Renungan Mingguan Namaposo GKPS, Minggu 06 Oktober 2024 (19 Setelah Trinitatis)
Nas : Keluaran 18:19-27
Usul Doding : Hal. No. 248: 1, 5, 6 “Huhalongi Ham, Gogohku”
Tema : Pemimpin yang cakap dan takut akan Allah
Tujuan : Agar Namaposo mengenal pola kepemimpinan Musa
Menjawab Panggilan untuk Melayani
(Tim Penulis)
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, kita mungkin pernah merasa terbebani oleh tanggung jawab yang berat. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, pekerjaan, di rumah, atau pelayanan di gereja, ada kalanya kita merasa harus melakukan semuanya sendiri. Namun nas bacaan kita minggu ini memberikan kita pelajaran penting tentang kepemimpinan yang bijaksana dan cara kita bisa menjalani kehidupan yang lebih ringan dan lebih efektif dengan membagi tanggung jawab.
Dalam kisah ini, Musa menghadapi masalah besar. Sebagai pemimpin bangsa Israel, ia bertanggungjawab memimpin mereka dan menyelesaikan setiap masalah atau perkara yang muncul. Tugas ini sangat berat dan melelahkan, sampai Yitro, mertua Musa, melihat keadaan tersebut dan memberikan nasihat yang bijak. Yitro melihat ada yang tidak baik dalam pekerjaan dan kepemimpinan Musa. Menurut Yitro, pekerjaan yang terlalu banyak kurang baik dilakukan oleh Musa sendirian. Hal itu akan melelahkan dirinya, dan juga orang lain.
Musa adalah pemimpin yang luar biasa, namun dia tetap manusia biasa yang mempunyai keterbatasan. Kita sering berpikir bahwa jika kita tidak melakukan semuanya sendiri, maka pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik. Mungkin ada dari kita yang merasa, “jika saya tidak memimpin pelayanan ini, semuanya akan berantakan.” Namun, kita harus sadar bahwa kita tidak bisa melakukannya sendirian. Kita memiliki keterbatasan fisik, mental, dan emosional.
Yitro menasihatkan agar Musa melakukan beberapa hal; pertama: “wakililah bangsa itu di hadapan Allah” (ayat 19b), artinya Musa harus bertindak menjadi pengantara bagi bangsa Israel dihadapan Allah, kedua: mengajarkan mereka tentang ketetapan dan keputusan Allah atas berbagai permasalahan yang terjadi di tengah bangsa itu, ketiga memberitahu mereka jalan yang harus mereka jalani dan pekerjaan yang harus mereka lakukan (ayat 20), dan keempat: mengangkat pemimpin atas suku-suku mereka, yaitu pemimpin seribu orang, seratus orang, lima puluh orang dan sepuluh orang (ayat 21), yang kemudian mereka disebut sebagai Hakim.
Dalam memilih dan menetapkan pemimpin-pemimpin ini untuk menjadi Hakim, Yitro menasihatkan Musa supaya mempertimbangkan kepribadian mereka dalam beberapa kriteria, yaitu: Cakap artinya, memiliki kesanggupan atau kemampuan untuk menjalankan tugas; Takut akan Allah artinya, orang yang taat dan tetap menjaga kekudusannya di hadapan Allah; dapat dipercaya artinya, mampu menempatkan diri dalam posisi hidup yang benar dan tidak mudah dibujuk atau dibelokkan pada sesuatu yang tidak benar; dan benci terhadap pengejaran suap, artinya tidak cinta uang atau benci terhadap perilaku korupsi atau tidak menjual kebenaran hanya karena uang (ayat 21). Inilah yang kemudian berlaku sampai bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan.
Seorang pemimpin yang bijaksana adalah pemimpin yang tahu bagaimana membagi tanggung jawab. Kita tidak hanya perlu menerima bantuan, tapi juga harus tahu bagaimana memilih orang-orang yang tepat untuk membantu kita. Musa diberi nasihat untuk memilih orang-orang yang memiliki integritas, takut akan Tuhan, dan dapat dipercaya. Itu berarti kita harus bekerja sama dengan orang yang memiliki hati yang tulus dalam melayani Tuhan dan sesama.
Setelah memilih pemimpin-pemimpin yang dapat dipercaya, Musa hanya menangani perkara-perkara yang sulit atau berat. Dengan cara ini, beban Musa menjadi lebih ringan, dan bangsa Israel juga mendapat pelayanan yang lebih baik. Delegasi tugas tidak hanya meringankan beban kita, tetapi juga memungkinkan kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar membutuhkan perhatian kita. Ketika kita membagi tugas dengan orang lain, pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Ketika kita terlibat dalam pelayanan atau proyek bersama, kita harus menyadari bahwa kita tidak perlu menangani semuanya sendiri. Melibatkan orang lain akan membuat kita lebih produktif dan mengurangi stress. Misalnya, dalam sebuah acara pemuda, kita bisa membagi tugas antara tim ibadah, tim doa, tim konsumsi, dan sebagainya. Dengan bekerja sama, kita bisa mencapai lebih banyak hal.
Nah, hal yang luar biasa dari Musa adalah ia tidak merasa dirinya lebih tahu atau lebih pintar dari Yitro. Dia mau mendengarkan nasihat mertuanya dan melaksanakannya. Kadang-kadang, tantangan dalam kepempimpinan bukan hanya soal tugas, tetapi soal hati yang terbuka untuk menerima masukan dan kritik dari orang lain. Pempimpin yang bijaksana adalah pemimpin yang rendah hati dan bersedia mendengarkan nasihat dari orang lain. Musa adalah contoh pemimpin yang mau diajar dan dibimbing oleh orang lain, meskipun ia sudah banyak pengalaman sebagai pemimpin. Terkadang kita merasa tahu segalanya dan sulit menerima saran dari orang lain, terutama dari orang yang lebih tua atau lebih berpengalaman. Namun, kita bisa belajar dari Musa bahwa nasihat yang baik adalah berkat.
Saudara-saudari, melalui nas bacaan ini, kita belajar bahwa kepemimpinan yang bijaksana melibatkan kesadaran akan keterbatasan diri, kemampuan memilih dan mempercayai orang lain, manfaat dari kolaborasi, serta kerendahan hati untuk menerima nasihat.
Sebagai pemuda, kita semua dipanggil untuk melayani dan memimpin dengan cara-cara yang mencerminkan hikmat dari Tuhan. Mari kita belajar untuk bekerja sama, berbagi beban, dan mendengarkan nasihat dari orang-orang yang lebih berpengalaman, agar kita dapat menjadi pemimpin yang lebih efektif dan hidup yang lebih seimbang. Kepemimpinan yang bijaksana tidak berarti memikul semua beban sendirian. Musa belajar dari Yitro bahwa membagi tanggung jawab kepada orang lain dapat membuat kepemimpinan lebih efisien dan pelayanan yang lebih baik.
Saat kita membaca nasihat yang Musa terima dari ayah mertuanya, Yitro, mari renungkan juga bagaimana kita dapat menjadi seperti “orang-orang yang dapat dipercaya” (dapat diandalkan) yang digambarkan dalam ayat 21. Bagaimana kita dapat membantu dengan “turut menanggung” beban para pemimpin gereja kita? (ayat 22). Misalnya, bagaimana nasihat ini dapat diterapkan pada pelayanan kita di pemuda? Kita juga dapat mempertimbangkan apakah kita, kadangkala, seperti Musa, mencoba melakukan terlalu banyak. Bagaimana nasihat Yitro ini berlaku bagi kita?
Memberi pelayanan kepada orang lain adalah satu cara kita dapat beperan serta dalam pekerjaan Tuhan. Katakan kepada diri kita seperti ini “saya dapat membantu dengan ‘turut menanggung’ beban dari melakukan pekerjaan Tuhan.” Amin.