Sai songon hayu dear ho ramos parbuahniin.
Bulung ni pe tabun homa usihi ma sonin.
“Mereka tidak lagi menajiskan dirinya dengan berhala-berhalanya atau dewa-dewa mereka yang menjijikkan atau dengan semua pelanggaran mereka. Tetapi Aku akan melepaskan mereka dari segala penyelewengan mereka, dengan mana mereka berbuat dosa, dan mentahirkan mereka, sehingga mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahnya.” (Yehezkiel 37:23)
Konteks dari pasal 33-48 adalah saat bangsa itu masih di dalam pembuangan. Di situ disampaikan tentang masa depan pemulihan umat Allah di tanah yang dijanjikan. Di tanah yang dijanjikan itulah dinubuatkan bahwa bangsa itu tidak akan menajiskan dirinya lagi dengan berhala-berhalanya. Hanya Tuhan yang menjadi pusat pemujaan umat Israel. Tuhan yang satu-satunya inilah yang melepaskan dan mentahirkan mereka. Menjadi umat Tuhan berarti menjadi milik Tuhan. Hanya Ia yang menjadi Allah, tidak ada yang lain. Konsep monoteisme ini harus dipegang dengan setia, untuk menghindari munculnya kesalahan serupa di dalam menyembah allah-allah lain.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
apakah sulit untuk menjadi setia? Apakah sulit untuk hanya mempercayai satu Tuhan saja, sehingga kita tidak menyembah kepada yang lain? Darimana datangnya kekudusan? Kekudusan itu muncul saat kita menjaga diri kita untuk tidak tercemar. Tercemar kepada apa? Tercemar kepada pasangan yang lain, pujaan yang lain, penyembahan yang lain. Saat kita melakukan pemujaan yang serupa kepada dua pihak yang berlainan, maka masihkah kekudusan kita dapat dipercayai? Tuhan kita adalah Tuhan yang setia, yang tidak pernah meninggalkan kita, bahkan Ia melepaskan dan mentahirkan kita. Ia selalu menolong dan menopang kita. Bagi kita, Ia telah melakukan segala-galanya, termasuk menebus dosa kita melalui kematian Anak-Nya, Yesus Kristus. Inilah yang menjadi ketetapan di dalam hati kita, bahwa kita adalah milikNya dan Ia adalah Allah kita. Amin.
Sai sorapkon bai uhurhu TonduyMu Napansing in.
RumahMu baen Ham uhurhu sai iankon Ham ma in.
Hatuahon in, malas uhurhin,
ai bulat do hugalangkon ganup diringkon.
Kantor Sinode GKPS