- Doding: Haleluya No. 19:1-2
Damei do niMu bereon, Jesus bani bangsa-Mu.
Tonduy-Mu do pasaudkon, hata bai jabolon-Mu.
Na doyuk janah masombuh, au seng patut rongkon Ham,
Tonduy Na Pansing ma suruh ‘se gogoh manombah Ham.
Ale Tonduy Sipardamei sai masuki hanai on.
Sai pasada uhurnami, ‘se marbuah ganup on.
Sai tangi ma pinggolnami lao manangar ojur-Mu;
Ase tambah ringgasnami pararatkon hata-Mu.
- Tonggo
- Ayat Harian
“Bani ari ai buei do halak na mangkatahon Bangku, ʻHam Tuhan, Tuhan, ai lang manjahai do hanami marhitei goran-Mu? Ai lang iusir hanami do setan-setan marhitei goran-Mu? Ai lang ibahen hanami do buei tanda halongangan marhitei goran-Mu?ʼJadi hatahonon-Ku ma bani sidea, seng ongga Hutandai hanima, misir ma hanima hun lambung-Ku, hanima sihorjahon na ulang.” (Mateus 7:22-23)
“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:22-23)
- Renungan: Setia sampai Mati
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
konteks dari ayat harian kita hari ini adalah saat Tuhan Yesus berkhotbah di atas bukit. Saat itu, pendengar khotbahNya adalah masyarakat luas, meliputi: calon murid, orang Saduki, orang Farisi, ahli Taurat, dan lain-lain. Hal itulah yang menyebabkan khotbah di atas bukit memiliki tema yang beraneka ragam. Tapi pada intinya, khotbah di atas bukit membicarakan dua hal penting, yaitu: nabi palsu dan bagaimana menjalankan firman Tuhan. Kedua hal penting itu digambarkan dalam ayat harian kita hari ini.
Nabi palsu terlihat seperti biri-biri, namun hatinya sebenarnya adalah serigala. Waktu dan proses akan membuktikan siapa yang benar-benar sebagai pengikut Tuhan. Biri-biri yang sejati atau serigala yang menyamar sebagai biri-biri. Ternyata, bukan orang yang selama hidupnya bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan, dan mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan yang akan diselamatkan pada hari terakhir. Justru terhadap orang-orang yang demikian, Tuhan mengatakan bahwa Ia tidak mengenalnya. Bukan hanya tidak mengenal, melainkan Tuhan juga mengusir dia dan ia disebut sebagai pembuat kejahatan.
Pernahkah kita menganggap bahwa kita sudah sempurna dan mapan dalam menjalankan firman Tuhan? Pernahkah kita merasa bahwa kita adalah orang yang baik dan benar, hanya gara-gara kita menganggap bahwa kita sudah banyak melakukan banyak hal demi nama Tuhan? Mengapa kita yakin bahwa kita adalah orang baik? Suatu ketika, ada seorang yang berlari-lari mendapatkan Tuhan Yesus, dan setelah ia mendapatkanNya, ia berkata, “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Apa jawab Yesus? Yesus menjawab, “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.” (Markus 10:17-18). Oleh karena itu, Yesus pun tidak mengiyakan bahwa Ia adalah baik. Apalagi kita? Apakah kita sebegitu yakinnya bahwa kita adalah orang baik dan setia hanya karena kita bernubuat demi namaNya, mengusir setan demi namaNya, dan mengadakan banyak mujizat demi namaNya? Belum tentu. Kita baru bisa mengatakan dan menjamin seseorang itu baik dan setia atau tidak, yaitu pada saat ia telah mati, dan ketika itulah ia layak mendapatkan mahkota kehidupan, seperti yang dikatakan dalam Wahyu pasal 2, “…. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Amin.
- Doding: Haleluya No. 381:1
Ringgas au pararatkon, Hata ni Tuhan in,
ronsi hasangapon-Ni, ge holong uhurNin.
Ambilan siharganan, Hata ni Tuhan in,
pasonang paruhuran ampakon tonduy in.
Tongtong do marmulia barita ni Tuhanta
sai lambin tarambilan Goranni Tuhan in. - Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Kantor Sinode GKPS