
- Doding: Haleluya No. 353:1+4
Marsora do Tonduy ni Tuhanta in.
Gati lang itangar, itulak ham in.
Sai tanda dousamu sopotkon homa.
Holong do atei-Ni isasap do in.
Tarsor ho mardousa ibaen uhurmin,
sai ulang nunuti, tundalhon ma in.
Dompakkon Tuhanmu, margogoh do in,
manasap dousamu, pamalumhon in.
- Tonggo
- Ayat Harian
“Anggo manggila nasiam ulang ma mardousa! Ulang ma sundut mata ni ari, lang mintop ringis nasiam.” (Epesus 4:26)
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” (Efesus 4:26)
- Renungan: Marah, tapi tidak Berdosa!
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
dengan ayat harian ini kita diingatkan secara lembut untuk mengakui dan memproses emosi kita, khususnya kemarahan, dengan cara yang sehat. Ayat ini mengakui bahwa merasa marah adalah respons alami manusia terhadap situasi tertentu. Tetapi ayat ini juga menekankan pentingnya mengendalikan cara kita mengekspresikan kemarahan itu. Ayat ini memperingatkan kita agar tidak membiarkan kemarahan kita menuntun kita pada tindakan atau kata-kata yang berbahaya atau berdosa dengan mengatakan, “jangan berbuat dosa.”
Lebih jauh, perintah untuk tidak membiarkan matahari terbenam saat amarah belum surut menyiratkan bahwa kita tidak boleh membiarkan kemarahan yang belum terselesaikan berlama-lama dan membusuk di dalam diri kita. Memendam amarah dapat merusak kesejahteraan emosional kita dan juga dapat mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain. Ayat ini mendorong kita untuk mengatasi dan menyelesaikan amarah kita sebelum hari berakhir, yang mendorong pengampunan, rekonsiliasi, dan penyembuhan emosional.
Ketika Paulus berkata, “Marahlah dan jangan berbuat dosa,” maka ia mengakui bahwa kemarahan adalah emosi alami manusia tetapi memperingatkan agar tidak membiarkannya mengarah pada tindakan berdosa. Ini sejalan dengan Yakobus 1:19-20, yang menasihati orang percaya untuk lambat marah dan cepat mendengar, menyadari bahwa kemarahan manusia tidak menghasilkan kebenaran yang diinginkan Tuhan. Lebih jauh, instruksi Paulus untuk tidak membiarkan matahari terbenam saat kemarahan belum surut menggarisbawahi pentingnya menyelesaikan konflik dengan cepat dan tidak membiarkan kepahitan berakar. Konsep ini digaungkan dalam Matius 5:23-24, di mana Yesus menekankan perlunya rekonsiliasi sebelum mempersembahkan persembahan di mezbah Tuhan (altar), yang menyoroti prioritas memulihkan hubungan di atas praktik keagamaan.
Menurut Efesus 4:26-27, ketika kita merasa marah, penting untuk mengakui dan mengatasinya dengan segera daripada membiarkannya berlarut-larut. Kita dapat mencegah kemarahan kita meningkat menjadi dosa dengan mengatasinya tepat waktu. Penting untuk menyadari bahwa kemarahan itu sendiri bukanlah dosa, tetapi cara kita menanggapinya dapat menuntun kita pada dosa. Oleh karena itu, mengatasi kemarahan kita dengan pemahaman yang jelas tentang sumbernya dan mencari penyelesaian dengan cara yang sehat sangatlah penting.
Salah satu cara untuk mengatasi kemarahan tanpa berbuat dosa adalah melalui komunikasi yang efektif. Daripada bereaksi secara impulsif di tengah situasi yang panas, luangkan waktu sejenak untuk memproses emosi kita dan pertimbangkan cara terbaik untuk mengekspresikan perasaan kita secara konstruktif. Berkomunikasi dengan tenang dan penuh rasa hormat dapat membantu meredakan kemarahan dan menghasilkan percakapan atau penyelesaian yang lebih produktif. Selain itu, mempraktikkan empati dan berusaha memahami sudut pandang orang lain dapat membantu menyelesaikan konflik tanpa membiarkan kemarahan berubah menjadi dosa.
Lebih jauh, penting untuk mempraktikkan pengampunan saat menghadapi kemarahan. Menyimpan dendam atau membalas dendam dapat memicu perilaku berdosa dan menghambat hubungan kita dengan orang lain. Kita melepaskan diri dari beban amarah dan membiarkan penyembuhan dan rekonsiliasi terjadi dengan memilih untuk memaafkan orang-orang yang telah membuat kita marah. Pengampunan tidak membenarkan tindakan salah orang lain, tetapi membebaskan kita dari siklus amarah dan dosa yang beracun, yang pada akhirnya membawa kedamaian dan keharmonisan dalam hubungan kita. Amin.
- Doding: Haleluya No. 459:1-2
O Tuhan tiap jam, au mamorluhon Ham.
Ai Ham tumang na boi, pasonang uhurhin.
Bai haganup ianan, Ham do hupindahi.
Na roh do au sonari, holong ma Ham.
O, Tuhan tiap jam, sai hasomani au.
Ai anggo rapkon Ham, sibolis in pe lao.
Bai haganup ianan, Ham do hupindahi.
Na roh do au sonari, holong ma Ham.
- Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Kantor Sinode GKPS