
Minggu, 11 Februari 2024 (Estomihi)
Nas : 1 Timotius 4: 12-16
Usul Doding : Haleluya No. 381: 1-2 dan Bukti KebesaranMu (Lagu Rohani)
Tema : Jadilah teladan bagi orang-orang percaya
KETENARAN DALAM KEBENARAN
Tim Penulis
Horas Namaposo….
Hasoman Namaposo!
Dalam rangka penyebaran Injil keselamatan, Tuhan yang memilih dan mengutus para hambaNya untuk melayani di tengah-tengah jemaat. Melalui para hambaNya, semakin bertambah banyak orang percaya yang menjadi pengikut Tuhan Yesus, dan menerima kehidupan yang kekal. Dalam menjalankan tugas dan pengutusan ini, tentu banyak tantangan, dan pergumulan serta hambatan melalui rencana-rencana Iblis untuk menghalangi rencana Tuhan. Hambatan ini bisa datang dari kalangan terdekat seperti teman dan kerabat di dalam komunitas kita, dan juga orang lain yang kehidupannya telah dipakai oleh Iblis. Situasi yang demikian jugalah yang dihadapi oleh Timotius di dalam perjalanan pelayanannya, banyak tantangan dari kalangan para penyesat untuk merusak dan membelokkan ajaran kebenaran, dan ajaran yang dibawa oleh para penyesat ini dapat mempengaruhi iman dan membuat orang-orang percaya berpaling dari kehendak Tuhan, dan yang menjadi perhatian penuh dalam teks ini, dimana Timotius pada saat itu masih muda dan dimungkinkan untuk mudah dipengaruhi. Dalam situasi inilah, rasul Paulus melalui surat yang dikirimkannya kepada Timotius, bertujuan untuk meneguhkan dan mengajari Timotius supaya tidak tergoda dengan ajaran-ajaran sesat. Surat dengan bernada yang sama juga ditujukan untuk jemaat pada waktu itu, supaya tidak tergoda dengan ajaran-ajaran yang menyesatkan iman mereka, dan jangan sampai membuka hati untuk hal itu.
Hasoman Namaposo!
Semua orang percaya diutus Tuhan menjadi hambaNya, menjadi mitraNya untuk menyebarkan Kerajaan Allah di dunia ini, dan Tuhan juga merindukan agar setiap orang percaya menjadi hamba yang hidup dalam kebenaran di hadapan Tuhan, sehingga nama Tuhan semakin termulia. Dan pada nas bacaan kita hari ini, ada 4 poin yang dapat kita pelajari dan menjadi renungan dalam kehidupan kita selaku hamba yang dipanggil dan diutus Tuhan untuk menjalankan misi pelayanan:
- Dalam ayat 12, kita diajarkan bagaimana menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, iman, dan kesucian. Setiap orang Kristen harus selalu menggunakan kata-kata bijaksana, menjalani kehidupan sesuai prinsip Alkitab, dan menunjukkan kasih dengan tindakan nyata. Imannya harus diperkuat dengan keyakinan pada ajaran-ajaran Alkitab serta kesetiaan pada kehendak Tuhan. Panggilan untuk hidup dalam kesucian mengajak untuk menjauhi dosa dan hidup sesuai norma rohani. Ayat ini menggarisbawahi pentingnya menjadi representasi Kristus di dunia, menjadi saksi yang nyata bagi iman, dan membantu membangun komunitas yang mencerminkan nilai-nilai Kristiani.
- Misi (pekerjaan pelayanan) seorang hamba tidak menjalankannya melalui kehendaknya sendiri, tetapi melalui kehendak Tuhan. Dari dulu hingga sekarang, kehidupan seorang hamba begitu banyak jenisnya, ada hamba yang tetap menjalankan kehendak Tuhan dan ada juga yang menjadi pengajar sesat. Tentu menjadi seorang hamba yang dapat disebut sebagai hamba yang hidup dalam kebenaran harus mampu apa yang diharapkan dan diinginkan Tuhan dari pelayanannya. Melalui hidup dan pekerjaannya, harus bisa menjadi berkat dan mendatangkan sukacita bagi orang lain. Kehendak dan keinginan Tuhan sebagai orang yang dipercayakanNya menjadi hamba, yaitu tetap menghidupi firman Tuhan. Firman Tuhan yang mengajari dan memberikan pengertian kepada kita apa yang Tuhan kehendaki. Melalui nas dalam perikop ini, rasul Paulus menyampaikan kepada Timotius:…”bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar” (ayat 13). Bacaan Kitab Suci adalah Firman Tuhan yang harus disampaikan sebagai nasehat dan harus diajarkan. Firman Tuhan menentukan betul dalam kehidupan orang percaya, yang mampu mengubah kehidupannya menjadi kehidupan di dalam kehendak Tuhan.
- Identitas sebagai hamba, kita harus menghargai penggilan dan pengutusan itu. Sebagai hamba, jangan pernah meremehkan dan mempermainkan panggilan itu, karena Tuhan masih memakai kita sebagai alatNya, mitraNya, teman sekerjaNya, dan itu menjadi anugerah bagi kita. Paulus juga dengan tegas mengatakan kepada Timotius, “Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua” (ayat 14). Pesan orang tua pernah mengatakan “anggo tobu goranni daini pe matobu ma, janah sarpaet daini pe mapaet ma” (Jika namanya tebu, rasanya pun pasti manis, dan kalau tumbuhan sarpaet pasti rasanya pahit), begitu juga dengan kita, jika disebut sebagai hamba Tuhan, harus betul-betul menjadi hamba Tuhan. Hal seperti inilah dalam masa sekarang, tidak terlihat lagi dalam kehidupan orang Kristen, tidak lagi sesuai nama dan rasanya, sudah hambar, identitasnya yang tidak jelas, pribadi yang hilang ketika menghadapi situasi dunia ini, dan pada akhirnya begitu sulit menemukan seorang hamba yang hidup di dalam kebenaran sekarang ini, hidupnya tidak lagi dihidupi sebagai hamba, tetapi lebih banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan diri sendiri saja, dan meng-akibatkan tidak ditemukannya lagi kehendak Tuhan di dalam hidupnya. Sehingga nas kita ini juga, ingin mengingatkan kita semua sekaligus menyadarkan kita supaya tidak menyalahgunakan panggilan dan pengutusan Tuhan yang telah kita terima. Pada ayat 15 Paulus mengatakan: “Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang”, yang menekankan bagaimana seorang hamba yang dipanggil dan diutus Tuhan harus memiliki nilai lebih (kekhususan), ada kelebihan kita di dalam keberimanan, sehingga melalui itu semua, nama Tuhan semakin termulia di dalam kehidupan kita.
- Hamba yang melayani harus melekat dalam pribadi orang percaya, kita harus mampu menjaga diri kita dengan terlebih dahulu mengenal diri kita. Ada sebuah istilah yang mengatakan “gnoti seaton” (kenal-lah dirimu), who am I? Siapakah saya? Selama kita tidak mengenal siapa diri kita ini, kita tidak akan mampu menjaga diri kita. Identitas kita sebagai hamba, harus mampu menyadari keterpilihan kita sebagai hamba yang terpanggil dan diutus oleh Tuhan. Dan itu menjadi titik awal (start point) untuk berperilaku, berkata, dan tentunya perkataan Tuhanlah yang hidup di dalam diri kita, yang mengajari dan memberikan kesanggupan kepada kita sebagai hamba yang hidup dalam kebenaran. Paulus menyampaikan: “Siap siagalah dalam dirimu dan dalam pengajaran Tuhan, tetaplah di dalamnya, dan jika engkau melakukan firmanNya, engkau telah menyelamatkan dirimu dan menyelamatkan orang lain bagi yang mendengarkan firman Tuhan dari dirimu”. Karena itu, kehadiran kita dan pelayanan kita di tengah-tengah jemaat, harus tetap kita jalankan walaupun badai hidup menerpa. Kita melakukan hal itu, dalam rangka untuk menyelamatkan diri kita dan menyelamatkan orang lain. Sehingga, hidup orang percaya harus menjadi berkat bagi orang lain, karena melalui pelayananmu, orang lain juga merasakan keselamatan itu. Nas ini juga mengharapkan agar kita memberi diri kita menjadi hamba yang hidup di dalam kebenaran dan menjadi saluran berkat serta memberikan dampak yang baik ditengah-tengah keluarga, gereja dan masyarakat.
Dari 4 poin diatas yang kita pahami, kita bisa belajar bahwa menjadi hamba yang hidup dalam kebenaran membawa pribadi kita menjadi pribadi yang tetap menjadikan Firman Tuhan sebagai landasan hidupnya dan pembawa berkat bagi sesama. Namun harus disadari bahwa dasar menjadi berkat bagi sesama adalah supaya Tuhan tetap dipermuliakan. Tidak menjadi ajang pertunjukan kesombongan dalam perbuatan, kita bisa dikenal orang dari perbuatan dan tingkah laku kita sehingga kita menjadi tenar bagi orang lain, namun harus dipahami bahwa kita harus tenar dalam benar. Dalam “Ketenaran dalam Kebenaran”, kita diajak untuk merenung tentang makna sejati dari ketenaran. Ketenaran sering kali dihubungkan dengan popularitas dan pujian dari dunia ini, tetapi apakah itu benar-benar memberikan makna kepada hidup kita? Namaposo diajak untuk mempertimbangkan bahwa ketenaran yang sesungguhnya terletak dalam hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Sebagai Namaposo yang hidup di dunia yang seringkali tergoda oleh citra dan pencapaian duniawi, kita diingatkan bahwa ketenaran sejati berasal dari hidup yang konsisten dengan nilai-nilai Kristen. Namaposo dipanggil untuk mencari ketenaran dalam melayani sesama, berbagi kasih, dan menjadi saksi kebenaran Kristus. Ketenaran yang didasarkan pada kebenaran akan memiliki dampak jauh lebih besar dan abadi daripada ketenaran yang hanya bersifat sementara. Selain itu, kita diingatkan bahwa pencarian ketenaran dunia seringkali dapat menggoda kita untuk mengorbankan prinsip-prinsip iman. Oleh karena itu, penting bagi Namaposo untuk tetap teguh dalam iman, tidak terpengaruh oleh nilai-nilai dunia yang sementara. Kita kembali diundang untuk menilai ulang prioritas hidup kita. Apakah kita lebih mementingkan pengakuan dari dunia atau kebenaran dalam Kristus? Namaposo diajak untuk menjadikan Firman Tuhan sebagai panduan utama dalam hidup mereka dan membangun ketenaran yang bersandar pada fondasi yang kokoh. Semoga kita semuanya hasoman Namaposo dapat menerapkan pesan ini dalam kehidupan sehari-hari, menjalani hidup dengan melakukan Firman Tuhan dan dikenal oleh sesama, serta menjadi teladan bagi sesama, sehingga setiap Namaposo menjadi tenar karena menjadi teladan di dalam hidupnya, dan semakin menyadari bahwa ketenaran yang harus dikejar adalah ketenaran yang membawa kehormatan bagi Tuhan dan memberkati sesama. Amin.