
Pimpinan Sinode GKPS berfoto bersama dengan Tim JPIC UEM di Taman J-120 Injil di Simalungun, kompleks kantor Sinode GKPS. (Foto: Pdt. Immanuel C. Sitio)
Pdt. Prof. Dr. Jean-Bosco Kambale Kahongya (Advocacy Consultant Africa), Sabine Hübner (Administrative Assistant) serta Irma Simanjuntak (Advocacy Consultant Asia) dari Tim JPIC (Justice, Peace, Integrity of Creation) UEM berkunjung ke kantor Sinode GKPS, di Jl. Pdt. J. Wismar Saragih 23, Pematang Siantar pada Sabtu (25/11/23) pagi, dan disambut langsung oleh Pimpinan Sinode GKPS Pdt. Dr. Deddy Fajar Purba (Ephorus) dan Pdt. Dr. Paul Ulrich Munthe (Sekjend) di ruang rapat kantor Sinode GKPS.
Turut hadir juga Pdt. John Christian Saragih (Kepala Departemen Persekutuan), Pdt. Dr. Jenny R. Purba (Kepala Departemen Pelayanan), Pdt. Hotmaida U. Malau, Pdt. Immanuel C. Sitio, dan Dr. Mariah S. M. Purba (LBH Zaitun GKPS).
Pertemuan berlangsung dengan hangat ini diisi dengan membicarakan banyak hal khususnya tentang program JPIC di GKPS dan UEM.
Pimpinan Sinode GKPS menjelaskan bahwa GKPS tetap aktif dalam melakukan pendampingan-pendampingan di tengah-tengah pergumulan masyarakat, khususnya di Siantar-Simalungun, antara lain: pendampingan kepada masyarakat di sekitar perkebunan teh Sidamanik yang direncanakan akan dikonversi menjadi kebun kelapa sawit; pendampingan kepada masyarakat di sekitar hutan Tambun Raya dimana perusahaan yang memproduksi sumber daya alam (SDA) di sekitar Tambun Raya membuat ekosistem di sekitar hutan menjadi terganggu, karena hewan (monyet) bermigrasi ke desa-desa dan merusak tanaman penduduk; serta pendampingan kepada buruh di Batam yang diadakan dalam bentuk dukungan doa dan sosialisasi tentang dampak narkoba.
Menanggapi hal tersebut, Pdt. Kambale Kahongya pun berbagi pengalaman pelayanannya di Afrika. Ia menuturkan bahwasanya di wilayah Afrika, khususnya di negara Kongo dan Rwanda, terjadi juga dampak negatif dari beberapa tanaman, khususnya kelapa sawit. Dalam rentang tahun 2000-2015, terjadi peningkatan temperatur sebesar 1,3o celcius. Tidak hanya itu, populasi nyamuk dan kasus malaria juga meningkat di sana.
Sabine Hübner pun ikut berbagi informasi terkait situasi alam di Jerman. Dalam pertemuan tersebut Sabine menerangkan bahwa baru-baru ini di Jerman ada banyak pohon-pohon di hutan menjadi rusak diakibatkan spesies hewan yang berhabitat di pohon tersebut.
Menanggapi beberapa isu yang sedang terjadi di Sumatera Utara dan Afrika khususnya, Irma Simanjuntak berpendapat bahwa permasalahan yang sedang dihadapi bukanlah tentang replanting, melainkan tentang regulasi dari pemerintah yang mengizinkan penggunaan lahan untuk penanaman tanaman jenis tertentu, khususnya kelapa sawit.
Selain isu lingkungan, GKPS pun menaruh perhatian pelayanan kepada warga jemaat dan masyarakat yang berkebutuhan khusus, dengan membentuk unit pelayanan RBM (Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat) GKPS. Selain itu dalam ibadah dan perayaan Jubileum 120 Injil di Simalungun, GKPS mengadakan Jambore Inklusi di bulan Juni 2023 serta memberlakukan kurikulum katekisasi sidi bagi warga jemaat dengan kebutuhan khusus.
Pimpinan Sinode GKPS menyadari walau GKPS telah bergerak melalui RBM, namun masih banyak orang dengan kebutuhan khusus yang belum “disentuh” oleh gereja.
Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam ini diakhiri dengan pemberian cendera mata dari Pimpinan Sinode GKPS kepada tim JPIC UEM serta berfoto bersama. (bgs/khs)
Pewarta: Pdt. Immanuel C. Sitio, M.Th