- Doding: “Hanya Dekat Allahku”
Hanya dekat Allahku, rasa tenang hatiku.
Kau sertai jalanku, s’panjang hidupku.
Hanya dekat pada-Mu, ada kekuatan baru.
Kaulah perlindunganku, kes’lamatanku.
Ku ingin s’lalu bersekutu dengan-Mu, menikmati hadirat-Mu.
Biarkan RohMu tinggal dalam hidupku, sungguh indah bersama-Mu, selamanya. - Tonggo
- Ayat harian: Psalmen 42:7
“Unduk do tonduyhu ibagas diringku, halani ai, sai huingat do Ham hun tanoh Jordan pakon hun pardologan Hermon, humbani Dolog Misar.”
“Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar.”
- Renungan
Jemaat Tuhan,
kata tertekan adalah kata sifat yang menggambarkan perasaan tidak bahagia secara umum, juga menggambarkan perasaan tertekan dan lelah karena khawatir. Tertekan sangat terkait erat dengan jiwa dan perasaan. Tertekan (tarasso = terguncang atau teraduk, gelisah, tertekan, pergolakan mental/spiritual yang akut), menggambarkan kondisi seseorang yang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Seseorang boleh saja mempunyai fisik yang kuat, sehat, dan tampak baik-baik saja, tetapi belum tentu orang tersebut tidak memiliki tekanan dalam hidup. Walau bagaimanapun, isi jiwa, hati dan perasaan tergambar dalam fisik seseorang karena itu adalah hal yang normal. Bila seseorang memiliki tekanan dalam jiwanya, maka itu akan terpancar melalui wajah yang terbeban, dan jauh dari pancaran keceriaan. Tentu kita juga pernah merasa dan berada dalam titik yang seperti itu, entah karena orang terdekat, atau karena pekerjaan, atau karena orang-orang yang tidak menyukai kita (musuh), atau karena aspek yang lain, sama seperti yang dialami oleh penulis Mazmur 42. Lalu apa yang dilakukan oleh penulis Mazmur dalam kondisi ketertekanannya pada saat itu?
Jemaat Tuhan,
konteks nas hari ini adalah saat pemazmur bertanya kepada Tuhan mengapa hatinya begitu sedih dan mengapa ia harus melalui masa penindasan oleh musuh-musuhnya. Lalu dalam menyikapi situasi ini, pemazmur mengambil tindakan untuk melawan depresi hatinya, tekanan pada jiwanya, dengan berbicara kepada hatinya sendiri. Ternyata menghadapi tekanan pada jiwa itu bisa dilakukan dengan perkataan dari mulut kita yang positif dan membangun. Lalu, apa poin yang disampaikan oleh pemazmur kepada jiwanya? Sebuah keyakinan tentang peran serta Allah dalam situasi yang dihadapinya. Bahwa kalaupun dalam masa tekanan itu seolah-olah Allah belum memperlihatkan pertolonganNya, namun Ia tetaplah Allah, yang pasti akan menolongnya. Dan keyakinan inilah yang mendorong seseorang, atau bahkan kita, untuk tetap berharap akan pertolongan Allah dalam setiap situasi kehidupan kita. Dan beranjak dari sikap yang tetap berharap kepada Allah, maka pemazmur menyatakan dengan segala keteguhan imannya bahwa dalam ketertekanan jiwanya “aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar.” Ketiga tempat ini merupakan simbol yang melambangkan tiga pengalaman rohani dan ketiganya melambangkan tanah pembuangan, jauh dari rumah Tuhan di Yerusalem. Dan tampaknya pemikirannya adalah bahwa meskipun kita tidak dapat mengunjungi rumah Tuhan, dan meskipun pada tempat pembuangan, tetapi umat-Nya masih dapat mengingat Tuhan dari tempat itu. Artinya tempat dan kondisi yang dialami oleh umat-Nya bukan menjadi penghalang bagi umatNya untuk tetap menggantungkan harapannya kepada Allah yang menjadi sumber pertolongan bagi mereka, dan yang dapat membebaskan jiwanya dari setiap tekanan yang dihadapinya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
hari ini mungkin kita sedang mengalami kegalauan hati, atau bahkan ketertekanan jiwa. Sebagai umat yang hidup dan selalu berinteraksi dengan dunia luar, tentu akan menjadi sebuah kemungkinan besar ketika kita akan bersinggungan dengan pihak atau situasi yang membuat kita tertekan. Tetapi menarik apa yang menjadi kesaksian pemazmur, bahwa ternyata dalam kondisi tertekan, bahkan di tempat yang membuatnya terpuruk dan terbuang, pemazmur tetap memperlihatkan pengharapannya kepada Allah saja. Hal ini bukan tumbuh begitu saja, tetapi tentu sudah melewati proses atau perjalanan iman yang membuat seseorang matang dalam pemahamannya akan keberadaan Allah dalam kehidupannya. Maka nas ini mengundang kita untuk tetap datang kepada-Nya, hanya karena bersama Dia saja hati kita tenang, dan hanya bersama dengan-Nya saja, jiwa kita tentram. Amin.
- Doding: Kidung Jemaat No. 410:1-2
Tenanglah kini hatiku, Tuhan memimpin langkahku.
Di tiap saat dan kerja, tetap kurasa tangan-Nya.
Tuhanlah yang membimbingku, tanganku dipegang teguh.
Hatiku berserah penuh, tanganku dipegang teguh.
Tak kusesalkan hidupku, betapa juga nasibku.
Sebab Engkau tetap dekat, tangan-Mu kupegang erat.
Tuhanlah yang membimbingku, tanganku dipegang teguh.
Hatiku berserah penuh, tanganku dipegang teguh.
- Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS