
Renungan Mingguan/PA Namaposo GKPS, Minggu, 23 Juni 2024 (4 Set. Trinitatis)
Nas : 1 Petrus 5: 5-10
Usul Doding : Haleluya. No.141:1+5
Tema : Rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain.
Judul : Awal dari Kehancuran diri Sendiri adalah Kesombongan
Saudara yang terkasih, tahukah kita bahwa kerendahan hati adalah sikap yang penting bagi setiap orang Kristen? Terlepas itu dari usia atau pun kedudukannya. Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak sombong atau angkuh, tetapi selalu memandang orang lain lebih tinggi dari dirinya sendiri. Kerendahan hati adalah sikap yang mengakui keterbatasan diri dan membuka diri pada bimbingan Tuhan. Maka dengan demikian ia bisa belajar dari setiap orang yang dipandangnya dalam hal-hal positif. Kerendahan hati harus merupakan ciri semua orang percaya khususnya namaposo GKPS. Kerendahan berarti ketiadaan kesombongan, kesadaran akan kelemahan diri, dan sikap mengakui peranan Allah dan orang lain atas segala keberhasilan yang telah dan sedang dicapai. “Kenakanlah kerendahan hati”. “Kenakanlah” (Yun. egkomboomai) berarti mengikatkan sepotong kain pada diri kita. Dalam zaman PB para budak mengikatkan sepotong kain putih atau celemek atas pakaian mereka supaya orang lain tahu bahwa mereka adalah budak. Petrus menasehati kita untuk mengikat kain kerendahan hati pada diri supaya dikenal sebagai orang percaya dalam Kristus sewaktu kita bertindak rendah hati terhadap orang lain, dan menerima kasih karunia dan pertolongan Allah (1 Pet. 5:5-7).
Dalam khotbah ini Petrus kembali pada pemikiran bahwa penyangkalan diri haruslah menjadi ciri pemuda Kristen. Ia mengaitkan pandangannya itu dengan mengutip dari Perjanjian Lama “Apabila ia menghadapi pencemooh, maka ia pun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihinya” (bd. Ams. 3:34). Berbagai kenangan mengenai Yesus ada di lubuk hati Petrus dan mewarnai seluruh pikiran dan bahasanya. Ia mengatakan pada jemaatnya agar mereka merendahkan diri satu sama lain. Ada hukum mengenai merendahkan diri di hadapan Allah. Orang Kristen harus merendahkan dirinya di bawah tangan Tuhan yang kuat. Frasa “tangan Tuhan yang kuat” biasanya digunakan dalam Perjanjian Lama dan paling sering digunakan dalam kaitannya dengan pembebasan yang Allah perbuat bagi Israel, yaitu ketika Dia membawa mereka keluar dari tanah Mesir. “Dengan tangan yang kuat,” kata Musa, “TUHAN telah membawa engkau keluar dari Mesir” (Kel. 13:9). “Engkau telah memulai memperlihatkan kepada hamba-Mu ini kebesaran-Mu dan tangan-Mu yang kuat” (Ul. 3:24). Allah membawa umat-Nya keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat (Ul. 9:26). Pemikirannya ialah tangan Tuhan yang kuat merupakan penentu nasib umat-Nya jika mereka merendahkan diri dan dengan setia menerima tuntunan tangan-Nya. Setelah melalui berbagai pengalaman hidup. Yusuf dapat berkata kepada para saudaranya yang dulu pernah berusaha membunuhnya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk kebaikan” (Kej. 50:20). Pemuda Kristen tidak boleh merasa jengkel terhadap berbagai pengalaman hidupnya dan jangan memberontak terhadap semuanya itu sebab ia harus tahu bahwa tangan Tuhan yang kuat sedang bekerja di dalam hidupnya dan Dia memiliki rencana bagi setiap pemuda.
Allah menolak orang yang sombong dan orang yang memegahkan diri, sementara Ia memberikan kasih karunia kepada yang rendah hati. Kerendahan hati dihadapan Allah merupakan sikap yang dihargai dan diberkati. Pernyataan “Petrus tunduklah kepada orang tua dan rendahkanlah hatimu” merujuk pada petunjuk moral dan rohaniah yang diberikan dalam Alkitab, khususnya dalam surat 1 Petrus 5:5. Pernyataan tersebut mengandung beberapa prinsip penting. Tunduk kepada orang tua adalah panggilan untuk mematuhi, menghormati, dan mengikuti petunjuk serta otoritas yang diberikan oleh orang tua. Pengalaman hidup orang tua kita telah hidup lebih lama daripada kita, mereka telah mengalami banyak hal dalam hidup, baik suka maupun duka. Dari pengalaman hidup mereka, kita bisa belajar banyak hal, seperti cara menghadapi tantangan, cara membangun hubungan, dan cara menjalani hidup yang bahagia. Ini mencakup penghargaan terhadap pengalaman, kebijaksanaan, dan petunjuk yang diberikan oleh generasi sebelumnya. Dengan tunduk kepada orang tua dan merendahkan hati, seseorang diharapkan dapat membentuk karakter yang mencerminkan nilai-nilai Kristiani seperti kasih, penghormatan, dan pelayanan tanpa pamrih. Ini sejalan dengan ajaran-ajaran moral dan rohaniah dalam tradisi Kristen.
Kemudian juga sebagai pemuda Kristen harus tahu bahwa ada hukum mengenai kedamaian hidup orang Kristen di dalam Allah. Orang Kristen harus menyerahkan segala kekhawatirannya kepada Allah. “Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan,” kata pemazmur (Mzm. 55:23). “Janganlah kuatir mengenai hari esok,” kata Yesus (Mat. 6:25-34). Alasan bahwa kita dapat menjalaninya dengan penuh keyakinan adalah karena kita memiliki keyakinan mengenai Allah yang peduli terhadap kita. Seperti yang ditulis oleh Paulus, kita dapat meyakininya sebab Dia yang mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal bagi kita dengan itu juga mengaruniakan kepada kita segala sesuatu. Kita dapat meyakininya sebab Allah peduli terhadap kita dan apa yang kita alami dalam hidup ini tidak akan menghancurkan kita, melainkan membentuk kita. Kita dapat menerima setiap hal yang kita alami karena kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Ada hukum mengenai usaha dan kesiap-siagaan pemuda kristiani yang harus sadar dan berjaga-jaga. Kenyataan bahwa kita menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan tidak berarti bahwa kita hanya duduk diam dan tidak melakukan apa-apa. Petrus menyadari bahwa betapa beratnya bersiap-siaga itu sebab dia ingat bagaimana di Getsemani dulu dia dan rekan-rekan lainnya tertidur ketika mereka harus berjaga-jaga bersama Kristus (Mat. 26:38-46). Orang Kristen khususnya namaposo adalah orang yang punya iman, tetapi pada saat yang bersamaan namaposo harus berusaha sekuat tenaga dan bersiap siaga dalam hal urusan kehidupannya bagi Kristus.
Melalui kerendahan hati, pemuda Kristen dapat membentuk karakter yang mencerminkan ajaran Kristus, membina hubungan sosial yang positif, dan melayani sesama dengan cinta kasih dan penuh perhatian. Kerendahan hati merupakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan rohani dan pengembangan karakter yang sejalan dengan ajaran Alkitab. Renungan ini mencerminkan pemahaman Petrus tentang keberadaan musuh rohaniah, yaitu setan yang senantiasa mencari kesempatan untuk menggoda dan menyesatkan umat Kristen (ay.8). Dengan menjaga diri, tetap berpegang pada kebenaran, dan bergantung pada Tuhan, umat Kristen dapat mempertahankan kestabilan iman mereka dan menghindari jatuh dalam cobaan. Petrus mengingatkan umat Kristen khususnya pemuda Kristen untuk bersikap tegas dan melawan setan. Ini mencerminkan pengakuan bahwa setan aktif mencoba merusak iman dan memisahkan orang-orang dari ketaatan kepada Allah. Perlawanan tersebut dapat melibatkan doa, penerapan kebenaran Alkitab, dan keberanian untuk menentang godaan setan.
Saudara yang terkasih maka lewat khotbah ini kita diajak untuk meneguhkan iman “Teguhkanlah imanmu”: Petrus mengajak namaposo GKPS untuk memperkuat iman mereka dengan berpegang teguh pada kebenaran iman Kristen. Ini menekankan pentingnya konsistensi, ketekunan, dan kepatuhan dalam hidup rohani.Petrus memberikan penghiburan dan pengingat bahwa penderitaan dan cobaan yang dialami oleh Namaposo Kristen bukanlah pengalaman yang unik. Ini adalah kenyataan umum di seluruh dunia bagi sesama percaya. Kesadaran ini dapat memotivasi namaposo untuk saling mendukung dan bersatu dalam iman. Khotbah ini mencerminkan pemahaman Petrus tentang tantangan spiritual yang dihadapi oleh namaposo dan pentingnya saling mendukung dalam iman. Melalui perlawanan terhadap setan, keteguhan dalam iman, dan persekutuan dengan saudara-saudara seiman. Namaposo dapat mengatasi penderitaan dan cobaan dalam hidup rohani mereka. Allah menyajikan janji dan penghiburan bahwa meskipun namaposo mungkin mengalami penderitaan dan ujian di dunia ini, Allah akan memimpin kita menuju kemuliaan-Nya yang kekal. Ini menegaskan bahwa harapan dan iman pada Tuhan adalah dasar yang kokoh bagi kehidupan rohani yang berkelanjutan.
Saudara yang terkasih melaui khotbah ini kita diingatkan bahwa:
- Melalui penderitaan, Allah akan meneguhkan namaposo. Penderitaan tubuh dan kesedihan hati adalah hal yang biasa dialami oleh manusia. Kedua hal ini bisa membuat seseorang putus asa atau malah menjadikan mentalnya teguh dan memperoleh apa yang tidak pernah diperolehnya di tempat lain. Jika seseorang terus-menerus menghadapi kedua hal ini dengan menaruh kepercayaan kepada Kristus, maka ia akan menjadi seperti baja keras menghadapi tantangan apa pun dalam hidupnya.
- Hidup tanpa usaha dan disiplin hampir tidak dapat dihindari akan menjadi kehidupan yang merosot. Tidak seorang pun sungguh-sungguh mengetahui arti iman bagi dirinya kecuali ia telah mengalami ujian dalam berbagai penderitaan. Ada harga dari sebuah iman yang telah mengalami kemenangan melalui berbagai penderitaan, kesedihan, dan kekecewaan yang besarnya dua kali lipat. Angin yang besar akan memadamkan api yang kecil, tetapi ia akan mengembuskan nyala api yang lebih besar di dalam kobaran api. Demikian juga dengan iman semakin banyak tantangan yang dihadapi semakin kokoh dan berkobar imannya.
- Melalui penderitaan, Allah akan mengokohkan seseorang. Ketika menghadapi kesedihan dan penderitaan, biasanya kita hanyut ke dasar iman yang paling bawah. Dari situ kita menemukan hal-hal yang tidak dapat digoncangkan. Dalam masa pencobaan kita menemukan kebenaran kebenaran agung yang di atasnya kehidupan sejati itu didirikan.
Penderitaan sangat jarang mengerjakan hal-hal yang berharga dalam kehidupan setiap manusia. Penderitaan bisa menghanyutkan seseorang ke dalam kegetiran, keputusasaan, bahkan bisa merampas imannya. Akan tetapi, jika hal itu diterima dengan suatu keyakinan yang teguh bahwa tangan Tuhan tidak akan pernah membiarkannya mencucurkan air mata, maka dari penderitaan itu akan keluar hal-hal yang berharga yang tidak diberikan dengan cara yang mudah bagi kita namaposo. Maka untuk mendapatkan iman yang kokoh ini diperlukanlah “kerendahan hati yang adalah kunci kesempurnaan. Ketika kita merendahkan hati, kita membuka pintu untuk belajar, berkembang, dan menerima berkah kehidupan. Sombong hanya memisahkan kita dari kebijaksanaan dan kedamaian. Jadilah seperti air yang merendahkan diri ke tempat terendah, karena di sana, ia menemukan kejernihan dan kehidupan yang damai. “Kerendahan hati adalah permata yang memancarkan keindahan di tengah keramaian dunia. Seperti bunga yang tumbuh di padang rendah, sikap rendah hati membuat kehidupan kita harum dan berarti. Jadilah seperti pohon yang merendahkan dahan ketika buahnya mulai menggembung, karena itulah ciri khas kebijaksanaan sejati.” “Ketika kita menggenggam rendah hati, kita membuka pintu untuk pertumbuhan yang tak terbatas. Rendah hati bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang memungkinkan kita terus belajar, berkembang, dan mendekati tujuan dengan penuh hormat terhadap orang lain. Jadi, rendahkan hatimu, terbang tinggi dalam kebijaksanaan, dan jadilah pribadi yang memberikan inspirasi bagi yang lain. Janganlah sombong, karena kesombongan adalah awal kehancuran diri sendiri” Amin.