Renungan Mingguan Namaposo GKPS Oktober 2024

Minggu, 27 Oktober 2024 (22 SET. TRINITATIS)

Nas                  : Yohanes 13:15-20

Usul Doding   : Hal.No. 118: 1- 3 “Tuhan Jesus Siparmahan”

Tema                : Yesus Pemimpin yang Menjadi Teladan

Tujuan             : Agar Namaposo meneladani kepemimpinan Tuhan Yesus.

HIDUP  DALAM TELADAN TUHAN

Penulis

Warga Seksi Namaposo yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus

Sebulan yang lalu, pada tanggal 3-6 September 2024, dengan kunjungan apostolik yang dilakukan oleh Paus Fransiskus sebagai pemimpin umat Katolik dunia ke Indonesia, khususnya Jakarta, membawa suasana yang hangat untuk diperbincangkan. Banyak orang khususnya umat Katolik yang antusias untuk menghadiri jadwal Misa Suci yang dilakukan pada hari Jumat, 5 September 2024 di Lapangan Gelora Bung Karno, bahkan data menyebut bahwa sebanyak 80.000 ribu umat Katolik hadir dalam Misa Suci tersebut. Di media-media lain juga ramai dipercakapkan hal-hal yang berhubungan dengan sosok Paus Fransiskus, tentang bagaimana kesederhanaannya, tentang bagaimana kepemimpinanannya, tentang bagaimana keperduliannya pada kaum marginal, tentang bagaimana kerinduannya akan perdamaian. Satu prinsip dari Paus Fransuiskus adalah bahwa “Perdamaian adalah Karya Keadilan”, yang tentu mambawa sebuah pemikiran baru kepada seluruh umat manusia di dunia untuk bersama-sama mengejar dan menciptakan perdamaian. Selain itu yang menarik adalah bahwa ternyata Paus Fransiskus adalah pemimpin Katolik yang pada awal penahbisannya sebagai Paus melakukan sebuah hal yang sangat menyentuh dalam tradisi keagamaan Katolik, dengan melakukan pembasuhan kaki kepada narapidana (yang dihukum secara sosial), Perempuan (yang sering tidak diperhitungkan keberadaannya), dan kaum muslim (yang dianggap dari kelompok yang berbeda dari kaum Katolik). Bagi Paus Fransiskus tradisi membasuk kaki adalah upaya yang dilakukan oleh gereja untuk menyembuhkan sakit dan memulihkan luka, pedih, getir, dan trauma yang hinggap dalam perjalanan hidup manusia. Sehingga itulah yang menjadi alasan bagi Paus Fransiskus untuk melaksanakan pembasuhan kaki kepada kelompok yang tersebut di atas.

Warga seksi Namaposo

Ternyata tradisi pembasuhan kaki, pun telah dilakukan oleh Tuhan Yesus di tengah-tengah para murid-Nya, bahwa menjelang Tuhan Yesus menghadapi penghianatan dari murid-Nya dan menghadapi kematian-Nya, Tuhan Yesus mengambil waktu untuk bersama-sama dengan para murid melaksanakan jamuan malam terakhir.  Lalu dalam situasi itu, Yesus melaksanakan pembasuhan kaki kepada murid-murid-Nya. Tradisi pembasuhan kaki dilakukan dengan makna ketulusan dan keredah-hatian yang semestinya dihidupi oleh seluruh umat percaya. Tuhan Yesus, sang Guru juga melakukan hal itu, di hadapan para murid-Nya yang merasa bahwa mereka tidak layak untuk menerima pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Guru mereka, tetapi justru mereka berhadapan dengan kondisi bahwa Guru mereka melakukan hal yang mulia dan penting kepada mereka. Yesus datang kepada murid-Nya dengan konsep keredah-hatian, dan ini yang selanjutnya diharapkan Tuhan Yesus untuk dilakukan pada murid Tuhan Yesus di dalam kehidupan mereka.  Bahwa ketika Yesus sebagai Guru mampu membasuk kaki murid-Nya, maka sejatinya para murid juga harus mampu melakukan pembasuhan kaki kepada yang lain. Memang praktek pembasuhan kaki selama ini yang dipahami adalah dilakukan oleh para budak (yang dianggap golongan rendah), yang membasuh kaki tuannya (yang dianggap golongan tinggi), tapi justru praktek dan pemahaman yang seperti itu yang akan diperbaharui Tuhan Yesus, bahwa ada makna lain yang disampaikan dalam proses pembasuhan kaki, yaitu kerendah-hatiana, dan mengentas klasifikasi dalam masyarakat, dan hal itu semestinya dilakuan oleh setiap umat yang percaya. Dan bila para murid sudah sampai kepada pemahaman yang seperti itu, juga melakukan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, maka para murid termasuk kelompok orang yang berbahagia. Pada poin selanjutnya, Yesus mempertegas makna pembasuhan kaki yang dilakukan-Nya, yaitu ketika Yesus meminta para murid melakukan hal yang sama kepada sesama mereka, atau bahkan kepada orang lain, sehingga saat mereka melakukan itu, maka mereka akan menemukan kebahagiaan dalam kehidupan mereka, lalu Yesus semakin mempertegas bahwa tidak hanya kebahagiaan yang didapat, tetapi termasuk kepada ketika para murid melakukan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, maka itu pertanda bahwa mereka menerima Yesus dalam hidup mereka, dan bukan hanya menerima Yesus dalam hidup mereka, tetapi juga menerima yang mengutus Yesus ke dunia. Pada poin itu Yesus mengatakan bahwa perintah atau ajaran yang dibawa Tuhan Yesus, bahkan sampai kepada praktek pembasukhan kaki, adalah perintah yang dilakukan Yesus sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada yang mengutus-Nya. Dan itu dipraktekkan dalam relasinya dengan para murid, lalu Yesus meminta agar para murid juga melakukan hal yang sama dalam kehidupan mereka, dan saat para murid melakukan hal yang sama, maka itu juga merupakan cerminan bahwa para murid tidak hanya taat kepada Yesus yang memberikan teladan kepada mereka, tetapi para murid juga taat kepada Bapa yang mengutus Yesus datang ke dunia ini.

Para warga namaposo yang dikasihi Tuhan

Setiap kita tentu mempunya idola yang tanpa kita sadari sering kita tiru saat kita menjalani kehidupan ini. Ketika kita mengidolakan seseorang dengan style tertentu, maka naluri dan kekaguman kita membawa kita untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh idola kita tersebut. Dan ketika kita dapat melakukan hal yang sama, maka akan lahir atau muncul perasaan bangga, bahwa kita telah sama dengan seseorang yang kita idolakan. Melalui renungan mingguan ini, kita juga diharapkan mampu melakukan hal yang sama dalam interkasi kita dengan Tuhan Yesus. Banyak hal yang dilakukan oleh Tuhan Yesus yang dapat kita teladani, dalam hal ini adalah praktek kerendah-hatian, meruntuhkan klasifikasi di tengah-tengah masyarakat, dan sikap ketundukan serta kepatuhan kepada Allah Bapa. Sikap dan pelaksanaan membasuh kaki bukan hanya tradisi yang dilakukan sebagai bentuk pewarisan tradisi, tetapi lebih dalam dari praktek pembasuhan itu adalah bahwa datang dengan  keredahhatian, melihat orang lain sama seperti kita, mampu meneladani Tuhan Yesus, dan ini adalah wujud kepatuhan kepada-Nya dan kepada Bapa. Lalu, saat kita mampu mewujud-nyatakan hal tersebut, maka kehidupan kita adalah kehidupan yang berbahagia. Berbahagia yang tidak hanya menggambarkan keadaan hati, tetapi berbahagia ketika hidup kita menjadi hidup yang diberkati. Jadi standaar kebahagiaan kita adalah standart kristiani, yang mampu meneladani Yesus, seorang warga namaposo dapat dikategorikan sebagai warga yang berbahagia adalah ketika dia mampu hidup dalam perintah Tuhan Yesus, yang mampu datang di dalam dan bersama dengan sikap rendah hatinya, yang mampu menyatakan ketundukan dan ketaatannya kepada Tuhasn Yesus. Maka bila kita sudah sampai pada titik ini, maka kita adalah warga namaposo yang berbahagia. Agaknya ini juga merupakan ciri warga namaposo pada tahun 2024 ini, konsep kebahagiaan yang sejati yang menjadi cerminan kehidupan kita, bahkan di tengah-tengah komunitas yang mengejar konsep kebahagiaan dengan standart dunia, kita harus mampu muncul dengan memberi warna dan ciri yang berbeda, sehingga benar bahwa kehidupan kita adalah kehidupan yang meneladani Tuhan Yesus dalam setiap aspek kehidupan kita. Maka selamat menjadikan Tuhan Yesus menjadi teladan bagi kehidupan kita, selamat menghidupi ketaatan dan ketundukan kepada-Nya, dan selamat menyongsong kebahagiaan bagi kita semua, Tuhan Yesus Memberkati. Amin.