PEMATANG SIANTAR. GKPS.OR.ID. Seminar Kepemimpinan dan Bedah Buku “Unggul dan Apostolis” pada Jumat (22/11/2024) pagi telah terlaksana dengan baik. Buku yang dibedah ini merupakan tulisan dari beberapa Pendeta, Penginjil dan Sintua di GKPS, yang berisikan refleksi, kritik, gagasan dan analisis untuk kemajuan kepemimpinan secara khusus dalam konteks GKPS. Dengan terbitnya buku ini diharapkan menjadi sebuah referensi bagi seluruh warga GKPS khususnya dalam memasuki tahun periodisasi kepemimpinan di tingkat jemaat, resort hingga sinode pada tahun 2025 yang akan datang.
Seminar yang diadakan sehari ini menghadirkan Pdt. Dr. Paul U. Munthe (Sekjend GKPS), Pdt. Jaharianson Saragih, S.Th, M.Sc, Ph.D (Dosen STT Abdi Sabda Medan), Pdt. Parulihan Sipayung, Ph.D (Kepala Bagian Perencanaan Litbang) dan St. Dr. dr. Waldensius Girsang, Sp.M(K)., D.Min, sebagai narasumber.
Seminar dan bedah buku diikuti Kepala Departemen dan Kepala Biro GKPS, Pimpinan Majelis Jemaat (PMJ), dan dilakukan secara hybrid. Peserta yang di sekitar Pematang Siantar mengikuti kegiatan di Balai Harungguan Kantor Sinode GKPS, sedangkan yang berada di luar Pematang Siantar, Litbang GKPS sebagai penanggungjawab kegiatan membagikan link zoom sehingga peserta yang tidak bisa hadir on site dapat mengikuti secara on line.
Sebelum dimulai, Pdt. Nirmala Sinaga memimpin ibadah yang selanjutnya kata sambutan yang disampaikan Pimpinan Sinode GKPS (Ephorus) Pdt. Dr. Deddy Fajar Purba. Pada sambutannya Ephorus GKPS menyambut baik kegiatan seminar ini dan mendorong semua peserta bersama-sama mengikutinya sebagai berkat.
Pdt. Posma Purba selaku Kepala Litbang mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan Pimpinan Sinode GKPS sehingga seminar dan bedah buku dapat diadakan. Pdt. Posma pun tak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungan dari Christmas Haloho dalam pencetakan buku, serta dukungan dari St. Dr. dr. Waldensius Girsang dalam pendanaan kegiatan seminar dan bedah buku tersebut.
Di sesi 1 yang tampil sebagai narasumber adalah Pdt. Dr. Paul U. Munthe dan St. Dr. dr. Waldensius Girsang, SpM(K)., D.Min, dengan moderator Pdt. Posma Purba. Sekjend GKPS menjelaskan mengenai kepemimpinan dan biografi Pdt. Dr. (HC) A. Munthe, yang pernah menjabat sebagai Ephorus serta Sekjend di GKPS. Pdt. A. Munthe dikenal sebagai pemimpin yang loyal di dalam pelayanannya dan tidak mengharapkan pujian di dalam pelayanannya.
Yang menjadi sebuah prinsip dipegang oleh Pdt. A. Munthe bahwa menjadi pemimpin adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan dan harus disyukuri. Oleh karena itu perlu bertanggungjawab untuk mengerjakannya dengan baik.
Sementara itu St. Dr. dr. Waldensius Girsang memaparkan lebih lanjut di dalam materinya mengenai kepemimpinan Kristen, yaitu dimulai dari “handuk” dan “baskom” sebagai seorang pelayan. Artinya melalui kedua benda tersebut ada pelayanan yang sesungguhnya. Yesus menjadi teladan yang memimpin dengan melayani bukan dilayani. Itulah prinsip yang perlu ada dalam kepemimpinan Kristen. Selain itu, pemimpin Kristen bukan lagi berbicara tentang “aku”. Ia harus memiliki hati sebab tanpa hati maka semua menjadi hampa.
Sesudah sesi 1 selesai, dilanjutkan ke sesi ke-2, yang menampilkan Pdt. Parulihan Sipayung dan Pdt. Jaharianson sebagai narasumber. Pdt. Parulihan Sipayung, Ph.D menjelaskan mengenai “Meritokrasi Intergenerasi”. Diawali dengan pemaparan peta permasalah GKPS dan penjelasan bahwa pemimpin perlu untuk melakukan pemuridan juga kepada yang lain, sehingga proses kaderisasi terus terjadi, tidak terputus dan setiap pemimpin perlu memahami konteks persoalan dan terobosan-terobosan di dalam kepemimpinannya. Hal tersebut semakin dikuatkan oleh Pdt. Jaharianson Saragih, Ph.D sebagai pemateri terakhir yang melihat dari sisi lain buku tersebut. Beliau menjelaskan mengenai spiritualitas pemimpin dan tipologi pemimpin dengan persoalan yang ada.
Pertama sekali pemimpin perlu memiliki spiritualitas yang kuat sehingga bisa menjadi teladan bagi yang lain. Pemimpin tanpa keteladanan adalah sebuah kepalsuan. Keteladanan ini juga semakin terlihat dalam proses pemuridan. Pemuridan seharusnya juga menjadi salah satu tugas dari pemimpin ketika ia sudah tidak memimpin dan ada proses pembentukan. Tipologi pemimpin dimaksudkan supaya setiap orang memilih tipe pemimpin sesuai dengan konteks persoalan yang dihadapi sehingga bisa menemukan terobosan yang tepat menyelesaikan persoalan tersebut.
Setiap peserta merasa terberkati dengan penyampaikan materi keempat narasumber. Melalui keterangan yang disampaikan oleh para narasumber semakin membekali peserta bahwa menjadi pemimpin itu bukan hanya soal jabatan yang dimiliki, melainkan juga kapasitas yang ada pada diri pemimpin yang bisa menjadi teladan dengan spiritualitas yang dimiliki, memiliki pemikiran yang visioner yang mampu melihat ke depan sebelum yang lain melihatnya, memahami peta persoalan yang ada, dan bisa menemukan sebuah terobosan solusi untuk persoalan tersebut.
Di akhir kegiatan, Pimpinan Sinode mengucapkan terimakasih kepada Pdt. Jaharianson Saragih, Ph.D dan St. Dr. dr. Waldensius Girsang atas kesediaan menjadi pemateri serta memberikan sebuah souvenir sebagai tanda terimakasih. Kegiatan pun diakhiri ini di dalam doa yang dibawakan Ephorus GKPS. (hks/bgs)
Pewarta: Vik. Pdt. Jonathan Damanik