Renungan Minggu/PA Namaposo GKPS, Minggu, 8 September 2024 (15 Setelah Trinitatis)
Nats : Amsal 27:10-12
Usul Doding : Hal. No. 207: 1-2 “Bere Ham ma hatorangan”
Tema : Lebih baik tetangga yang dekat daripada saudara yang jauh
Jadilah Namaposo Kristen yang Bijaksana
Tim Penulis
Syalom saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Kita telah secara bersama-sama mendengarkan firman Tuhan. Mengawali khotbah pada hari ini, menjadi namaposo yang bijaksana merupakan cita-cita banyak orang. Bahkan beberapa ada yang mengklaim bahwa dirinya sudah bijaksana akan tetapi kenyataannya ialah justru sebaliknya, ada seseorang yang terlihat biasa saja dalam kehidupannya, tapi nyatanya dia lebih baik dibandingkan dengan orang yang mengklaim dirinya bijaksana. Menjadi bijaksana memiliki kaitan dengan apa yang disebutkan pada tema dari tulisan itu, yang membutuhkan kebijaksanaan untuk menentukan pilihan dalam hidup mengenai “lebih baik tetangga yang dekat daripada saudara yang jauh”. Seperti ungkapan Simalungun yang mengatakan bahwa “Dohor pe hasoman sabutuha, dohoran do hasoman sahundulan” artinya memang dekat dengan saudara yang seibu tapi lebih dekat lagi saudara dekat (tetangga). Sesuai dengan penjelasan tersebut firman Tuhan hari hendak membawa kita pada suatu panggilan yang sangat mendalam tentang pentingnya hubungan interpersonal, kebijaksanaan hidup, dan kehadiran tetangga yang dekat dalam perjalanan hidup kita sebagai Namaposo Kristen.
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Firman Tuhan ini tidak hanya sekedar memberikan sebuah pesan kepada kita namaposo, akan tetapi juga mampu memasuki dimensi hubungan antarpribadi, dan juga merangkum nilai-nilai Kristiani yang dapat membimbing kita dalam menjalani berbagai aspek kehidupan. Pertama-tama, mari kita merenungkan bagaimana dinamika hubungan kita dalam dunia yang terus berkembang ini. Di era globalisasi dan teknologi, kita terhubung dengan saudara-saudara seiman di seluruh dunia melalui satu sentuhan jari di layar ponsel kita. Namun, seberapa sering kita terjebak dalam kehidupan yang serba terhubung digital, hingga melupakan kehangatan dan mendalamnya hubungan langsung di kehidupan sehari-hari? Firman ini menuntut kita untuk menyelami konsep kebijaksanaan hidup. Apakah kita hidup dalam kebijaksanaan dalam pemilihan teman, dalam menjawab tantangan hidup, dan dalam memahami tanda-tanda bahaya? Firman Tuhan mengingatkan kita untuk menyukai kebijaksanaan, sebuah panggilan untuk menggali hikmat-Nya dalam setiap langkah hidup kita.
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebagai pemuda Kristen, kita seringkali dihadapkan pada dunia yang penuh godaan dan kebingungan. Dalam konteks ini, pesan “Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka” mengajarkan kita untuk menjadi bijak dalam melihat potensi yang akan terjadi. Kita diajak untuk merespon dengan hati yang bijak dan bertindak dengan kehati-hatian dalam menghadapi tantangan kehidupan. Mari kita bersama-sama belajar untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam firman hari ini. Mari kita mengimani panggilan Tuhan untuk membangun hubungan yang mendalam dan berharga, memberikan dukungan kepada saudara-saudara kita dalam kesulitan, hidup dalam kebijaksanaan yang berasal dari firman Tuhan, dan menjadi tetangga yang membawa keberkahan bagi komunitas di sekitar kita.
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Kemudian, mari kita merenungkan ayat 10 yang menyatakan, “Jangan kau tinggalkan temanmu dan teman ayahmu.” Ini adalah panggilan untuk menjaga hubungan yang telah terbentuk dalam hidup kita. Teman-teman yang setia dan berpegang pada nilai-nilai kehidupan yang benar adalah anugerah yang tak ternilai. Terkadang, dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin mengalami godaan untuk meninggalkan hubungan-hubungan ini, terutama ketika ada perbedaan atau konflik. Namun, Tuhan menegaskan pentingnya mempertahankan persahabatan yang sehat dan mendukung satu sama lain.
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Selanjutnya, kita diberikan peringatan untuk tidak meninggalkan teman-teman kita pada saat kita mengalami kesukaran. Firman Tuhan mengatakan, “Jangan datang di rumah saudaramu pada waktu engkau malang.” Ini adalah panggilan untuk tetap setia dan berempati terhadap saudara-saudara kita, terutama saat mereka menghadapi kesulitan. Sesungguhnya, persahabatan yang sejati diuji ketika kita dihadapkan pada masalah dan kesulitan. Bagaimana kita merespon saudara-saudara kita yang tengah dalam kesulitan? Apakah kita bersedia mendukung dan membantu mereka, ataukah kita menghindari mereka karena ketidaknyamanan yang mungkin muncul? Dalam konteks hubungan keluarga, pesan “Jangan datang di rumah saudaramu pada waktu engkau malang” mengajarkan kita untuk saling membantu dan mendukung, terutama di saat kesulitan melanda. Sebagai pemuda Kristen, bagaimana kita dapat menjadi sumber kekuatan dan dukungan bagi saudara-saudara kita yang sedang mengalami cobaan dan kesulitan? Pesan ini memanggil kita untuk hadir secara nyata dalam kehidupan mereka, memberikan bukti kasih dan kepedulian Kristus.
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Saat kita merenungkan pesan “Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh,” kita diajak untuk melihat jauh lebih luas daripada sekadar hubungan pribadi. Bagaimana kita menjalin hubungan dengan tetangga-tetangga kita? Apakah kita hanya menjadi tetangga secara fisik, ataukah kita berusaha menjadi sumber berkat dan kehadiran yang membawa dampak positif dalam komunitas kita? Dalam konteks ini, kita diingatkan akan kebijaksanaan hidup. Firman Tuhan berkata, “Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh.” Pesan ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan hubungan dengan tetangga dan sesama di sekitar kita. Dalam era modern yang serba terhubung secara digital, kita mungkin memiliki saudara-saudara jauh yang terhubung melalui media sosial, tetapi seberapa dekat hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita? Apakah kita sungguh-sungguh membangun koneksi yang mendalam dengan tetangga, teman, dan rekan seiman di kehidupan sehari-hari?
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Penjelasan di atas membawa kita pada pertanyaan mendalam tentang kualitas hubungan kita dengan sesama. Bagaimana kita merespon ayat ini dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah kita membuka pintu hati kita untuk membangun hubungan yang mendalam, ataukah kita terjebak dalam kesibukan dunia yang seringkali membuat kita terjebak? Saat kita merenungkan pesan ini, kita diingatkan untuk bersikap bijak dalam memilih sahabat dan membangun relasi yang mendukung pertumbuhan rohani kita. Teman-teman namaposo, pesan ini sangat cocok untuk kita dalam menghadapi tantangan dan godaan dunia saat ini. Teknologi dan kemajuan komunikasi telah membuka pintu bagi koneksi global, tetapi kita harus berhati-hati agar tidak kehilangan keaslian hubungan interpersonal. Lebih dari sekadar “like” dan “follow” di dunia maya, mari kita bersedia untuk hadir secara fisik dalam kehidupan sesama, mengasah kepekaan terhadap kebutuhan mereka, dan menjadi berkat satu sama lain. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa ayat ini tidak hanya berbicara tentang hubungan antarpribadi, tetapi juga tentang hubungan kita dengan Tuhan. Kita ditegaskan untuk tidak meninggalkan hubungan dengan Tuhan dan untuk tetap setia dalam iman kita. Banyak godaan dan tantangan yang mungkin membuat kita merasa jauh dari Tuhan, tetapi pesan ini mengingatkan kita untuk terus mencari-Nya, bahkan dalam saat-saat sulit.
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Dalam perjalanan kita mencari Tuhan, kita diberikan panduan hidup yang penuh hikmat. Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita harus menyukai kebijaksanaan dan mencintai hati-Nya. Ketika kita mencintai kebijaksanaan, kita akan menjawab dengan bijaksana terhadap cemoohan dan tantangan yang mungkin kita hadapi. Kebijaksanaan adalah bimbingan rohaniah yang membantu kita membuat keputusan yang benar, memilih jalur yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dan menjalani hidup dengan integritas. Sebagai pemuda Kristen, kita diundang untuk hidup dengan kebijaksanaan. Ini melibatkan pemahaman mendalam terhadap firman Tuhan, serta kemampuan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita bertumbuh dalam kebijaksanaan, kita dapat menjadi saksi bagi dunia akan transformasi yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Dalam situasi apapun, kita dapat bersaksi bahwa kita hidup sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya.
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Ayat terakhir, “Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka,” memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana kita merespon potensi bahaya dalam kehidupan. Orang bijak tidak mengabaikan tanda-tanda bahaya; sebaliknya, mereka menyelidiki, memahami, dan bersembunyi jika perlu. Ini bukanlah tindakan penakutan, tetapi kebijaksanaan yang penuh pertimbangan. Sebagai pemuda Kristen saat ini, kita harus belajar untuk menjadi bijak dalam melihat dan merespons bahaya. Bukan berarti kita hidup dalam ketakutan, tetapi kita harus memahami bahwa tindakan bijak melibatkan kewaspadaan terhadap potensi risiko dan ancaman. Ini mencakup kebijaksanaan dalam memilih teman, memilih jalur hidup, dan menentukan prioritas dalam hidup kita. Dengan merenungkan firman Tuhan ini, kita diundang untuk meresapi kebijaksanaan-Nya dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memulai dengan bertanya pada diri sendiri: Apakah kita memiliki teman-teman yang setia dan mendukung? Bagaimana kita merespon saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan? Seberapa dekat hubungan kita dengan sesama di sekitar kita? Apakah kita hidup dengan kebijaksanaan dan integritas dalam iman kita?
Saudara-saudari namaposo yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebagai wujud iman namaposo, marilah kita memandang ke depan setelah merenungkan firman Tuhan dalam Amsal 27:10-12, marilah kita bersama-sama merefleksikan firman ini dengan penuh semangat dan kesungguhan hati. Tema “Lebih Baik Tetangga yang Dekat Daripada Saudara yang Jauh” telah membimbing kita melintasi relasi hubungan, kebijaksanaan hidup, dan nilai-nilai Kristiani yang mendalam. Dalam keberagaman perjalanan hidup ini, kita disadarkan akan pentingnya menjaga dan memperkaya hubungan. “Jangan kau tinggalkan temanmu dan teman ayahmu” bukan hanya kata-kata, tetapi panggilan untuk menjaga dan merawat hubungan yang sudah terbentuk. Teman-teman setia adalah harta yang tak ternilai, dan kita diberikan kesempatan untuk menjadi teman yang sejati, membangun dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan iman kita. Saat kita melangkah ke dalam arena kesulitan, pesan “Jangan datang di rumah saudaramu pada waktu engkau malang” mengingatkan kita untuk hadir dalam kehidupan saudara-saudara kita yang membutuhkan. Ini adalah panggilan untuk saling menyokong dan menyemangati, bukan hanya ketika segala sesuatunya baik-baik saja, tetapi terutama pada saat-saat sulit yang menuntut kehadiran dan kasih Kristus yang nyata. Sebagai pemuda Kristen yang hidup di dunia ini, marilah kita merenungkan panggilan untuk menjadi bijak dalam melihat dan merespons malapetaka. “Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia.” Ini bukan tindakan ketakutan, tetapi langkah bijak yang memungkinkan kita untuk memahami dan menghadapi situasi dengan kebijaksanaan yang berasal dari Allah. Amin