicara dengan kerendahan hati tentang dirinya, dan bangsanya, serta persembahan yang kini mereka bawa kepada Allah. Walaupun mereka adalah para pembesar dan merupakan orang terpandang secara kedudukan pada masa itu, tetapi mereka memperlihatkan sikap rendah hati di hadapan Tuhan. Daud mengungkapkan kekaguman tentang Allah yang begitu memperhatikan mereka dan melakukan begitu banyak perbuatan ajaib bagi mereka. Untuk semua ungkapan syukur tersebut, Daud berkata, “Siapakah aku ini dan siapakah bangsaku?” (ayat 14). Dari sini terlihat bahwa walaupun mereka adalah orang-orang yang paling terhormat pada zamannya, namun Daud berbicara tentang dirinya dan mereka sebagai orang-orang yang tidak layak untuk mendapatkan perhatian dan perkenanan Ilahi.

Oleh karena itu dalam keagungan ucapan syukur dan pujian yang ditujukan kepada Allah, Daud yang tampak sangat agung, memimpin dalam sebuah umat yang besar, menunjuk penerusnya, dan membawa suatu persembahan yang mulia bagi kehormatan Allah; tetapi ia merasa kecil dan rendah di mata Allah, “Siapakah aku ini, ya TUHAN?” Bahkan ia mengaku di hadapan umat, “Kami adalah orang asing di hadapan-Mu dan orang pendatang, makhluk ciptaan yang hina dan tercela” (ayat 15). Daud menganggap bahwa harinya hanyalah sebagai bayang-bayang yang sebentar lagi akan lenyap. Pengakuan ini adalah ungkapan iman yang sungguh di hadapan Tuhan dan menjadi teladan bagi kita.

Tentu suasana hati yang senantiasa bersyukur dan rendah hati di hadapan Allah adalah bagian dari sukacita kita dalam suasana memperingati kemerdekaan Republik Indonesia. Sungguh besar karya dan perbuatan dari Tuhan, sehingga Indonesia memasuki masa suasana merdeka yang harus diisi dengan tanggung jawab. Merayakan sukacita kemerdekaan harus dengan ucapan syukur yang rendah hati di hadapan Tuhan. Walaupun begitu banyak pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan, tentu tidak akan dipakai untuk meninggikan diri atau menjadi sombong. Semua yang kita peroleh sampai saat ini dalam hidup kita hanyalah karena karunia dan anugerah Allah. Salam merdeka. Amin.

5. Doding: Haleluya No. 403:1-2
Sai puji ma Tuhanta tongon, na marmuduhon goluhta on.
Dodingkon ma Goran-Ni tongtong na manobus hita pardousa on.
Amen, haleluya, sai puji Tuhan Naibatanta na sangap in.

Seng dong songon-Si i tanoh on, na mangurupi hita tongtong.
Ihopkop do ganup hita on, seng adong na tading humbanta on.
Amen, haleluya, sai puji Tuhan Naibatanta na sangap in.

6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

Departemen Persekutuan GKPS