1. Doding: Haleluya No. 303:1+4
    Na Pansing, Na Pansing Tuhan parkuasa, ari on hanami mamuji Naibata.
    Na pansing Na Pansing janah marjumbalang, Sitolu sada na sangap tumang.

Na Pansing Na Pansing Tuhan parkuasa, ningon do pujion ni na tinompa-Mu.
Na Pansing, Na Pansing janah marjumbalang, Sitolu sada na sangap tumang.

  1. Tonggo
  2. Ayat harian: 1 Johannes 5:21
    “Nasiam dakdanakku, jaga nasiam ma diri nasiam dompak sisombahon na lepak.”

“Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.”

  1. Renungan
    Jemaat yang dikasihi Tuhan,
    kondisi umat Kristen yang berada di wilayah Asia Kecil pada sekitar tahun 90-100 M sedang menghadapi tantangan melalui ajaran sesat yang semakin menyebar pada saat itu. Hal ini mendorong Yohannes sebagai penulis surat ini untuk mengirim surat kepada mereka, dengan harapan umat percaya semakin hidup di dalam iman dan ketaatan kepada Yesus Kristus yang mereka percayai. Lalu ajaran apa yang menganggu mereka pada saat itu? Salah satunya adalah Gnostisisme, yang mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh melalui pengetahuan rahasia, dan doktrin yang meragukan atau tidak menerima inkarnasi Yesus sebagai Tuhan dan Manusia. Dalam surat ini penulis secara tegas menekankan bahwa Yesus adalah Tuhan yang menjadi manusia dan mengingatkan pentingnya mengenal serta tinggal dalam kebenaran-Nya, melalui sikap, hidup dalam kasih dan dalam kedekatan yang dibungkus dengan iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Tentu ini merupakan ajaran yang tetap relevan dan kontekstual bahkan sampai pada hari ini.

Jemaat Tuhan,
marilah kita melihat secara lebih terperinci tentang apa yang disampaikan oleh penulis kepada kita pada hari ini. Ada 2 (dua) kata yang menjadi fokus perhatian kita, yaitu kata “waspada” dan kata “berhala.” Kata waspada menghunjuk kepada sikap untuk berhati-hati dan berjaga-jaga; bersiap siaga dan sigap dalam menghadapi bahaya atau keadaan darurat. Tentu hal ini sebagai sebuah sikap yang diperlihatkan oleh seseorang untuk mempersiapkan dirinya di tengah-tengah situasi yang tidak diharapkannya. Bila melihat dalam konteks ini, tentu hal-hal yang tidak diharapkan itu adalah adanya ajaran yang menyesatkan, perlu kewaspadaan, sehingga tidak terjerat dalam ajaran yang menyesatkan itu. Karena ketika seseorang tidak waspada, maka situasi terjerat, atau terpengaruh dan ikut dalam ajaran yang menyesatkan dan situasi itu menjadi awal bagi seseorang untuk tunduk kepada ajaran yang menyesatkan. Kata kedua adalah “berhala” yang bila dilihat dari kata bendanya, memiliki arti patung dewa, dan bila penggunaan kata berhala meluas menjadi makhluk/benda (matahari, bulan, malaikat, hewan) atau apa saja yang disembah selain perintah Allah adalah termasuk dalam kategori berhala. Berhala, dalam hal ini, adalah benda atau orang yang bukan Tuhan, tetapi disembah seolah-olah mereka adalah Tuhan. Berhala bisa menjadi apapun yang kita tempatkan di atas Tuhan dalam kehidupan kita, menjadi fokus utama perhatian dan penyembahan kita. Dengan demikain, ketika penulis menekankan “Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala” maka hal ini adalah nasihat yang diberikan penulis kepada orang percaya yang dikasihinya. Bahwa fakta adanya tantangan yang memungkinkan untuk menyebabkan jemaat itu akan terpengaruh, maka setiap umat percaya perlu waspada, bahwa situasi konkrit ajaran yang menyesatkan, mendorong umat percaya untuk tetap fokus kepada Kristus, Sang Kebenaran. Seseorang yang sudah mengenal Allah dengan benar, berada di dalam Dia, akan menjauhkan allah palsu, tidak memuja Allah dengan patung-patung dan gambar-gambar yang ikut berbagi dalam penyembahan terhadap-Nya. Tidak bersekutu dengan bangsa-bangsa lain dalam penyembahan berhala mereka. Allah Sang Pencipta adalah Dia yang telah menciptakan, yang menebus melalui Anak-Nya, yang telah mengirimkan Injil-Nya, yang telah mengampuni dosa-dosa manusia, dan yang memberi kita hidup kekal. Melekat kepada-Nya dalam iman, kasih, dan ketaatan, dengan menentang segala sesuatu yang akan menjauhkan pikiran dan hati kita dari-Nya.

Jemaat Tuhan,
saat ini, wujud berhala bukan hanya berhubungan dengan patung-patung atau benda-benda yang lain, tetapi kemajuan teknologi yang saat ini, memungkinkan kita untuk masuk dalam memberhalakannya. Maka nas ini menjadi sebuah pengingat bagi kita untuk tetap waspada, bahkan kepada ajaran atau kemajuan yang selalu ada dalam kehidupan kita. Bukti pengenalan kita kepada Allah adalah saat kita mampu menyaring ajaran atau kemajuan yang tidak membuat kita berpaling dari pengenalan kita kepada-Nya. Amin.

  1. Doding: Kau yang Terindah
    Kau yang terindah di dalam hidup ini, tiada Allah Tuhan yang seperti Engkau,
    besar perkasa penuh kemuliaan.
    Kau yang termanis di dalam hidup ini, ‘kucinta Kau lebih dari segalanya,
    besar kasih setia-Mu kepadaku.
    Kusembah Kau, ya Allahku. Kutinggikan nama-Mu selalu.
    Tiada lutut tak bertelut menyembah Yesus Tuhan Rajaku.
    Kusembah Kau, ya Allahku. Kutinggikan nama-Mu selalu.
    Semua lidah ‘kan mengaku, Engkaulah Yesus, Tuhan Rajaku.
  2. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami

Kantor Sinode GKPS