
Renungan Mingguan Namaposo GKPS, Minggu, 17 November 2024 (25 Set. Trinitatis)
Nas : Pengkhotbah 9:10-12
Usul Doding : Haleluya No. 466:1-3
Tema : Bekerja dengan sekuat tenaga selagi ada kesempatan
Tujuan : Agar Namaposo bekerja keras dengan berhikmat dalam waktu yang disediakan Tuhan
BEKERJA ADALAH IBADAH
Horas hasoman Namaposo GKPS!
Untuk membuka renungan ini marilah kita baca anekdot berikut ini!
Suatu ketika, Gus Dur ditanya wartawan, “Apa sih yang membedakan bangsa kita dengan yang lain di dunia, Gus?”
“Konon ada empat macam sifat bangsa,” kata Gus Dur.
“Apa itu, Gus?” tanya wartawan lagi.
“Sedikit bicara, sedikit kerja, contoh Nigeria dan Angola. Sedikit bicara, banyak kerja, Jepang dan Korsel. Banyak bicara, banyak kerja, Amerika dan China. Sedangkan yang banyak bicara, sedikit kerja, Pakistan dan India,” jelas Gus Dur.
“Kalau bangsa Indonesia, masuk yang mana Gus?” tanya wartawan lain.
Gus Dur terdiam sejenak, lalu menjawab: “Tidak bisa dimasukkan di antara yang empat itu,” kata Gus Dur.
“Loh…Kenapa Gus?” tanya wartawan penasaran.
“Karena di Indonesia, antara yang dibicarakan dan yang dikerjakan beda,” seloroh Gus Dur disambut tawa para wartawan.
Hasoman Namaposo, kira-kira kita masuk golongan yang mana ya? Atau menurut kita yang manakah yang seharusnya kita lakukan? Mungkin kita akan berpikir bahwa yang paling baik adalah sedikit bicara banyak kerja. Namun, dalam pemberitaan Injil, kita diajak untuk membicarakan dan memperkatakan iman kita dan di samping itu kita juga harus menunjukkan dan membuktikan buah dari apa yang kita katakan melalui apa yang kita lakukan termasuk pekerjaan kita. Sesungguhnya dalam renungan ini kita ingin diajar tentang bagaimana kita harus bekerja. Di era digital sekarang ini, pola kerja mengalami perubahan, demikian juga pola hidup. Sebelumnya, jam kerja kebanyakan pukul 9 pagi hingga 5 sore dan harus dilakukan di kantor. Orang yang berdagang juga harus membuka kios nya dan menunggu pembeli datang. Rapat juga harus dilakukan secara on-site dan banyak hal-hal lainnya yang harus kita lakukan di tempat-tempat tertentu dan secara langsung. Namun pada era sekarang ini, orang-orang bisa bekerja dari rumah atau dari mana saja yang disukai, pedagang juga bisa menjual dagangannya secara online dan tidak perlu membuka kios dan menunggu pembeli. Demikian juga dengan perputaran uang termasuk soal pinjaman. Sebelumnya kita harus menjumpai teman kita dan meminjam uangnya secara cash, atau ke bank dan melakukan prosedur-prosedur peminjaman secara langsung. Sekarang ini kita dimudahkan dengan pinjol (pinjaman online) yang sering sekali tanpa agunan tapi dengan bunga yang sangat tinggi. Dan kita tahu bahwa banyak orang muda sekarang ini yang terjebak pinjaman online dan mempergunakan pinjaman itu untuk keperluan-keperluan konsumtif. Kita bisa memenuhi keperluan-keperluan mendesak atau yang kita anggap mendesak dengan pinjaman-pinjaman. Belum lagi jika kita bicara soal judi online. Banyak juga yang terjebak dalam perjudian online ini karena banyak yang menganggap lebih aman dan bisa juga dilakuka dimana saja yang penting ada gadget atau laptop. Tidak perlu lagi berkumpul di suatu tempat untuk melakukan perjudian tersebut. Perjudian online juga sangat menggoda karena menjanjikan kemenangan besar. Perjudian seperti masuk ke dalam lumpur hidup, yang terus menarik dan kita tidak punya kemampuan untuk keluar.
Hasoman Namaposo, hal-hal di atas sangat mempengaruhi pola kerja di era sekarang ini. Daripada bekerja berpanas-panas dan berlelah-lelah di ladang atau dimanapun, banyak orang muda yang memilih untuk duduk di tempat yang nyaman dan berjudi online. Hal itu dipengaruhi oleh cara berpikir yang salah tentang bekerja. Ada yang menganggap bahwa bekerja semata-mata untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup, sehingga cara apapun dipakai untuk mendapatkan uang. Tidak peduli seperti apa caranya, yang penting mendapatkan uang dan digunakan untuk berbelanja. Namun sejujurnya segala sesuatu yang didapat secara instan dan dengan cara yang tidak benar akan hilang.
Hasoman Namaposo!
Iman Kristen meyakini bahwa kerja merupakan bentuk kemitraan Allah dan manusia. Melalui kerja, Allah dan manusia berkolaborasi dalam mewujudkan tatanan dunia baru. Dengan demikian kerja yang dilakukan oleh Allah dan manusia memiliki arah dan tujuan yang sama. Apa itu? Transformasi. Artinya, melalui kerja, dunia harus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Puncak perubahan itu adalah akhir zaman ketika Tuhan Yesus datang kembali. Dengan demikian kerja yang semata-mata hanya untuk mengumpulkan uang dan harta tidak sesuai dengan prinsip kerja Kristen. Justru itu adalah bentuk egoisme (mementingkan diri sendiri) dan egosentrisme (berpusat pada diri sendiri). Tentu saja ini bukan kehendak Tuhan. Sebab yang Tuhan kehendaki yaitu melalui kerja semua orang turut serta dalam proses pembaharuan dunia. Jadi kerja merupakan panggilan Tuhan. Inilah pemahaman dasar tentang kerja yang mesti dimiliki oleh semua orang Kristen. Dengan pemahaman yang demikian, mari kita memperhatikan Pengkhotbah 9:10-12.
Pada umumnya, kitab Pengkhotbah dikenal sebagai kitab yang berbicara tentang kesia-siaan. Lalu karena itu penulisnya dicap sebagai orang yang pesimis. Seolah-olah semua yang ada di dunia ini akan berakhir sia-sia. Padahal sebenarnya tidak begitu. Kitab Pengkhotbah sebagai kitab kehidupan. Itu karena kitab Pengkhotbah berbicara tentang hidup. Bukan hidup yang terjadi di akhir zaman, melainkan hidup saat ini. Dengan demikian memiliki etos kerja yang baik adalah bagian dari iman Kristen. Orang Kristen mesti bekerja keras sesuai profesi, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat yang Tuhan berikan (ayat 10) bukan bermalas-malas atau menyerahkan hidup pada nasib. Bagian ini merupakan nasehat agar mengerjakan semua pekerjaan yang dijumpai. Pengerjaannya pun bukan dengan asal-asalan melainkan sekuat tenaga. Untuk itu pertimbangan, pengetahuan dan hikmat mesti digunakan. Jadi bekerja harus sungguh-sungguh.
Salah satu ciri orang Kristen dalam kaitannya dengan kerja adalah keyakinan bahwa tidak ada pekerjaan yang hina. Semua pekerjaan itu mulia apabila ada kesadaran bahwa itu merupakan panggilan Tuhan. Ada anggapan bahwa pekerjaan terbagi dua, yang pertama pekerjaan kudus dan yang kedua adalah pekerjaan sekuler. Pekerjaan kudus adalah pekerjaan di tempat suci misalnya di gereja, sementara pekerjaan sekuler adalah pekerjaan sehari-hari. Pekerjaan kudus memiliki nilai yang lebih tinggi dari pekerjaan sekuler. Tokoh Reformasi merevisi pemahaman ini. Bagi mereka, tidak ada perbedaan dalam dunia kerja berdasarkan kekudusannya. Baik gereja maupun lapangan kehidupan, sama-sama bernilai ibadah dan sama-sama bernilai kerja. Sebab kerja merupakan mandat suci dari Allah ketika manusia pertama kali diciptakan. Allah menciptakan dunia dan isinya dari hari pertama sampai keenam. Pada hari ketujuh Dia berhenti dan menguduskannya. Jadi semua yang Allah lakukan dari hari pertama sampai ketujuh merupakan satu kesatuan.
Inilah yang menjadi teladan bagi orang Kristen. Saat bekerja sesuai profesi, orang Kristen sedang melakukan ibadah karya. Lalu saat beribadah di gereja, orang Kristen sedang melakukan ibadah liturgis. Jadi semuanya sakral, kudus dan mulia. Sekali lagi, itu kalau pekerjaan diterima sebagai panggilan agar melaksanakan mandat dari Tuhan untuk mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik. Bekerja juga bukan semata-mata hanya untuk memenuhi keinginan pun kebutuhan hidup. Bekerja bukan semata-mata untuk uang, namun dalam memilih pekerjaan atau cara-cara yang ditempuh untuk mendapatkan yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan. Uang yang didapat dari judi bukan berkat. Meskipun nilai mata uangnya sama, namun uang yang didapat dengan pekerjaan yang tidak baik akan membawa kehancuran.
Oleh karena itu marilah kita bekerja sekuat tenaga kita, dengan keyakinan bahwa oleh berkat Tuhan pekerjaan kita akan berhasil. Tuhan tidak akan membiarkan orang yang bekerja itu kelaparan. Namun tidak hanya bekerja keras saja, namun harus juga bekerja benar karena bekerja adalah ibadah. Amin.