Renungan Mingguan/PA Namaposo GKP, Minggu, 25 Agustus 2024 (13 Set. Trinitatis)
Nas : Mazmur 119:45-48
Usul Doding : Firman-Mu Pelita bagi Kakiku
Tema : Hidup dalam Kelegaan karena Firman Tuhan
Tujuan : Agar Namaposo setia mencari firman Tuhan dan bergemar dalam perintah Tuhan
Menjalani setiap Warna Kehidupan dengan Kebenaran Firman Tuhan
Oleh: Tim Penulis
Shalom saudara/i yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus
Bagaimanakah kabar kita hari ini? Saya berharap kita semua dalam keadaan yang sehat dan baik. Saudara/i, pernahkah kita mengalami sebuah kegagalan dalam hidup kita? saya rasa kita semua pernah mengalaminya, baik itu kegagalan dalam mencapai hal besar ataupun hal yang kecil. Ketika kita mengalami kegagalan pencapaian dalam hidup, apakah yang kita rasakan? Secara psikologis kita tentu akan merasa sedih, karena apa yang kita harapkan, apa yang kita impian tidak tercapai. Kesedihan itu mungkin dibarengi karena kita telah berusaha seoptimal mungkin untuk menggapai apa yang kita ingin, tetapi tidak terwujud. Kondisi ini adalah kondisi yang normal bagi manusia. Bahkan terkadang, akibat dari kegagalan dalam hidup bisa saja kita memiliki trauma dan ketakutan untuk ‘bermimpi’ dan berharap dalam mencapai sesuatu. Karena kegagalan, bisa saja kita menjadi orang pesimis dalam membuat target-target pencapaian dalam hidup kita. Pada dasarnya, selaku orang yang penuh dengan kelemahan dan keterbatasan sering kali membuat kita merasakan ketidaktenangan, kecemasan, bahkan stres. Keterbatasan kita terletak pada ketidaktahuan kita akan apa yang akan terjadi ke depannya. Tetapi saudara/i, berdasarkan keterbatasan dan kelemahan kita tersebut, perlu bagi kita untuk mempertanyakan lebih lanjut tentang, bagaimana? Bagaimana caranya supaya kita bisa lepas dari rasa kecemasan, ketidaktenangan, bahkan rasa pesimisme hidup tersebut?
Ketika kita menyadari bahwa kita adalah manusia yang terbatas, tidak mengetahui akan hari esok, sehingga melaluinya kita menjadi tidak tenang bahkan ketakutan, maka kita harus menyadari ada Pihak yang menjadi sosok “Pengatur” dalam hidup kita, sosok yang sudah mengetahui rancangan seperti apa dalam hidup kita. Sosok itu adalah Tuhan, Sang Pencipta dan yang merancang-aturkan setiap perjalanan hidup kita. Pemahaman ini menjadi dasar iman kita untuk bisa meyakinkan hati untuk tidak menjadi seorang yang takut, gelisah, bahkan pesimis, sebab kita mengimani bahwa Tuhan memiliki maksud yang baik dalam hidup kita yang akan kita sadari dan rasakan cepat atau lambat. Oleh sebab itu saudara/i, hari ini kita hendak belajar untuk memanajemen kondisi hati dan pikiran kita dalam proses perjalanan hidup. Melalui kisah hidup Pemazmur, kita akan belajar dan merefleksikan tentang sikap dalam menerima dan menghadapi berbagai ‘warna’ kehidupan kita masing-masing.
Berdasarkan Mazmur 119:45 “Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu”, mengajarkan kita untuk pertama-tama mencari kebenaran Firman Tuhan. Kata ‘mencari’ ini berarti menunjukkan sikap diri yang proaktif, berusaha, dan terus menerus. Daud, sebagai penulis nas renungan kita hari ini, telah menyadari bahwa hanya melalui kebenaran Firman Tuhan saja hidupnya merasa tenang. Kelegaan dan kegembiraan yang dirasakan Daud melalui Firman Tuhan, karena Firman memberi hikmat dan kebijaksanaan dalam mencapai dan mencari makna hidup. Pernyataan ‘mencari’ ini menggambarkan tentang ia yang sangat mendambakan Firman Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, Yesus juga menekankan untuk setiap orang percaya terus menerus mencari kebenaran Firman Allah, sebagaimana dinyatakan-Nya di dalam Matius 6:33-34 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok memiliki kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
Saudara/i yang terkasih, tentu kita tidak hanya diajak membaca Firman, tetapi juga merenung-refleksikan untuk dijalankan dalam kehidupan sehari-harinya. Kita namaposo GKPS yang dipanggil untuk tidak hanya memiliki pemahaman teoritis tentang Tuhan, melainkan melibatkan diri menjalankan pemahaman-iman dalam laku hidup sehari-hari. Dengan kata lain, seruan Yesus kepada kita untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya adalah panggilan untuk menjadikan Tuhan sebagai prioritas dan teladan utama dalam hidup kita. Inilah yang menjadi ‘alarm’ dan norma bagi kita namaposo GKPS, sebab kita sebagai kaum muda sering berhadapan dengan godaan dan tantangan. Namun, jika kita fokus dan pada pencarian akan kebenaran Firman Tuhan dan membangun relasi yang intim dengan-Nya, maka Tuhan akan menuntun langkah kita.
Pernyataan ini sekaligus memberikan pengertian pada kita tentang apa yang dirasakan oleh Daud yang menjadikan Firman Allah sebagai sumber kelegaan. Melalui pencarian akan kebenaran Firman maka kita tidak perlu kuatir akan hari esok, masa depan, dan berbagai tantangan yang kita hadapi. Ini adalah janji Allah yang bisa kita pegang teguh, sebab Dia adalah Allah yang setia memberikan kepada kita sesuai dengan kasih dan rencana-Nya. Secara manusiawi, kekhawatiran kita terhadap hidup sering kali membebani hati kita yang bisa menghambat pertumbuhan rohani, bahkan menjauhkan hubungan kita dengan Tuhan. Kesaksian Daud ini adalah kisah yang nyata dan dapat menjadi pedoman bagi kita mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kisah nyata melalui seorang raja yang besar ini dituangkannya supaya kita juga dapat merasakan kelegaan atas kasih Tuhan dalam hidup kita. Bahkan dalam pasal yang sama di ayat 105 “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Nas ini lebih lanjut mengungkapkan perasaan Daud yang kasih pertolongan Tuhan dan melalui Firman-Nya menerangi dan menuntun gerak langkah kehidupannya.
Saudara-saudari yang dikasihi oleh Yesus Kristus, Alkitab adalah pedoman hidup kita yang mempersaksikan bagaimana nyatanya kasih penyertaan dan pertolongan Tuhan kepada umat-Nya; dan tentu kesaksian yang tertulis itu tidak hanya berlaku di masa lampau-terbatas hanya pada orang yang menuliskannya. Akan tetapi saudara-saudara, kesaksian dari tokoh-tokoh Alkitab dan segala yang tertulis di dalam Alkitab tentang Ke-Mahakuasa-an Allah, kasih dan pertolongannya itu nyata sepanjang zaman. Dengan kata lain, kasih dan kuasa Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu; kasih Allah itu tetap dan nyata sepanjang zaman. Keraguan seperti inilah yang terkadang tidak bisa lepas dari kita manusia yang terbatas ini, akan tetapi secara jelas jika kita mengacu dari seorang rasul di Perjanjian Baru, Paulus, memberikan jawaban untuk mengatasi keraguan dan keterbatasan kita. Sebagaimana dinyatakan di dalam Roma 15:4 “sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.”
Dapat dikatakan bahwa setiap rasa kesedihan, kekecewaan, keraguan, ketakutan, dan kegelisahan yang kita alami dalam hidup sehari-hari bukan sebagai tanda atas ketiadaan kasih-pertolongan Tuhan, melainkan sebagai momen pendewasaan diri dan iman, untuk kita dapat mengenali diri sendiri yaitu sebagai orang yang lemah dan penuh keterbatasan. Akan tetapi dari setiap rasa yang tidak kita inginkan dan atas keraguan yang kita miliki, kita diharapkan untuk semakin dapat menyerahkan diri, memahami kehendak Tuhan melalui pencarian terhadap kebenaran Firman Tuhan. Dengan demikian, setiap warna perasaan dan keraguan yang kita miliki tersebut tidak hanya berhenti sebatas itu, melainkan semakin tergugah untuk mencari dan memahami kehendak Allah. Kesaksian dari setiap nabi, rasul, dan kisah hidup Yesus di dalam Alkitab sebagai tanda nyata akan kasih dan kuasa Allah di dunia.
Lebih lanjut saudara/i, tentu proses perjalanan hidup kita tidak hanya berfokus pada diri kita sendiri atau bersifat individualis. Acuan hidup kita terhadap tokoh-tokoh Alkitab tidak sekadar menyadarkan kita akan bukti nyata kasih Tuhan, tetapi kita juga diutus bersaksi sebagai bentuk teladan kita dari setiap tokoh tersebut yang mempersaksikan akan kasih pertolongan yang mereka terima. Melalui kesaksian yang kita berikan diharapkan setiap orang yang menyaksikannya juga dapat semakin merasakan kasih Tuhan. Tentu kesaksian itu tidak hanya dan tidak sebatas melalui ucapan dan kata, melainkan melalui setiap perilaku dan sikap hidup yang mencerminkan hidup orang Kristen sejati. Sebagaimana komitmen Daud yang bertekad mempersaksikan Allah di hadapan raja-raja dan semua orang tanpa rasa malu, demikian juga kita mempersaksikan Kristus di dalam setiap warna kondisi hidup kita. Sebab segala sesuatu dapat kita lakukan dan hadapi di dalam Tuhan yang memberi kekuatan (bnd. Filipi 4:13). Semoga Allah menolong kita melakukan kehendak-Nya dengan meneladani Yesus Kristus sebagai Sahabat sejati dan melalui pertolongan Roh Kudus yang memberi penghiburan dan tuntunan dalam setiap kondisi hidup. Amin.