Nas : Amsal 17:17
Usul Doding : Hal. No. 503:1-2
Tema : Kasih Seorang Sahabat
YESUS SAHABAT YANG SEJATI!
Tim Penulis
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus, kitab Amsal adalah salah satu kitab yang termasuk ke dalam kategori kitab hikmat. Kitab ini berisi tentang kumpulan ajaran yang ditujukan untuk memberikan petunjuk hidup yang bijaksana. Pasal 17 Kitab Amsal berisi tentang ajaran yang sangat berkaitan dengan aspek kehidupan, yaitu pentingnya hidup damai dan menghindari perselisihan. Lebih baik memiliki sedikit teman tetapi hidup dalam ketentraman dari pada memiliki banyak teman tetapi hidup dalam perselisihan. Inilah yang ingin disampaikan penulis kitab ini kepada kita. Pasal ini juga menekankan pentingnya memiliki akal budi dan bijaksana dalam menghadapi situasi kehidupan. Orang yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu dan akan mendapat bagian warisan dari antara saudaranya. Artinya, orang yang berakal budi dapaat mengkontrol orang yang membuat malu, karena dia tau harus bagaimana bersikap dalam kehidupannya. Pasal ini juga mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih teman dan menghindari bergaul dengan orang jahat dan pendusta. Bukan berarti kita tertutup terhadap orang lain, tapi hendaknya kita tidak ikut meniru perbuatan orang jahat dan pendusta. Amsal 17 ini ditujukan oleh penulisnya kepada semua orang, khususnya kaum muda untuk membimbing mereka dalam menjalani kehidupan yang benar dan bijaksana. Masa muda adalah masa dimana keputusan kita hari ini mempengaruhi kehidupan kita dimasa tua. Kotbah kita hari ini mengajak kita untuk menjadi sahabat yang baik bagi orang lain.
Hampir setiap orang memiliki sahabat di dalam hidupnya. Orang terdekat yang kita cari ketika kita sedang dalam masalah adalah sahabat. Sahabat adalah orang yang selalu ada dalam sukacita dan dukacita kita. Sahabat adalah teman yang sangat dekat dan memiliki hubungan yang erat. Sahabat yang baik adalah orang yang saling percaya, jujur, dan memahami satu sama lain. Sahabat adalah tempat untuk berbagi cerita, curhatan, dan dukungan. Dukungan yang diberikan sahabat tidak hanya materi, tetapi juga waktu, emosional, bahkan pikiran. Dalam teks kotbah kita hari ini dikatakan, “seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesusahan”. Ayat ini menekankan pentingnya persahabatan sejati dan kasih sayang yang tahan lama terutama dalam kesulitan. Dikatakan dalam ayat ini bahwa sahabat-sahabat haruslah saling setia setiap waktu. Setia dalam persahabatan tidak memandang musim, tidak tergantung pada jatuh bangunnya keadaan. Jika tidak ada kesetiaan maka tidak ada persahabatan sejati. Jika persahabatan itu tulus, pasti ada kesetiaan. Jika persahabatan yang kita miliki penuh dengan kebijaksanaan, kehangatan, dan sopan, kita atap tetap memelihara persahabatan itu walaupun sahabat kita jatuh miskin, dihakimi, dijauhi, terkena musibah, atau kesulitan lain dalam hidupnya.
Di tengah kehidupan dunia ini, tidaklah mudah untuk menemukan sahabat. Mungkin kita pernah menemukan seseorang yang mengatakan bahwa dia mengasihi kita, tetapi meninggalkan kita disaat kita susah. Jangankan untuk mendukung kita, yang ada dia menjadi duri di dalam daging. Tidak mudah untuk menemukan orang yang mengasihi kita dengan tulus, dengan motivasi saling mendukung dan mengasihi. Lebih banyak orang mencari keuntungan pribadi dalam pertemanan.
Lihatlah bagaimana persahabatan Daud dan Yonatan. Yonatan menunjukkan kasih yang tulus kepada Daud dengan membagikan harta dan tahta kerajaannya keda Daud (1 Samuel 18:1-4). Dituliskan bahwa Yonatan mengasihi Daud seperti jiwanya sendiri. Dapat kita pahami bahwa Yonatan menempatkan diri sebagai Daud ketika Daud mengalami persoalan. Yohatan turut sedih ketika Daud sedih, dan turut bahagia ketika Daud bahagia. Bukti Yonatan mengasihi Daud diulang kembali dalam 1 Sam.18:3-4, bahwa Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud karena ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya dan memberikannya kepada Daud. Juga baju perangnya, pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya. Yonatan tidak perhitungan atau mengharapkan imbalan atas pemberiaannya itu, niat Yonatan tulus, didasari pada kasih tanpa pamrih. Ini adalah bukti persahabatan dengan motivasi saling mendukung dan mengasihi, agar nama Allah dimuliakan. Persahabatan Yonatan dan Daud menjadi teladan bagi namaposo saat ini dalam mendukung satu sama lain, meskipun kita ditawarkan dengan perhitungan-perhitungan duniawi yang menuntut balas.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Kristus Yesus, Siapakah sahabat sejati yang mengasihi kita tanpa memandang latar belakang kita? Masih adakah orang yang tulus berteman dengan kita, dengan motivasi mendukung kita? Ya, masih ada. Dia adalah Yesus, sahabat yang sejati. Dia sahabat tidak hanya ketika kita senang, Dia juga menjadi sahabat ketika kita susah. Dia ada dalam setiap musim hidup kita. Dia memeluk kita dalam luka kita, dia bahagia bersama kita dan mengajak kita untuk merasakan bahagia juga. Persahabatan yang didasarkan pada kasih, itulah yang diberikan Yesus kepada kita. Dia membuka tangan-Nya tanpa pandang bulu. Jadi siapapun yang datang kepada-Nya, percaya kepada-Nya akan menjadi sahabat-Nya. Apakah kita mau menjadi sahabat-Nya? Kasih yang menjadi dasar persahabatan dengan Yesus adalah kasih setiap waktu, kasih sayang yang konsisten dan tidak berubah. Dia tidak meninggalkan kita ketika dunia ini meninggalkan kita, bahkan sekalipun keluarga kita meninggalkan kita. Dia satu-satunya sahabat yang sejati dalam hidup orang percaya. Dia tidak membuat kita menjadi yang bukan diri kita. Dia menerima kita apa adanya. Dia adalah sahabat yang tidak akan mengkhianati kita. Yesus dapat dipercaya. Tidak hanya untuk memegang rahasia yang menurut kita adalah privasi, Dia juga dapat diandalkan untuk menolong kita dalam situasi yang sulit. Dia selau punya cara membuat kita menjadi pemenang dalam setiap perkara kita. Saat tak seorangpun dapat menolong kita, Dia membuka jalan bagi kita. Dia adalah sahabat yang setia, dan tidak ada yang seperti Dia di dunia ini.
Dalam kehidupan kita sebagai namaposo Kristen, mungkin kita sering dikecewakan oleh teman-teman kita. Di dunia sekolah, di perkuliahan, di dunia kerja, tidak menutup kemungkinan kita akan mengalami rasa sakit hati, bahkan dari orang terdekat kita sekalipun. Tindakan orang lain terhadap kita tidak dapat kita kontrol, karena itu diluar kemampuan kita. Yang dapat kita lakukan adalah mengontrol tindakan kita dan menjaga hati kita agar kebaikan yang ada dalam hati kita tidak luntur karena perbuatan orang lain. Mari mencerminkan kebaikan setiap saat. Kasih Yesus sebagai seorang sahabat menjadi kekuatan bagi kita untuk mengampuni orang lain. Kita sudah dikasihi oleh Yesus, maka mari menabur kasih kepada semua orang. Sebagai orang yang sudah dikasihi Yesus, hendaknya kita mampu menjadi sahabat bagi orang lain. Sahabat yang dapat dipercaya. Sahabat yang mengasihi tanpa pamrih. Sahabat yang memanusiakan manusia. Sahabat yang setia dan tidak pilih bulu. Marilah mendukung orang dalam kesulitan, bukan meninggalkannya dan menjadi salah satu orang yang menghasut orang lain untuk membenci juga.
Saudara-saudari, pernahkah kita mengalami kecewa karena orang yang kita percaya tidak dapat menjaga kepercayaan yang kita berikan? Ketika kita berbagi cerita tentang kehidupan pribadi kita kepada seseorang, tanpa rasa bersalah dia menyebarkan cerita kita kepada orang lain. Apa yang kita terima? Kecewa. Ya, hati kita akan terluka. Ketika kita tahu rasanya terluka karena dikecewakan, mari menjadi sahabat yang dapat dipercaya. Jagalah privasi orang yang sudah mempercayakannya kepada kita. Karena ketika kita sudah mengecewakan orang lain perihal kepercayaan, akan sulit mengembalikannya. Dalam teks kotbah kita ini dikatakan bahwa seorang sahabat yang sejati akan menjadi saudara dalam kesusahan. Saudara berarti adanya hubungan emosional yang dekat. Saudara adalah orang yang memiliki ikatan dengan kita. Sahabat yang sejati, meskipun tidak dilahirkan dari rahim yang sama dengan kita, tetapi dia akan menjadi saudara dalam kesusahan. Seorang sahabat sejati akan menangis saat kita mengalami kesedihan. Seorang sahabat sejati akan bahagia dalam kebahagiaan kita. Bukan sebaliknya, akan sedih dalam kebahagiaan kita dan akan bahagia dalam kesedihan kita.
Melalui khotbah kita hari ini, kita diajak untuk menjadi sahabat sejati, seperti Yesus yang menjadi sahabat bagi kita. Yesus adalah teladan untuk kita. Mari menerima Yesus dalam hidup kita, agar kita memiliki kemampuan untuk menjadi sahabat bagi orang lain. Persahabatan namaposo Kristen didasari dengan kasih, bukan kepentingan pribadi. Persahabatan namaposo Kristen tidak menuntut balasan, tetapi motivasinya adalah memberi dan saling memperhatikan. Sebagai manusia kita terlepas dari kesalahan yang mungkin akan menyakiti orang lain. Sama halnya dengan orang lain, yang pasti memiliki potensi untuk menyakiti kita. Dalam persahabatan, kita perlu menghidupi pengampunan satu sama lain. Janganlah kita hanya menuntut orang lain mengampuni kita, tetapi kita tidak mengampuni orang lain. Hiduplah dalam pimpinan Roh Kudus. Persahabatan yang baik akan memperkuat iman dan kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidup kita. Kristuslah yang menjadi pusat persahabatan namaposo Kristen, bukan diri sendiri. dalam sukacita yang kita terima, biarlah nama Tuhan yang ditinggikan dan kita direndahkan. Persahabatan yang sehat tidak membuat kita jauh dari Tuhan, dan tidak mengajak orang lain menjauhi Tuhan termasuk perkumpulan orang percaya.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Kristus, tipe sahabat yang bagaimanakah kita? Apakah kita termasuk sahabat yang egois, yang menuntut untuk dimengerti tanpa mau mengerti orang lain? Apakah kita sahabat yang perhitungan waktu dan materi kepada orang lain? Apakah kita sahabat yang mengharapkan imbalan atas perbuatan baik yang kita berikan kepada orang lain? Atau sebaliknya. Apakah kita sudah menjadi sahabat yang setia dalam kesusahan dan kebahagiaan yang dirasakan sahabat kita? Sudahkah kita menjadi orang yang dapat dipercaya? Sudahkah kita dengan tulus hati berlandaskan kasih menjalin persahabatan? Memang bukanlah hal yang mudah menjadi seorang sahabat. Pilihan ada pada kita. Dalam persahabatan, kita akan menghadapi tantangan, apalagi ditengah kesibukan aktivitas kita. Bukanlah hal yang mudah untuk menjadi sahabat yang baik bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan hati yang saling memahami dan saling menerima sehingga kesibukan bukan menjadi alasan untuk menuntut orang lain diluar kemampuan dan waktu yang dimilikinya. Persahabatan Kristen adalah anugerah yang berharga dari Allah. Dengan membangun persahabatan yang sejati, kita dapat mengalami kasih Kristus. Mari menjaga dan memperkuat persahabatan kita dengan Kristus. (hks/bgs)
