1. Doding: Haleluya No. 466:1-2
    Ringgas hita marhorja, ase torsa marhasonangan goluhta on.
    Sirsir do tong Tuhanta, mambere gogoh lao marhorja hubanta on.
    Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.
    Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.

Horjahon ma rosuh-Ni, ase dapotan pasu-pasu horjamu in.
Manggargar na sinari, janah tongtong ihasomani Tuhanta in.
Naima da tongon, amen sai saud ma sonin.
Nai ma da tongon, amen sai saud ma sonin.

  1. Tonggo
  2. Ayat harian: Job 17:3
    “Ham ma gabe jaminan bangku i lambung-Mu, anggo lang, ise ma na ra gabe jaminan bangku?”

“Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri! Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku?”

  1. Renungan
    Jemaat yang terkasih,
    dalam perjalanan hidup ini, kita sering diperhadapkan pada penderitaan dan kesulitan yang membuat kita merasa terasing dan sendirian. Kisah Ayub ini mengingatkan kita akan perjuangan yang dialaminya ketika menghadapi tuduhan, melalui penderitaan yang luar biasa. Ayub, seorang yang benar, tidak hanya bergumul dengan rasa sakit fisik dan emosional, tetapi juga dengan ketidakpahaman dari orang-orang di sekitarnya. Karena situasi itulah Ayub memohon kepada Tuhan agar Tuhan menjadi pembela dan jaminan baginya, yang mengerti dan mengakui bahwa ia tidak bersalah. Ayub merasa terpojok oleh teman-temannya yang menuduhnya sebagai penyebab dari segala kesengsaraan yang ia alami. Tentu ini tidak adil. Ia yang menderita namun masih tertuduh sebagai penyebab dari semua yang dialaminya. Padahal bukan itu yang dibutuhkan oleh Ayub. Ia membutuhkan dukungan serta orang yang berdiri di sampingnya dan membela dirinya. Hal itu akan lebih baik dan menjadi sedikit meringankan bebannya yang berat. Bukan justru memberatkan keadaannya. Tentunya permohonan Ayub ini menjadi gambaran kerinduan yang dalam dari setiap hati manusia bahwa setiap orang butuh pengertian, empati, dan dukungan terlebih di saat menghadapi tantangan hidup. Kita mungkin tidak sedang mengalami penderitaan seberat Ayub, tetapi banyak dari kita pernah merasakan kesepian saat orang-orang terdekat meragukan kita. Namun marilah kita belajar dari Ayub yang secara sadar menegaskan bahwa keimanannya tidak tergoyahkan, meskipun banyak yang mencoba merendahkannya.

Mari melihat pengalaman hidup kita. Terkadang kita juga terjebak dalam keraguan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap rencana Tuhan. Dari kisah Ayub ini kita belajar untuk tetap teguh dalam iman dan keyakinan kita meski dunia di sekitar kita berusaha meruntuhkannya. Kita diingatkan bahwa kita tidak sendirian dalam melalui penderitaan itu sebab Tuhan selalu ada, meski mungkin ada kalanya kita merasa terasing.

Renungan ini mendorong kita untuk menjadi sahabat yang baik. Seperti Ayub yang merindukan seseorang untuk berdiri bersamanya, kita juga diajak untuk menjadi pendukung bagi sesama. Kita membutuhkan orang lain ketika kita dalam masalah, demikian pula orang lain juga membutuhkan kita ketika mereka melalui kesusahan. Oleh karena itu, marilah kita berusaha dan saling memberikan dukungan serta pengertian kepada sesama yang sedang berjuang. Dengan sikap saling percaya dan solidaritas kita dapat menciptakan komunitas yang kuat dan penuh kasih. Saling membuka hati, agar saling memahami dan dapat memberi jaminan dukungan bahwa kita akan selalu ada bagi satu sama lain, sebagaimana Tuhan selalu hadir di dalam setiap perjalanan lika-liku hidup ini. Amin.

  1. Doding: Haleluya No. 453:1-2
    Pitah Ham Tuhan, hatundalan na toguh.
    Humbai ganup paruntolon na i tanoh on.
    Bani haganup pardalanan, pitah Ham panjaga na gogoh.
    Ondos ma Tuhan, hanai on nuan, ‘se torsa sadokah goluh on.

Tonduy Napansing, bere Ham bannami on.
Sai useihon Ham bai uhurnami ‘se sintong.
Ase dong pargogoh manlawan, kuasa ni dunia na bajan.
Ondos ma Tuhan, hanai on nuan, ‘se torsa sadokah goluh on.

  1. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

Departemen Persekutuan GKPS