Renungan Mingguan Seksi Namaposo GKPS, 2 Februari 2025 (4 Set. Epiphanias)

Nats                             : Kejadian 32: 22-32

Usulan Doding            : Hal. 13: 1, 3

Tema                            : Yakub Tidak Mau Melepaskan Allah Sebelum Ia Deiberkati

Tujuan                         : Agar Namaposo tetap setia kepada Allah dengan memegang teguh Firman-Nya

TETAP MEMELUK ALLAH ERAT-ERAT

(Tim Penulis)

Sudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, sampai hari ini Alkitab merupakan sebuah buku yang masih relevan untuk dibaca. Baik dari kalangan muda hingga tua. Alkitab merupakan salah satu buku yang paling banyak terjual di dunia. Menurut data dari The Guinness Book of World Records, jumlah total Alkitab yang telah dicetak mencapai 5 miliar eksemplar. Penjualan Alkitab juga meningkat secara signifikan selama masa-masa sulit seperti pandemi COVID-19, karena banyak orang mencari harapan dan penyembuhan dalam hidup mereka. Hal itu benar adanya sebab banyak dalam Alkitab kisah-kisah yang memberikan pengetahuan bahwa perjuangan bersama Kristus akan berakhir dengan Bahagia. Katakan saja seperti kisah perjuangan bangsa Israel keluar dari Mesir, hingga perjuangan-perjuangan para rasul dalam memberitakan Injil yang pada akhirnya membawa banyak orang bisa menerima keselamatan itu, termasuk kita. Bacaan kita hari ini menjadi sebuah pembelajaran sekaligus penguatan di tengah situasi sullit yang kita hadapi.

Bergulat dengan Allah

Di dalam kejadian 27:1-40 kita akan menjumpai sebuah kisah penipuan yang dilakukan seorang anak kepada ayahnya. Seorang anak yang bernama Yakub telah menipu ayahnya, Ishak, untuk memperoleh berkat dari Allah yaitu berupa hak kesulungan. Mengapa dikatakan mencuri? Sebab sesungguhnya, menurut hukum taurat hak kesulungan itu adalah milik Esau kakaknya. Ribka ibu mereka lebih cenderung berpihak pada Yakub sehingga Ribka berkeinginan supaya Yakublah yang mendapatkan hak kesulungan tersebut. Lalu Ribka memanfaatkan keadaan fisik Ishak yang sudah tua dan penglihatan yang sudah kabur. Walaupun Ribka dan Yakub menipu Ishak, namun penglihatan dan ingatan Allah tidak dapat dikaburkan oleh waktu. Sebab walaupun sudah bertahun-tahun berlalu namun Allah tetap mengingatnya dengan jelas. Segera setelah berkat itu ia terima, bukan bahagia yang ia terima tapi justru ketakutan dan rasa cemaslah yang mengejar-ngejarnya. Esau, saudarannya, telah bersumpah untuk membunuh Yakub. Kemudian Yakub harus memulai perjalanannya dengan melarikan diri dengan perasaan yang gelisah tak karuan.

Dalam pelariannya tersebut, Allah menyuruhnya kembali untuk bertemu dengan Esau sehingga ia berada dalam ketakutan yang sangat hebat dan luar biasa. Ditengah-tengah ketakutan tersebut Yakub kehilangan kendali dan Allah berinisiatif untuk menampakkan diri kepada Yakub melalui seorang laki-laki yang bergulat dengan Yakub dari malam hingga fajar menyingsing. Tuhan dengan bersengaja memenangkan Yakub dalam pertandingan tersebut walaupun dengan mudah Allah mampu memenangkan pertandingan tersebut. Tuhan dengan sengaja malakukan pergulatan yang panjang tersebut sebagai satu proses pengujian terhadap ketahanan, ketekunan, dan iman Yakub. Dengan berjuang sepanjang malam, Yakub menunjukkan komitmennya untuk tidak melepaskan Tuhan meskipun dia berada dalam kesulitan dan kegelisahan yang membabi buta. Pergulatan yang berkepanjangan itu pun menjadi suatu transformasi bagi Yakub. Transformasi dari masa-masa gelap menuju pencerahan baru. Setelah pergulatan tersebut Yakub pun menerima nama baru dari Allah.

Lalu bagaimana dengan kita kaum namaposo? Apakah ketika diperhadapkan dengan pergulatan rohani kita dapat bertahan dengan teguh beriman kepada Tuhan. Di tengah banyaknya persoalan di tengah-tengah lingkungan kita menempuh pendidikan, tekanan di dunia kerja, tekanan di tengah-tengah keluarga yang menyarankan supaya segera menikah, atau permasalahan hidup lainnya? Mampukah kita menang menghadapi semua pergulatan rohani tersebut? Jika kita tetap setia beriman kepada Tuhan kita akan memenangkan setiap pergulatan yang kita hadapi dalam kehidupan kita.

Memeluk Allah Dengan Erat-Erat.

Salah satu hal yang menarik dari perikop ini adalah apa yang dilakukan Allah kepada Yakub. Benar bahwa Yakub memenangkan pergulatan ini, namun dalam proses pergulatan tersebut Allah memukul pahanya yang membuatnya menjadi pincang selamanya. Walaupun Allah bisa saja mengalahkan Yakub hanya dengan satu pukulan namun Dia tidak melakukannya. Namun apa yang kemudian yang dilakukan Yakub dalam pergulatan tersebut setelah lelaki tersebut memutuskan untuk pergi?

Saudara-saudara yang terkasih, pertanyaan yang sama juga bisa kita refleksikan dalam kehidupan kita. Ketika Tuhan memukul kita dengan berbagai-bagai persoalan hidup yang dipercayakan untuk kita lalui, apa yang akan kita lakukan? Akankah kita berpaling dari Allah, mempersalahkan Allah atau bahkan meninggalkan Allah? Atau lebih memilih untuk melakukan hal yang sama dengan Yakub? Memilih untuk memeluk Allah dengan erat-erat? Seharusnya demikian. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa dalam ketakutan Yakub, Allah menyatakan dirinya kepada Yakub. Allah berinisiatif untuk menjumapi Yakub yang gelisah itu.

Yakub mengetahui bahwa laki-laki itu adalah perwujudan dari Allah sehingga ia memeluk Allah dengan erat-erat sampai Allah berkenan untuk memberi Yakub berkat. Inilah juga yang menunjukkan ketekunan dan juga hasrat Yakub untuk mendapatkan kekuatan dan keberanian yang daripada Allah. Dan Yakub dengan kegigihannya mendapatkan berkat yang daripada Allah. Bagi bangsa Israel nama pada hakikatnya menunjuk pada kepribadian manusia tersebut. Oleh karena itu, ketika Yakub memperkenalkan dirinya kepada Allah dengan sebutan “Yakub” sebenarnya Yakub sedang menunjukkan jati dirinya kepada Allah dengan jujur. Sebab Yakub memiliki arti “penipu”—aku seorang penipu. Dihadapan Allah dia mengakui dirinya bahwa ia adalah seorang pendosa. Justru dengan Yakub mau jujur dihadapan Allah dengan mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya, Allah memberikan berkat kepadanya dengan identitas yang baru. Allah berfirman: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel”. Yakub diganti namanya dengan yang baru menjadi Israel yang berarti “Kiranya Allah merajai” atau bisa juga diartikan sebagai “pejuang Allah”. Dengan identitasnya yang baru itu, Yakub dipanggil untuk menjadi pejuang Allah, yaitu seorang yang mau mempertaruhkan hidupnya untuk Allah. Jika sebelumnya ia memperoleh hak kesulungan untuk sesuatu yang duniawi, kini diubah oleh Allah untuk berjuang bagi kemuliaan-Nya.

Dalam surat Roma pasal 9, Rasul Paulus menggunakan Yakub sebagai suatu contoh kasih karunia Allah. Mengapa Allah mau menggunakan seseorang seperti Yakub untuk melanjutkan rencanaNya membangun suatu bangsa yang kudus? “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau bermurah hati” (Roma 9:15), itulah jawaban Allah. Paulus sangat menyukai kata kasih karunia yang berarti suatu pemberian yang diberikan kepada orang yang pertama-tama tidak layak menerimanya. Karena ia telah menjalani bagian pertama kehidupannya dengan melawan kehendak Allah namun bagaimanapun Allah mengasihinya. Bahwa pada kenyataannya Allah memberikan kasih karunia itu kepada Yakub yang telah melukai hati Allah. 

Transformasi Yakub dari seorang penipu menjadi “Pejuang Allah” seseorang yang diberkati dan diakui oleh Tuhan adalah contoh kuat dari kasih dan pengampunan Tuhan. Ini juga mengingatkan kita bahwa siapa pun kita di masa lalu, dengan ketekunan, penyesalan, dan pencarian tulus terhadap Tuhan, kita dapat mengalami perubahan dan berkat dalam hidup kita. Maka demikian kita, sebagai orang yang sudah diubah identitasnya dengan yang baru, yaitu sebagai anak-anak Allah dalam Kristus, marilah kita semakin menghayati kehidupan yang dipenuhi dengan kasih yang senantiasa memeluk Allah dengan mesra.

Ketergantungan pada Allah

Sama seperti kita, Yakub bukanlah pribadi yang sempurna, bahkan dalam perjumpaannya dengan Allah dia mengakui kelemahannya di hadapan Allah. Yakub bahkan merupakan seorang yang memiliki karakter dengan banyak kelemahan. Kehidupan Yakub terasa begitu lekat dengan persoalan tipu menipu. Namun dibalik segala kelemahannya tersebut Yakub memiliki iman yang sangat kuat, yaitu iman yang percaya dan berjuang untuk mendapatkan berkat Allah, sampai akhirnya ia mendapatkan berkat yang dibutuhkannya tersebut. Kegigihannya dalam meminta menunjukkan ketergantungannya kepada Allah sebab ia meyakini bahwa hanya Allah yang mampu mengatasi kegelisahan yang ada di dalam hatinya sebab Allah memerintahkannya untuk kembali menjumpai Esau saudaranya itu.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, apa yang kita andalkan dalam kehidupan ini? Tidak jarang kita justru mengandalkan uang, jabatan, kekuasaan, kekayaan orang tua dan lain sebagainya. Kita lupa bahwa semuanya itu bisa lenyap secepat malam berganti pagi. Kenyataan itu seharusnya memunculkan satu pemahaman bahwa semuanya itu tidak dapat menolong kita sebagai mana Allah dapat menolong kita. Peristiwa Yakub di sungai Yabok mengingatkan bahwa kita harus bersandar pada penyertaan Allah. Kita tidak perlu bergantung pada keterbatasan dari uang, jabatan, kekayaan, kekuasaan, atau kepintaran, dan akan pikiran kita. Sebab Allah lebih berkuasa dari apa pun. Kisah ini juga mengajarkan kita untuk meyakini janji Tuhan. Walaupun terlihat lambat tetapi penggenapan akan janji Tuhan tidak pernah terlambat.

Mengejar berkat

Saat ini kita mungkin merasa bahwa berkat Tuhan dari Allah tidak tercurah akan kita. Kisah Yakub yang menjadi dasar renungan kita kali ini yang setidaknya mengajarkan kita satu hal bahwa Allah ingin kita menjadi umat yang aktif. Yakub sadar betul bahwa berkat Tuhan akan disediakan untuknya. Itulah juga yang memampukan dia untuk mengiakan perintah Tuhan kembali ke Kanaan meskipun ia harus bertemu kembali dengan Esau. Ketika perintah Allah datang, pada saat itu ia sudah memiliki banyak sekali harta benda. Kembali ke Kanaan artinya ia akan berhadapan dengan Esau dan berpotensi untuk kehilangan harta dan kemapanan yang sudah diraihnya. Namun disaat yang bersamaan, Yakub juga menyadari bahwa berkat dari Allah juga membutuhkan upaya untuk diraih sehingga ada semacam gerakan dua arah yang terjadi. Bukan hanya Allah yang memberikan, namun umat juga ikut mencari berkat tersebut secara aktif. Salah satu cara meraih berkat tersebut adalah menaati perintah Allah, sama seperti yang dilakukan oleh Yakub.

Relasi dua arah inilah yang semestinya kita bangun sebagai namaposo sehingga perjuangan kita juga bisa membuahkan hasil yang baik pada akhirnya sehingga tidak ada upaya yang terbuang dengan sia-sia. Dalam upaya untuk memperoleh berkat yang dari Tuhan. Seringkali yang kita lakukan hanyalah berdoa sambil menanti dengan diam jawaban dari doa kita. Namun apa yang diharapkan dari renungan ini ialah secara aktif mengimani bahwa setiap doa harus dikerjakan dan setiap pekerjaan harus didoakan. Maka kitab bisa belajar dari Yakub, selain menunggu dengan penuh pengharapan, ia juga bekerja dengan keras dan melawan keduniawiannya, mengabaikan kekayaan duniawi, mengabaikan ketakutannya. Ia bekerja dengan keras untuk memastikan bahwa berkat itu akan diberikan Tuhan kepadanya.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Menjadi seperti Yakub yang dengan berani melakukan perintah Tuhan walaupun dipenuhi dengan ketakutan adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Namun bersama-sama dengan Tuhan kita akan dimampukan. Amin.