1. Doding: Haleluya No. 205:1+4
    Hata ni Jahowa Sipadamei jolma hagoluhan in.
    In malas ni uhur, na mangapoh uhur na marhoru in.
    Gogoh ni Naibatangkin, paluahkon na porsaya humbai ganup dousa.

Hata hagoluhan do nuan iboan Parambilan in.
Na lampot tangaron, in do iberehkon bai uhurta in.
Ipodahi hita on ihatahon bei do hita paubah uhurta.

  1. Tonggo
  2. Ayat harian: 2 Musa 33:11
    “Jadi marsahap ma Jahowa pakon si Musa dumpar bohi songon sada halak na marsahap hubani hasomanni; dob ai mulak ma use si Musa hu parsaranan ai. Tapi anggo si Josua, juakjuakni, anak ni si Nun, anak garama ai, seng meret ia hun tongah-tongah ni lampolampo ai.”

“Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu.”

  1. Renungan
    Jemaat yang terkasih dalam Kristus,
    mari kita merenungkan peristiwa yang luar biasa dalam perjalanan iman bangsa Israel. Dalam Keluaran 33, kita melihat Musa, seorang pemimpin yang setia, mendirikan Kemah Pertemuan di luar perkemahan. Di sinilah perhatian bangsa itu dialihkan, menjadi penuh harap dan kekaguman, ketika Musa melangkah masuk untuk bertemu dengan Tuhan. Tiang awan yang turun, simbol kehadiran ilahi, menunjukkan betapa dekatnya hubungan Musa dengan Allah, Sang Pencipta.

Bayangkan suasana saat itu, semua mata tertuju pada Musa. Hati berdebar dan jiwa dipenuhi rasa hormat. Ketika tiang awan berdiri di pintu kemah, seluruh bangsa bangkit dan sujud. Ini adalah puncak dari pengakuan akan kebesaran Tuhan. Mengapa mereka menyembah? Karena mereka menyaksikan pertemuan luar biasa antara manusia dengan Tuhan. Musa tidak hanya sekadar seorang nabi; ia adalah sahabat Allah, berbicara secara tatap muka dengan-Nya.

Kita diingatkan bahwa hak istimewa ini juga terbuka bagi kita. Melalui pengorbanan Yesus, kita semua diberi jalan untuk berdoa dan berkomunikasi dengan Allah. Apa artinya bagi kita ketika kita menyadari bahwa kita dapat berbicara kepada-Nya, mengenal-Nya sebagai sahabat? Renungkan sejenak, betapa seringnya kita menganggap remeh kesempatan berdoa. Kita mungkin terjebak dalam rutinitas, mengabaikan momen-momen berharga untuk berbicara dan mendengarkan Tuhan. Saat kita berdoa, kita tidak hanya mengungkapkan permohonan; kita memasuki ruang suci, seperti Musa di Kemah Pertemuan. Ini adalah saat kita mengizinkan Tuhan mengubah hidup kita, memberikan arahan, dan mengisi hati kita dengan damai sejahtera. Ketika kita mengingat keagungan Tuhan yang menciptakan alam semesta, kita seharusnya merasa terhormat bisa bersekutu dengan-Nya.

Marilah kita tidak hanya berdoa sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan yang mendalam. Semoga kita selalu merindukan kehadiran-Nya, seperti umat Israel yang menantikan Musa. Dalam setiap doanya, marilah kita mengingat bahwa Tuhan menginginkan kita untuk mengenal-Nya lebih dalam. Hidup dalam doa adalah undangan untuk bersekutu dengan Sang Pencipta setiap hari, menyaksikan bagaimana Ia memimpin dan mengarahkan langkah kita. Mari kita bersama-sama menghargai hak istimewa ini, berdoa dengan penuh iman dan keyakinan, sehingga kita dapat berjalan bersama Tuhan. Amin.

  1. Doding: Haleluya No. 268:1-2
    Jahowa Tuhankin, bah tubuh sijengesan.
    Sitompa ganup in, sibere hagoluhan.
    Hupindo hu Bamu, angkula na jorgit.
    Age uhurhu pe, ase tongtong borsih.

Ham mangajari au bai sihatahononku;
Dear marsahap au na sambor horomonku;
Sai bahen Ham au on, parhata na mantin;
Margogoh ma tongon ganupan hatangkin.

  1. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

Departemen Persekutuan GKPS