
Renungan Mingguan Seksi Namaposo GKPS, 16 Februari 2025 (Septuagesima)
Nats : Kisah Para Rasul 28:3-5
Usulan Doding : Hal. 137: 1, 3, 5
Tema : Tuhan Melindungi Hamba-Nya
Tujuan : Agar Namaposo percaya akan perlindungan Tuhan di tengah tantangan zaman
MERESPON ULAR KEHIDUPAN
(Tim Penulis)
Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, seringkali dalam kehidupan kita, kita mengalami apa yang disebut dengan insecure, rasa tidak percaya diri dengan apa adanya diri kita sendiri. Ada yang merasa tidak secantik atau tampan seperti orang lain, tidak sehebat atau semapan orang lain, merasa tidak cukup pandai dalam berbicara, dan banyak hal lainnya. Berbagai alasan ini sering kali muncul dalam benak kita, membuat kita meragukan nilai dan potensi diri. Perasaan semacam ini, jika tidak ditangani dengan bijak, bisa berakibat fatal. Kita bisa merasa terperangkap dalam ketidakpastian dan mulai menyembunyikan diri di balik tembok ketakutan dan keraguan. Namun, bagi kita sebagai pemuda Kristen, rasa insecure ini seharusnya tidak menjadi batu sandungan. Sebaliknya, kita harus bisa mengelolanya dengan baik dan menjadikannya sebagai motivasi untuk maju, tumbuh, dan memberi dampak positif bagi orang di sekitar kita, sambil terus melibatkan Kristus dalam perjalanan hidup kita.”
Pada kesempatan ini, mari kita melihat contoh hidup dari seorang yang bernama Paulus, salah satu pengikut Kristus yang memberikan dampak luar biasa bagi umat Kristen di segala abad. Sebagai seorang rasul, Paulus tidak pernah membiarkan ketidaksempurnaan atau ketidakpastiannya menghalangi panggilan Tuhan atas hidupnya. Meski sering menghadapi ancaman, pencobaan, dan penolakan, Paulus tetap berdiri teguh dalam iman dan terus berjuang untuk menyebarkan Injil. Melalui kehidupannya yang penuh tantangan, Paulus mengajarkan kita untuk tidak membiarkan rasa insecure atau keraguan diri menghalangi kita dalam menjalani rencana Tuhan. Harapannya, setelah melihat teladan hidup Paulus, kita semua semakin menyadari bahwa kita masing-masing memiliki nilai yang sangat berharga di mata Tuhan, dan hal ini seharusnya mendorong kita untuk lebih berani melangkah, lebih siap memberi dampak positif bagi sesama manusia dan seluruh ciptaan Tuhan.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, teks kita hari ini merupakan penggalan dari kisah perjalanan Paulus di Malta yang menjadi wilayah pelayanan baru bagi Paulus. Dikisahkan bahwa Paulus mengagumi keramahan dan penyambutan yang diterimanya dari penduduk Malta setibanya dia di sana. Namun, yang membuat kisah ini semakin menarik adalah rasa takjub penduduk Malta ketika melihat Paulus digigit oleh ular berbisa yang mendadak muncul dari api yang sedang menyala, tetapi racun ular tersebut tidak berdampak sama sekali bagi Paulus. Bagi Paulus, apa yang terjadi ini bukanlah sesuatu yang aneh, terlebih jika kita merujuk pada Markus 16:18: ‘Mereka akan memegang ular dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan mereka akan sembuh.
Meskipun demikian, peristiwa yang terjadi ini tentu merupakan pengalaman yang luar biasa bagi warga Malta yang baru mengenal Paulus dan imannya. Bagi mereka, apa yang terjadi pada Paulus adalah suatu tanda kekuatan yang tak terduga, yang bukan hanya melawan ancaman fisik, tetapi juga mengguncang pandangan mereka tentang kekuasaan dewa-dewi yang mereka sembah. Saat Paulus dengan tenang mengibaskan ular tersebut ke dalam api, dia memberi pesan yang sangat jelas: Tuhan yang diimani Paulus jauh lebih hebat dan luar biasa dibandingkan dengan dewi-dewi yang mereka anggap berkuasa atas kehidupan manusia. Tindakan ini bukan sekadar kejadian luar biasa, tetapi menjadi kesaksian hidup tentang kuasa Allah yang melampaui segala hal yang mereka kenal.
Peristiwa tersebut menjadi sebuah perkenalan yang hebat dan merupakan sebuah bukti bahwa pengikut Kristus diberi kuasa untuk melakukan hal-hal luar biasa. Bukan hanya mampu terhindar dari kuasa jahat, dalam Markus 16:18 juga dikatakan bahwa murid dan pengikut Kristus memang akan diberi kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit. Demikian Paulus, setelah peristiwa gigitan ular dia melakukan penyembuhan kepada orang-orang yang ada di daerah itu.
Ular dalam kehidupan
Sejak awal penciptaan, ular telah menjadi simbol dari godaan dan ancaman yang membawa manusia ke dalam dosa. Dalam kisah Adam dan Hawa, ular muncul sebagai alat tipu daya yang digunakan oleh Iblis untuk merusak hubungan manusia dengan Allah. Dengan kecerdikannya, ular membujuk Hawa untuk melanggar perintah Tuhan, yang kemudian menyebabkan kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa. Akibatnya, dunia ini penuh dengan penderitaan, kerusakan, dan perpisahan dari Allah. Ular, yang dahulu menjadi simbol dari kejatuhan, kini tetap menjadi gambaran godaan dan ancaman yang sering datang dalam perjalanan hidup kita. Namun, melalui kisah Paulus di pulau Malta, kita diingatkan bahwa meskipun ular itu mengancam, kuasa Allah lebih besar dan tidak ada ancaman yang dapat menghentikan rencana-Nya.
Tentu saja, pengingat ini bukan hanya sebuah kisah kuno, tetapi sebuah kenyataan yang relevan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam teks ini, kita melihat fakta bahwa Allah selalu melindungi dan membimbing hamba-Nya, dan itu bukanlah sesuatu yang mengherankan. Setelah dua minggu terombang-ambing di lautan lepas, Paulus dan rombongan akhirnya terdampar di sebuah tempat yang bernama Malta. Di pulau ini, yang awalnya terlihat sebagai sebuah nasib buruk, Allah justru menunjukkan penyertaan-Nya secara nyata. Sesampainya di Malta, Paulus dan rombongan disambut dengan ramah oleh penduduk setempat yang, meskipun masih memegang kepercayaan pada dewa-dewi, memperlihatkan sikap baik hati kepada mereka. Mereka menghadapi musim dingin yang keras, tetapi Allah sudah menyiapkan orang-orang yang mendukung mereka.
Penduduk Malta percaya bahwa segala kejadian adalah akibat dari dosa atau hukuman, dan ketika Paulus digigit ular berbisa, mereka pun segera menganggapnya sebagai tanda bahwa ia adalah seorang yang bersalah. Namun, keajaiban terjadi. Paulus tidak mengalami efek dari gigitan ular itu. Melalui peristiwa ini, Allah menunjukkan kepada penduduk Malta bahwa tidak ada ancaman yang bisa menggagalkan rencana-Nya. Mereka menyaksikan kuasa Allah yang melampaui segala kepercayaan mereka dan mulai membuka hati mereka terhadap kebenaran yang dibawa Paulus.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, lalu bagaimana kita menghadapi ular kehidupan yang bisa saja muncul dalam kehidupan kita pribadi-lepas pribadi? Sebagai pengikut Kristus, sekalipun seolah-olah tidak ada harapan untuk melangkah kedepan, tetapi bersama Kristus selalu ada jalan dan kita akan selalu dimampukan untuk menghadapinya dengan ketenangan yang dari Kristus. Seperti Paulus yang dengan tenang mengibaskan tangannya dari Ular. Demikian kita dengan tenang mengibaskan semua permasalahan hidup yang menghampiri kita bersama-sama dengan Kristus.
Pengikut Kristus Tidak Boleh Dikerdilkan oleh Ular
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan, godaan, dan ancaman yang bisa menguji iman dan keteguhan kita sebagai pengikut Kristus. Kisah Paulus di pulau Malta, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 28:3-5, memberikan kita contoh nyata tentang bagaimana seorang pengikut Kristus tidak boleh dikerdilkan oleh ancaman apa pun, termasuk yang paling mengerikan sekalipun. Ketika Paulus digigit ular berbisa, orang-orang di sekitarnya dengan cepat berasumsi bahwa ia akan mati akibat racun ular tersebut. Namun, Paulus tidak panik atau terintimidasi oleh situasi itu. Dengan ketenangan dan keyakinan penuh kepada Tuhan, ia mengibaskan ular itu ke dalam api dan tidak mengalami apa-apa. Tindakannya menunjukkan bahwa perlindungan dan kuasa Tuhan jauh lebih besar daripada ancaman yang bisa menimpa kita.
Dalam konteks ini, “ular” bisa diartikan sebagai simbol dari godaan, masalah, atau tantangan yang kita hadapi dalam hidup. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk tidak membiarkan diri kita dikerdilkan oleh “ular-ular” ini. Sebaliknya, kita harus meneladani iman dan keteguhan Paulus, percaya bahwa Tuhan selalu menyertai dan melindungi kita. Tidak ada ancaman yang bisa menggagalkan rencana Tuhan bagi hidup kita, dan tidak ada godaan yang terlalu kuat untuk diatasi dengan iman kepada-Nya.
Sudara-saudara, pesan ini relevan bagi kita semua, terutama kaum muda yang sering kali merasa terintimidasi oleh tekanan sosial, godaan duniawi, atau ketidakpastian masa depan. Melalui contoh Paulus, kita diajarkan untuk tetap setia dan teguh dalam iman, tidak membiarkan diri kita dikerdilkan oleh ketakutan atau keraguan. Tuhan telah memberikan kita kuasa dan perlindungan untuk menghadapi segala tantangan, dan dengan percaya kepada-Nya, kita dapat mengatasi semua “ular” yang mencoba menghalangi jalan kita.
Melihat Tantangan Sebagai Kesempatan Untuk Berkembang
Dalam kehidupan ini, tentunya tantangan dan kesulitan seringkali datang tanpa aba-aba. Banyak kaum muda yang menjadi kerdil imannya karena banyaknya pesoalan hidup yang dialaminya, Peristiwa yang dialami Paulus menjadi Pelajaran yang dapat dipelajari oleh kita sebagai kaum muda.
Dalam hidup ini, tantangan dan kesulitan sering kali datang tanpa diduga. Bagi banyak orang, tantangan tersebut bisa menjadi sumber stres, ketakutan, atau keputusasaan. Namun, sebagai pengikut Kristus, kita diajarkan untuk melihat tantangan ini dari sudut pandang yang berbeda—sebagai kesempatan untuk berkembang dan memperkuat iman kita. Ketika Paulus digigit ular berbisa, reaksi pertama orang-orang di sekitarnya adalah ketakutan dan kesimpulan negatif. Namun, Paulus melihat situasi ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan kuasa Tuhan. Dengan mengibaskan ular itu ke dalam api dan tidak mengalami apa-apa, Paulus menunjukkan bahwa iman yang kuat kepada Tuhan dapat mengatasi ancaman dan bahaya apa pun.
Setiap tantangan yang kita hadapi bisa menjadi ujian bagi iman kita. Bagaimana kita merespons ujian tersebut dapat menunjukkan sejauh mana kita percaya kepada Tuhan dan rencana-Nya bagi hidup kita. Ketika kita melihat tantangan sebagai kesempatan untuk membuktikan dan memperkuat iman kita, kita tidak hanya mengatasi masalah tersebut, tetapi juga tumbuh lebih kuat dalam hubungan kita dengan Tuhan. Tantangan juga memberikan kita kesempatan untuk belajar hal-hal baru dan mengembangkan keterampilan yang mungkin tidak kita miliki sebelumnya. Ketika kita dihadapkan pada situasi sulit, kita didorong untuk mencari solusi kreatif, meningkatkan ketahanan diri, dan belajar dari pengalaman tersebut. Saudara-saudara, bagaimana kita menghadapi tantangan juga bisa menjadi kesaksian yang kuat bagi orang lain. Ketika orang-orang di sekitar kita melihat bagaimana kita tetap tenang, percaya, dan teguh dalam iman di tengah kesulitan, mereka dapat terinspirasi dan tertarik untuk mengetahui sumber kekuatan kita. Sama seperti penduduk Malta yang melihat kuasa Tuhan melalui Paulus, orang lain bisa melihat kasih dan kuasa Tuhan melalui cara kita mengatasi tantangan. A M I N.