
- Doding: Haleluya No. 356:1-2
Hita ganupan pardousa roh ma bai Tuhanta in.
Daroh-Ni in do manasap ganupan dousanta in.
Roh ma podas hita ganup, ai bai Tuhanta sirsir do ganup.
Sai ipaima do hita, pasonangon-Ni ganup.
Age gok dousa pe hita, ijalo Jesus do in.
Holong atei-Ni tumang do, ase talup hita on.
Roh ma podas hita ganup, ai bai Tuhanta sirsir do ganup.
Sai ipaima do hita, pasonangon-Ni ganup.
- Tonggo
- Ayat harian: Matius 6:17-18
“Tapi anggo marpuasa ho, minaki ma ulumu, anjaha suhapi bohimu, ase ulang tanda parpuasaanmai bani halak, tapi talar bani Bapamu na bani na ponop ai. Jadi Bapamu, sididah na ponop ai ma mambalaskon ai bamu.”
“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
- Renungan
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
jika hidup manusia memerlukan pembatasan, maka berpuasa adalah salah satu cara untuk melakukan itu. Dalam makna lain, berpuasa juga bisa kita sebut sebagai berpantang. Berpantang terhadap makanan, berpantang terhadap minuman, berpantang terhadap mengucapkan kata-kata kotor, berpantang terhadap memikirkan hal-hal negatif, dan sebagainya. Dalam berpuasa, atau berpantang, yang ditonjolkan adalah kerendahan hati dan kepekaan. Ditambah lagi, berpuasa biasanya dilakukan bersamaan dengan berdoa. Maka, berpuasa atau berpantang ini merupakan sebuah kewajiban religius. Ya, sebagaimana umat beragama wajib berdoa, maka seperti itu jugalah ia wajib berpuasa.
Kata berpuasa pada awalnya muncul dalam kitab Imamat 16:29, “Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu.” Jadi bagi bangsa Israel, berpuasa adalah cara untuk menunjukkan seseorang sedang merendahkan diri. Ia disematkan menjadi salah satu ritus yang harus dilakukan pada saat hari raya pendamaian dan penghapusan dosa.
Yesus berpuasa. PuasaNya bukan satu hari, satu minggu, atau satu bulan. PuasaNya adalah empat puluh hari dan empat puluh malam (bdk. Mat. 4:2). Setelah Ia melakukan puasa tersebut, tidak lama berselang Ia pun kemudian menyampaikan khotbah tentang berpuasa. Dalam khotbahNya, Ia menyebut agar saat berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu. Tujuannya adalah untuk orang lain, yaitu: supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa. Lagi pula, apa gunanya orang lain mengetahui kita sedang berpuasa? Sama halnya dengan, apa gunanya orang lain mengetahui bahwa kita sedang berdoa (bdk. Mat. 6:6). Cukuplah hanya Bapa di tempat yang tersembunyi itu yang melihat kita sedang berpuasa. Maka, itulah puasa yang benar. Amin.
- Doding: Kidung Jemaat No. 376:1-2
Ikut Dikau saja, Tuhan, jalan damai bagiku;
Aku s’lamat dan sentosa hanya oleh darahMu.
Aku ingin ikut Dikau dan mengabdi padaMu:
Dalam Dikau, Jurus’lamat, ‘ku bahagia penuh!
Ikut Dikau di sengsara, kar’na janjiMu teguh:
atas kuasa kegelapan ‘ku menang bersamaMu.
Aku ingin ikut Dikau dan mengabdi padaMu:
Dalam Dikau, Jurus’lamat, ‘ku bahagia penuh!
- Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Kantor Sinode GKPS