
Renungan Mingguan Namaposo GKPS, 23 Februari 2025 (Sexagesima)
Nats : Wahyu 1:9-20
Usulan Doding : Hal. 458:1-2
Tema : Yohanes Dikuasai Oleh Roh
SEGELAP APAPUN JALANNYA, TUHAN ADA DI SANA!
(Tim Penulis)
Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Kristus, kecenderungan manusia ketika ditempatkan pada situasi yang penuh dengan tekanan dan penderitaan adalah menyalahkan diri sendiri, orang lain, keadaan, bahkan menyalahkan Tuhan. Namun, kita perlu memahami bahwa setiap manusia memiliki pergumulannya masing-masing. Hanya saja, tidak semua manusia berisik dalam hidupnya. Menjadi Kristen bukan berarti bebas dari semua penderitaan, pergumulan, dan tekanan dalam kehidupan. Yang membedakan adalah bersama siapa kita menghadapi semua itu. Ada pepatah India yang mengatakan, “Tak seorang pun dapat mengkritik orang lain sampai ia telah berjalan sehari dengan kasut orang itu.” Hari ini, kita akan membahas Yohanes dan belajar darinya bagaimana bertahan di tengah penderitaan dan tekanan. Karena ketekunannya dalam memberitakan Injil dan karena ia tidak mau disuruh mundur untuk memberitakan Injil, Yohanes dibuang ke sebuah pulau yang bernama Patmos.
Pulau Patmos adalah pulau karang terkecil dan tandus. Pada masa pemerintahan Romawi, ini merupakan tempat pembuangan para kriminal dan penjahat politik. Mereka yang dibuang ke Pulau Patmos kehilangan hak-hak sipil dan semua harta milik, kecuali yang melekat pada tubuh tahanan. Yohanes, sebagai tokoh agama, dianggap sebagai tahanan kriminal, sehingga ketika berada di Pulau Patmos, ia mengalami kerja paksa. Kaki selalu dirantai, pakaian compang-camping, makanannya tidak memadai, penjaranya gelap, dan bekerja di bawah cambukan pengawas militer. Dengan ketetapan hatinya, Yohanes meyakini bahwa hanya ada satu jalan dari kesusahan menuju Kerajaan (kemenangan), dan jalan itu adalah ketekunan. Yesus mengatakan, “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Mat 24:13). Paulus mengatakan kepada pengikutnya bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara (Kis: 14:22). Jalan menuju Kerajaan Allah adalah ketekunan dan ketekunan itu didapat dari Kristus sebab Ia sendiri bertekun sampai akhir, dan Ia pula akan memampukan setiap orang yang berjalan bersama-Nya untuk meraih ketekunan itu dan mencapai tujuan akhir yang sama. Meski dalam kegelapan Patmos, Yohanes tidak pernah merasa sendirian karena dia mengetahui bahwa Tuhan selalu ada bersamanya, memberikan kekuatan dan penghiburan dalam setiap langkahnya.
Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Kristus, di tengah-tengah Patmos yang gelap, Yohanes dikuasai oleh Roh Allah, yang menjadi bukti nyata bahwa Allah senantiasa menyertainya. Tidak peduli di mana seseorang berada, tidak peduli betapa sulitnya hidup, dan tidak peduli apa yang dialami seseorang, Tuhan selalu ada, memberikan kekuatan dan penghiburan. Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa dalam setiap keadaan, kegelapan tidak pernah dapat menghalangi kehadiran dan kasih Tuhan.
Yohanes mendengar suara yang nyaring seperti bunyi sangkakala yang memerintahkan dia untuk menuliskan apa yang ia lihat dan mengirimkannya kepada tujuh jemaat di Asia Kecil: Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Saat Yohanes berpaling, ia melihat tujuh kaki dian emas terlepas satu sama lain, dan di tengah-tengahnya berdiri Anak Manusia. Ini menandakan bahwa ketujuh jemaat tersebut tersebar di berbagai tempat, sementara Allah menjadi penyatu di antara mereka. Anak Manusia yang berdiri di antara kaki dian itu menunjukkan bahwa Tuhan yang sudah dimuliakan itu dekat dengan jemaat-Nya. Anak Manusia itu berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Pakaian ini persis dengan pakaian imam dan Imam Besar. Di sini kita melihat simbol dari sifat keimaman yang tinggi Anak Manusia itu. Menurut pemahaman orang Yahudi, Imam Besar adalah seseorang yang memiliki akses kepada Allah bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang lain yang ingin datang kepada Allah. Jubah yang panjang itu menggambarkan sebuah jubah Kerajaan, yang menunjukkan bahwa Ia bukan seorang penjahat yang disalibkan, tetapi Ia adalah seorang Raja. Kristus adalah Imam dan Kristus adalah Raja. Daniel 10:5 menggambarkan, “dan aku mengangkat mukaku, maka kulihat seorang yang berpakaian kain lenan, dan berikat pinggang emas dari Ufas,” yang menunjukkan bahwa ikat pinggang emas adalah pakaian dari Utusan Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa Kristus adalah Utusan Allah, yang memiliki peran keimaman dan kerajaan, serta kedekatan dengan jemaat-Nya.
Yohanes mendengar suara yang nyaring seperti bunyi sangkakala yang memerintahkan dia untuk menuliskan apa yang ia lihat dan mengirimkannya kepada tujuh jemaat di Asia Kecil: Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Saat Yohanes berpaling, ia melihat tujuh kaki dian emas terlepas satu sama lain, dan di tengah-tengahnya berdiri Anak Manusia. Ini menandakan bahwa ketujuh jemaat tersebut tersebar di berbagai tempat, sementara Allah menjadi penyatu di antara mereka. Anak Manusia yang berdiri di antara kaki dian itu menunjukkan bahwa Tuhan yang sudah dimuliakan itu dekat dengan jemaat-Nya. Anak Manusia itu berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Pakaian ini persis dengan pakaian imam dan Imam Besar. Di sini kita melihat simbol dari sifat keimaman yang tinggi Anak Manusia itu. Menurut pemahaman orang Yahudi, Imam Besar adalah seseorang yang memiliki akses kepada Allah bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang lain yang ingin datang kepada Allah. Jubah yang panjang itu menggambarkan sebuah jubah Kerajaan, yang menunjukkan bahwa Ia bukan seorang penjahat yang disalibkan, tetapi Ia adalah seorang Raja. Kristus adalah Imam dan Kristus adalah Raja. Daniel 10:5 menggambarkan, “dan aku mengangkat mukaku, maka kulihat seorang yang berpakaian kain lenan, dan berikat pinggang emas dari Ufas,” yang menunjukkan bahwa ikat pinggang emas adalah pakaian dari Utusan Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa Kristus adalah Utusan Allah, yang memiliki peran keimaman dan kerajaan, serta kedekatan dengan jemaat-Nya. Anak Manusia yang digambarkan berambut putih seperti bulu domba adalah sebuah pensejajaran dengan Allah. Matanya yang seperti nyala api dan kakinya bagaikan logam merujuk kepada kekuatan besar Kristus yang dengannya Ia dapat menginjak-injak segala-galanya. Tujuh bintang yang ada di tangan Kristus menunjukkan kekuasaan yang dimiliki Kristus atas semua ciptaan—meskipun bagi orang-orang kafir, hal ini dianggap sebagai kekuatan yang dimiliki oleh berhala-berhala. Pedang bermata dua yang keluar dari mulut Kristus menyatakan bahwa hanya dengan berbicara saja, Kristus dapat melakukan apa pun yang Ia mau.
Visi Yohanes menggarisbawahi kemuliaan dan kekuasaan Kristus yang hadir di tengah jemaat yang tersebar di Asia Kecil, meski dalam situasi yang gelap dan sulit. Di Patmos, Tuhan memperlihatkan kekuasaan-Nya dan memerintahkan Yohanes untuk menuliskan apa yang ia lihat. Kehadiran Anak Manusia dengan jubah panjang, ikat pinggang emas, rambut putih, mata yang menyala, dan kaki yang bersinar menunjukkan bahwa Kristus sebagai Imam Besar dan Raja tetap hadir untuk memimpin dan melindungi mereka. Tujuh bintang di tangan Kristus serta pedang bermata dua yang keluar dari mulut-Nya menunjukkan kekuasaan total Kristus atas seluruh ciptaan dan ketegasan-Nya dalam menghakimi serta melindungi jemaat. Keberadaan Kristus sebagai penyatu jemaat dan utusan Allah menggarisbawahi bahwa di tengah kegelapan sekalipun, Tuhan selalu ada bersama jemaat-Nya, memberikan kekuatan dan arahan. Keseluruhan penglihatan ini memberikan penghiburan dan penegasan bahwa Kristus selalu hadir dan berdaulat, apapun kondisi yang dihadapi oleh jemaat-jemaat tersebut.
Tidak hanya Yohanes, ada Yehezkiel (Yeh 1: 28, 3:23) dan Petrus (Luk 5:1-11) yang juga tersungkur ketika mengetahui siapa Yesus. Sebab mereka menyadari keberdosaan mereka. Namun Yesus mengatakan “Jangan Takut”. Dalam beberapa situasi Yesus sering kali mengatakan “Jangan Takut”. Yesus mengatakan “Jangan Takut” ketika murid-muridNya melihatNya berjalan di atas air (Mat 14:27), pun ketika berada di gunung (Mat 17:7) Yesus mengatakan “Jangan Takut”. Dan pada ayat berikutnya dikatakan bahwa Ia yang memperlihatkan diriNya kepada Yohanes adalah seseorang yang Alfa dan omega. Pribadi yang awal dan akhir yang ingin menegaskan bahwa Ia yang memperlihatkan diriNya kepada Johanes adalah pribadi yang selalu bersama-sama dengan setiap orang yang berseru kepadaNya disepanjang waktu. Ia ada pada waktu lahir dan juga mati. Inilah janji Kristus akan kesetiaanNya untuk selalu membersamai setiap manusia.
Dari Patmos, Injil diberitakan melalui penglihatan yang diterima Yohanes. Dalam keadaan terasing di Pulau Patmos, Yohanes menerima wahyu tentang Kristus yang dimuliakan dan pesan-pesan bagi jemaat-jemaat di Asia Kecil. Meskipun berada di tempat pengasingan, Yohanes mendapatkan penglihatan yang kaya akan simbolisme dan otoritas ilahi, yang menunjukkan bahwa tidak ada batasan bagi firman Tuhan untuk menyentuh umat-Nya. Penglihatan-penglihatan tersebut menjelaskan kemuliaan, kekuasaan, dan kehadiran Kristus di tengah-tengah jemaat-Nya, serta menyampaikan pesan pengharapan dan pemulihan bagi orang percaya di tengah segala tantangan mereka. Dengan demikian, dari Patmos, Injil dan pesan penghiburan serta pengharapan Kristus diperluas ke seluruh jemaat, menunjukkan bahwa Allah tetap berkomunikasi dan memelihara umat-Nya meskipun dalam situasi tersulit sekalipun.
Saudara-saudara sekalian, seperti Yohanes yang dalam situasi sulit tetap dipakai untuk menyampaikan Injil dari Patmos, demikian pula pemuda tidak boleh menyerah dalam setiap pergumulan. Yohanes, meskipun diasingkan di Pulau Patmos, menerima penglihatan yang luar biasa mengenai kemuliaan dan kekuasaan Kristus. Situasinya yang penuh tekanan tidak menghentikannya untuk tetap menyampaikan pesan ilahi kepada jemaat-jemaat di Asia Kecil. Pengalaman Yohanes mengajarkan kita bahwa di tengah kesulitan dan tekanan hidup, kita harus tetap berusaha untuk menghadirkan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Kita seringkali diperhadapkan dengan berbagai-bagai masalah yang tidak jarang membuat kita merasa Tuhan undur diri yang membuat kita merasa berjalan sendiri menghadapi semua permasalahan. Kita perlu mengingat bahwa manusia tidak pernah berjalan sendiri. Namun disepanjang jalan setapak yang dilalui kita berjalan sendirian. Berjalan, berlari, dan sesekali berhenti. Semua jalan yang kita lalui berbeda-beda namun menuju kearah yang sama. Mencari sesuatu yang sama dan menuju satu tujuan yang sama. Hingga semakin dekat dengan tujuan kita, kita akan menyadari bahwa disepanjang jalan setapak yang kita lalui kita tidak pernah benar-benar sendirian. Setiap kita selalu bersama-sama dengan apa yang kita cari dan tuju, yaitu Tuhan. Kuatlah, sebab segelap apapun jalannya Tuhan ada disana! Amin.