
1. Mandoding Haleluya No. 370:1-2
Hupaima do Tuhanku, sai masihol uhurhin,
Bai parroh ni Tuhan Jesus, songon binagahkonNi.
Marhasoman olob-olob, hanai on managam ham.
Maranata roh ma Tuhan, amen sai podas Ham roh.
Malas uhur na tarlobih do manggoki uhurhon.
Dob hubogei in soraNi, bai parroh ni Tuhan in.
Marhasoman olob-olob, hanai on managam Ham.
Maranata roh ma Tuhan, amen sai podas Ham roh.
2. Tonggo
3. Ayat Harian: 2 Korint 10:18
“Ai sedo halak na mamuji dirini, na totap botul, tapi na niuji ni Tuhan in do.”
“Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.”
4. Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
ayat harian hari ini mengingatkan tentang peluang yang bisa membuat kita jatuh kepada kesombongan. Peluang itu adalah memuji diri sendiri. Dalam memuji diri, biasanya ada orang lain yang menjadi bandingannya. Orang lain tersebut diposisikan sebagai yang tidak lebih baik, lalu kitalah yang lebih baik, sehingga kita memuji diri kita karena lebih baik dari orang lain. Ini tidak ada bedanya dengan menyombongkan diri sendiri. Siapa orang yang tidak memberi penilaian positif pada dirinya sendiri? Jika kita menilai dan memuji diri kita sendiri, itu belum lengkap dan holistik, karena kita pasti menilai dan memuji diri kita secara subjektif.
Konteks dari ayat harian kita hari ini adalah saat rasul Paulus mendapat keragu-raguan dari jemaat di Korintus tentang kerasulannya. Karena jemaat di Korintus ragu atas kerasulannya, maka mereka juga ragu atas kuasanya. Paulus mengambil sikap atas hal ini. Ia menegaskan dan memegahkan kuasanya. 2 Korintus 10:8 mengatakan, “Bahkan, jikalau aku agak berlebih-lebihan bermegah atas kuasa, yang dikaruniakan Tuhan kepada kami untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan kamu, maka dalam hal itu aku tidak akan mendapat malu.” Itulah sikap rasul Paulus atas kuasa kerasulan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Tetapi ia berhenti hanya sampai menegaskan bahwa kepadanya telah dikaruniakan kuasa dan jabatan rasul. Ia tidak melanjutkannya dengan memuji dirinya sendiri atas kuasa dan jabatan yang telah dikaruniakan kepadanya. Ia menolak untuk menyombongkan dirinya sendiri.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
pujian dan menyombongkan diri sendiri tidaklah bertahan lama. Pemberitaan Injil tidak akan lebih efektif dan masif jika hanya diisi oleh pujian-pujian terhadap diri sendiri. Jika kita telah selesai dan berhasil dalam melakukan sebuah tugas pelayanan atau pemberitaan Injil, bukankah itu adalah sudah memang tugas kita yang seharusnya? Rasul Paulus mengatakan dalam 1 Korintus 9:16, “…. Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil.” Maka, mengapa kita harus mendapat pujian atas apa yang memang sudah seharusnya kita lakukan? Pujian yang sesungguhnya bisa kita banggakan adalah pujian yang berasal dari Tuhan. Ia akan memberikan pujian itu kepada kita melalui mahkota yang disematkanNya di kepada kita. Kapan kita mendapat pujian itu dari Tuhan? Pada saat kita telah setia sampai mati, seperti firman Tuhan yang tertulis dalam Wahyu 2:10, “… Hendaklah engkau setiap sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Amin.
5. Mandoding Haleluya No. 487:1-2
Sanggah manabad ma mata ni ari, soluk do roh panorang borngin in.
Sonin ma moru goluh ari-ari, lambin dohor ajalta in.
Adong do goluh na lang marpunsa bai hita na porsaya in.
Hasonanganta ibaen Tuhanta, domma sirsir i surga in.
I tanoh on seng jumpah hasonangan, ngayot marhoih loja tumang ijin.
Seng dong na boi hot na boi gabe haposan, sittib do panorang ijin.
Adong do goluh na lang marpunsa bai hita na porsaya in.
Hasonanganta ibaen Tuhanta, domma sirsir i surga in.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Departemen Persekutuan GKPS