Renungan Mingguan Namaposo GKPS, Minggu, 10 November 2024 (24 Set. Trinitatis)

Nas                  : 2 Tesalonika 3:6-12

Usul Doding   : Hal.No. 466: 1-3 “Ringgas Hita Marhorja”

Tema                : Berdoa dan Bekerja

Tujuan             : Agar Namaposo menjadikan diri teladan dalam bekerja dan berdoa.

BEKERJA UNTUK KEMULIAAN TUHAN

Penulis

Warga seksi Namaposo yang dikasihi oleh Tuhan

Pada era digital saat ini, saat kita berada di masa industri 4.0, mau tidak mau kehidupan kita akan diwarnai dengan digitalisasi. Tidak mengherankan bila pada saat ini muncul youtuber yang menjadikan youtube menjadi media baginya untuk mencari uang, menggunakan facebook melalui aplikasi meta, pun dilakukan untuk mengisi pundi-pundinya. Fenomen lain adalah bila selama ini, toko yang sebelumnya selalu ramai dikunjungi orang, maka pada hari ini sudah semakin ditinggalkan karena costumer yang lebih memilih belanja melalui online, baik tiktok, shopee, dan yang lain sebagainya. Semua itu adalah dampak dari kemajuan jaman yang bisa kita lihat dari 2 sisi, sisi pertama, semakin praktis dan efisien, dan sisi kedua adalah cara-cara tradisional, yang mempunyai nilai perjumpaan semakin ditinggalkan pada jaman ini. Apakah itu salah? Kita akan melihat bagaimana hal ini dilakukan, apakah dengan mengunakan media online itu dilakukan melalui dan berdasarkan rasa tanggungjawab kepada Allah, atau tidak, pun sebaliknya, cara-cara tradisional yang pelan-pelan ditinggalkan, apakah selama ini dilakukan dengan rasa tangungjawab kepada Allah atau tidak? Tentu ini yang menjadi poin dalam kita melihat perkembangan tehnologi hari ini.

Jemaat yang dikasih oleh Tuhan

Rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat yang ada di Tesalonika menekankan bagaimana kehidupan umat yang percaya dalam menggunakan kesempatan, waktunya tetap berdasarkan tanggungjawab kepada Allah. Penekanan yang dilakukan oleh Paulus adalah umat percaya selalu melakukan pekerjaan, tanggungjawabnya dalam seluruh sisi kehidupannya, tidak ada yang berpangku tangan, terlepas pada saat itu, konsep kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya mewarnai kehidupan jemaat, tetapi justru Rasul Paulus mengatakan bahwa kehidupan tidak berhenti dalam menanti, tetapi banyak hal yang masih dapat dilakukan saat menanti kedatangan Tuhan Yesus. Menurut Rasul Paulus ada hal-hal yang tidak sesuai menurut iman Kristen tentang pemahaman dan perbuatan jemaat orang-orang Tesalonika pada masa penantian kedatangan Yesus yang kedua kali, antara lain: Hidup dalam ketidak kudusan (1 Tes 4:1-12) dan malas bekerja (2 Tes 3:6-12). Menyikapi hal itu, maka pesan Rasul Paulus kepada jemaat itu adalah: “Menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami”. Menjauhkan diri itu berarti menarik diri atau bersikap tidak mengikuti jejak orang yang tidak melakukan pekerjaannya dengan rajin atau malas. Ini bukan pula berarti jauh dari orang-orang yang malas melainkan jika dekat dengan orang malas, jemaat tidak boleh terkontaminasi, terjerumus dalam kemalasan. Rasa malas bisa saja menyerang namun kita dapat menolak atau kompromi. Kalau kita kompromi maka apa yang harusnya kita kerjakan tertunda, gagal, dan orang lain bisa tidak mempercayai kita lagi dalam memberi pekerjaan. Pesan ini juga tentu ditujukan kepada kaum muda pada hari ini, bahwa kesempatan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk hidup di dunia ini hendaknya dipergunakan dengan baik.

Jemaat Tuhan

Selanjutnya Rasul Paulus mengharapkan agar jemaat itu meneladani sikap Rasul Paulus dalam bekerja. Pada Ayat 7-9 dituliskan: “kami tidak lalai bekerja diantara kamu”, menekankan bahwa Rasul Paulus dan rekan dalam perjalanan misinya adalah rajin, tekun dan bertanggung jawab dalam bekerja, lalu “kami tidak makan dari roti orang dengan percuma”, karena mereka berjerih payah untuk mendapat makan, bukan makan dari belas kasihan
(meminta-minta) atau dengan memaksa (mencuri) roti orang, dan “Supaya tidak menjadi beban siapapun tetapi untuk jadi teladan bagi kamu“. Sebagai hamba yang melayani jemaat Tesalonika sebanranya Rasul Paulus dan rekannya mempunyai hak mendapat imbalan atas pelayananannya. Tetapi itu tidak mereka nomor satukan, tidak mereka andalkan ataupun mereka tuntut. Justru Rasul Paulus dan rekan pelayanannya bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Paulus bekerja sebagai tukang kemah (Kis 18:3). Rasul Paulus melakukan hal tersebut bukan karena ia merasa bahwa pelayanan yang ia lakukan tidak memberikan penghasilan bagi dirinya. Akan tetapi itu semua hanya karena Rasul Paulus tidak ingin dirinya menjadi batu sandungan bagi jemaat. Dan ini bukan hanya sebagai sesuatu yang membicarakan apa yang dilakukan, tetapi lebih kepada pembuktian kepada jemaat agar jemaat meneladaninya. Selanjutnya Rasul Paulus memberi peringatan kepada jemaat Tesalonika, seperti yang tertulis dalam Ayat 10-12 “ jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”. Dengan bekerja seseorang mendapat gaji atau upah ada makanan dan kebutuhan hidup lainnya. Jika seseorang tidak bekerja ia tidak menghasilkan apa-apa, untuk orang yang demikian Paulus dengan tegas mengatakan janganlah ia makan. Ini ditujukan bukan kepada orang-orang yang tidak mampu bekerja melainkan kepada mereka yang tidak mau bekerja. Supaya semua boleh hidup dengan tertib dan hidupnya berguna. Alasan utama Paulus melakukan hal yang demikian adalah karena Rasul Paulus mendengar bahwa ada orang-orang yang tidak tertib hidupnya dengan tidak bekerja, tetapi melakukan hal-hal yang tidak berguna (ay. 11). Perlu dipahami bahwa kehidupan jemaat mula-mula pada masa itu sangat luar biasa. Banyak orang menjual harta miliknya dan membagi-bagikan kepada jemaat yang membutuhkan. Mereka juga sering mengadakan perjamuan di rumah-rumah (Kis 2:44-46). Oleh karena itu, bagi orang-orang yang malas, mereka lebih baik bergabung dengan jemaat Tuhan dan dalam jemaat tersebut mereka dapat makan setiap hari serta mendapatkan bagian dari penjualan harta jemaat lainnya. Mereka cukup diam dan berpangku tangan dan mengharapkan rejeki dari jemaat yang lain. Sikap ini yang sangat ditentang oleh Paulus. Paulus tidak ingin jemaat Tuhan menjadi jemaat yang malas, yang hanya menggantungkan diri pada orang lain. Rasul Paulus memberi nasihat kepada jemaat itu agar mereka tetap bekerja dan memakan makanan hasil jerih payahnya sendiri (ay. 12).

Warga seksi Namposo yang dikasih Tuhan

Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah untuk apa kita bekerja? Selain untuk makan, apakah ada tujuan lain dalam kita melakukan pekerjaan kita? Bekerja dalah upaya untuk mengusahakan dan memelihara dunia ini. Yang pertama diberikan Tuhan kepada Adam bukan isteri tetapi pekerjaan (Kej 2: 15 “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”). Manusia dipakai Tuhan untuk mengelola dunia dan isinya dengan baik. Bekerja juga dilakukan setiap orang untuk dia dapat makan. Dalam 2 Tes 3:10 dituliskan bahwa “jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”, karena sejatinya Tuhan itu sendiri bekerja, Yoh 5:17 “Bapaku bekerja sampai sekarang, maka akupun bekerja juga“. Dengan rajin bekerja kita meneladani Tuhan, rajin bekerja adalah sikap anak Allah. Tuhan bekerja menciptakan langit dan bumi beserta isinya, meniupkan nafas kehidupan, memberi semangat dan kekuatan kepada kita. Setiap hari Tuhan merancangkan damai sejahtera dalam hidup kita dan memberikan hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11). Dalam bekerja ada waktu berhenti, Kej 2:3 “ Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu”, dan karena Tuhan bekerja untuk kita maka kita juga harus bekerja untuk Dia (Kol 3:23 : “ Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” ). Bekerja dengan segenap hati, berarti tidak setengah hati melainkan sungguh-sungguh. Tidak merasa terpaksa, melainkan bersukacita sehingga konsentrasi, motivasi, kreativitas dan produktivitas kerja baik. Mari H3 (Head, Hand, Heart) kita dalam bekerja. Doakan yang kita kerjakan, kerjakan yang kita doakan. Sehingga kaum muda mampu mengisi hidupnya dengan semangat bekerja, dan tetap  mempersembahkan pekerjaan kita untuk kemuliaan bagi nama Tuhan kita Yesus Kristus. Amin