
- Doding: Haleluya No. 337:1-2
Husombah Ham Tuhan tangihon au,
sai uhur-Mu Tuhan pasaud Ham.
Sai lambin tambah ma, holongku hu Bamu,
sai tambah ma, holong Bamu.
Sanggah na kahou au, daoh hun Bamu,
sai ipindahi Ham, jumpah Ham au.
Halani in holong, do uhurhon Bamu,
sai tambah ma, holong Bamu.
- Tonggo
- Ayat Harian
“anjaha maling do sorani mangkatahon: “Habiari nasiam ma Naibata anjaha pasangap ma Ia, ai domma jumpah panorang ni panguhumon-Ni! Sombah nasiam ma Ia, Sitompa langit pakon tanoh pakon laut pakon sagala bah tubuh!” (Pangungkabon 14:7)
“dan ia berseru dengan suara nyaring: ”Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.” (Wahyu 14:7)
- Renungan: Sembahlah Tuhan
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan,
kitab Wahyu mempunyai latar belakang penulisan saat rasul Yohanes, yang dikenal sebagai penulis kitab ini, berada di pulau Patmos (Wahyu 1:9). Secara keseluruhan kitab ini berisi penglihatan/nubuatan apokaliptik tentang akhir zaman, penghakiman Allah, kemenangan orang percaya, dan pemerintahan Yesus Kristus, dan ditujukan kepada tujuh jemaat/gereja di Asia Kecil, yaitu: Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Lalu apa yang menjadi tujuan penulisan nubuatan ini? Untuk meneguhkan, menghibur, serta menguatkan jemaat-jemaat Kristen yang sedang mengalami penganiayaan dan tekanan di bawah pemerintahan Romawi yang agaknya membutuhkan sebuah penguatan dan peneguhan. Maka untuk itulah Yohanes menuliskan penglihatannya, sehingga jemaat tersebut merasakan peneguhan dan menjadi bertahan di dalam iman mereka.
Jemaat Tuhan,
lalu apa yang menjadi pesan dari nas kita hari ini? Bahwa pasal 14 merupakan sebuah nubuatan yang menggambarkan tiga malaikat dan pekabaran injil, yaitu tiga malaikat yang membawa pesan penting kepada tujuh jemaat tersebut, dan ayat 7 adalah bagian dari pekabaran malaikat pertama, yang menyerukan kepada semua manusia untuk bertobat dan menyembah Allah sebagai Pencipta, karena penghakiman-Nya sudah dekat. Seruan ini menekankan pentingnya kembali kepada Allah sebelum datangnya penghakiman. Lalu apa yang dilakukan sebagai wujud kembali kepada Allah? Nas ini menekankan 3 hal yang perlu dilakukan, yaitu: takutlah akan Allah, memuliakan Dia, dan menyembahNya. Apa artinya takut akan Allah? Sikap takut akan Tuhan adalah sikap yang menggambarkan rasa hormat, tunduk, dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya (Amsal 9:10). Mengapa harus takut akan Allah? Karena Dia adalah Hakim yang adil. Penghakiman Allah akan segera terjadi, dan setiap perbuatan kita akan diperhitungkan. Rasa takut itu mendorong umat percaya memuliakan-Nya. Memuliakan Allah dalam hidup dengan kekudusan, yang dipancarkan melalui perkataan dan perbuatan kita (Kol. 3:17). Bahwa Dia adalah Allah Pencipta segalanya, maka kepada-Nyalah hendaknya kita menyatakan kemuliaan, karena hanya Dia yang layak menerima kemuliaan. Dan dengan memuliakan-Nya maka kita juga menyembah-Nya. Allah yang menjadikan langit dan bumi adalah Allah yang layak untuk disembah. Menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran dan dengan memberikan hidup kita seutuhnya kepada Allah. Ketiga hal ini yang sepatutnya dilakukan oleh orang percaya dalam segenap kehidupannya, bahkan kepada jemaat yang saat itu hidup di bawah tekanan untuk mempertahankan imannya kepada Allah. Sikap takut, memuliakan dan menyembah-Nya adalah sikap yang bahkan sampai hari ini menjadi hal-hal yang prinsipil dalam kehidupan umat percaya. Karena nas ini juga menyatakan bahwa hari penghakiman akan tiba, dan ini adalah sebuah pesan bahwa pada saatnya setiap orang akan dihakimi menurut perbuatannya (Wahyu 22:12-13).
Jemaat yang dikasih Tuhan,
tentu nas ini bukan hanya untuk jemaat yang berada di Asia Kecil, yang hidup dalam ketertekanan, karena sejatinya nas ini juga untuk kita hari ini, yang mengingatkan kembali akan hal-hal yang prinsipil yang semestinya kita lakukan di dalam kehidupan kita. Bahwa sebagai umat percaya, maka adalah perlu untuk hidup dalam ketundukan, ketaatan dan hormat kepada Allah, karena hanya Dialah Allah sejati yang menjadikan langit dan bumi, dan kepada-Nya kita tujukan kemuliaan dan penyembahan kita. Itu artinya, melalui nas ini sangat diharapkan konsistensi dan militansi iman kita kepada-Nya. Memutuskan untuk menjadi orang percaya dan pengikut-Nya, berarti menjadikan-Nya sebagai satu-satunya sosok yang kita taati, hormati, muliakan, dan sembah. Melalui apa? Melalui sikap dan perbuatan kita, sehingga itu menjadi sebuah gambaran keimanan kita yang hanya menyembah-Nya. Amin.
- Doding: Haleluya No. 116:1+4
Na monang in do da use mangankon buah ni hayu hagoluhan in.
Lang boi be idahonni hamagouan ‘ge hamateian paduahon in.
Ai Naibatani hatundalanni mambaen langkahni tongtong torang.
Mambaen langkahni tongtong torang.
Na monang in mangidah pambahenan-Ku, in ma na marmahani bangsa in;
Ai huondoskon deba kuasang-Ku, bai tangan ni ganup na monang in;
Sai ropukon-Ni ijin imbang-Ni, patundukon-Ni do munsuhkin.
Patundukon-Ni do munsuhkin.
- Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Kantor Sinode GKPS