1. Doding: Haleluya No. 497:1
    Holong ni Jesus manggomgom ganup Kuria,
    na patotapkon hasadaonta in.
    DameiNi in ma manrahut paruhuranta,
    idop uhurNi batar-batarta in.
    DameiNi in ma manrahut paruhuranta,
    idop uhurNi batar-batarta in.
  2. Tonggo
  3. Ayat harian: Rom 11:29
    “Ai seng ongga manosal Naibata pasal sibere-bere-Ni ampa pandiloon-Ni.”

“Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.”

  1. Renungan
    Jemaat yang dikasihi Tuhan,
    kata penyesalan berasal dari zaman yang cukup lama. Kata ini sudah ada sejak akhir abad 14, dari bahasa Prancis kuno, yaitu regreter. Kata regreter ini berasal dari kata re (awalan) dan greter yang berarti menangis atau mengerang. Lalu, kata regreter diterjemahkan menjadi: “merindukan, meratapi, meratapi kematian seseorang; meminta pertolongan.” Keadaan ini bisa terjadi jika mendapati hasil tidak seperti yang diinginkan. Sebagai contoh, kita bisa saja menyesal saat menjadi siswa tidak belajar dengan tekun, sehingga di akhir pembelajaran kita mendapati diri kita tidak lulus ujian. Atau, kita bisa saja menyesal telah mengucapkan kalimat yang sangat keras dan kasar kepada adik atau kakak kita, sehingga setelahnya kita mendapatinya menangis dan menjadi sedih karena ucapan kita tersebut. Penyesalan muncul di belakang dari tahapan sebuah kejadian. Itulah mengapa salah satu kemutlakan dari penyesalan adalah dia selalu datang terlambat. Apakah situasi ini berlaku bagi Allah?

Sebelum menjawab hal tersebut, kita bisa melihat bahwa setelah menjelaskan keterangan teologis atas sejarah bangsa Israel di dalam surat Roma pasal 11, maka rasul Paulus menyimpulkan bahwa seluruh karya Allah dalam sejarah bangsa itu adalah karya yang patut disyukuri, bukan disesali. Paulus menyinggung status sebagai bangsa Yahudi dan bangsa bukan Yahudi. Ia tidak menerima jika ada salah satu dari keduanya yang menganggap dirinya lebih baik dan benar, sehingga merendahkan yang lain. Bagi rasul Paulus, apa yang telah dilakukan Allah terhadap bangsa Yahudi dan bangsa bukan Yahudi, adalah sebuah kasih karunia. Jika kehidupan bangsa Yahudi pada masa lampau penuh dengan ketidaktaatan, maka tidak ada penyesalan dari pihak Allah di situ. Sebaliknya, jika kehidupan bangsa bukan Yahudi pada masa sekarang juga dipenuhi dengan ketidaktaatan, maka tidak ada juga penyesalan dari pihak Allah di situ. Maka, Allah sama sekali tidak pernah menyesali perbuatanNya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
kita ini adalah orang-orang yang dikasihani, atau lebih tepatnya dikasihi, Allah. Kita sangat perlu untuk sadar sesadar-sadarnya bahwa kita adalah orang-orang yang mendapatkan kasih karunia Allah. Apa artinya? Artinya adalah tidak ada satu pun kelebihan dan keunggulan yang dapat kita teriakkan dan sombongkan terhadap orang lain, apalagi terhadap Allah. Situasi ini membuat kita menundukkan kepala kita dan meneduhkan hati kita, agar kita tidak menyakiti orang lain dengan keberadaan kita. Allah mengasihi kita. Ia membentuk jalan hidup kita. Semuanya seturut dengan kehendakNya. Ia sama sekali tidak menyesali segala sesuatu yang telah diperbuatNya bagi kita. Kita tinggal menyadari dan mensyukuri semua itu. Amin.

  1. Doding: Haleluya No. 245:1+5
    Na marmahani hita parholong atei in.
    In ma Jesus Tuhanta, sibere tuah in,
    sibere tuah in.

Halani ai, o jolma sahei ma dousamin;
Asal ma ham porsaya, marulih ham ijin,
marulih ham ijin.

  1. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

Departemen Persekutuan GKPS