
- Doding: Haleluya No. 18:1-2
Hata-Mu ale Tuhanku, arta siharganan ai.
Sai palongkot bai uhurhu, ulang lang hujolom ai.
Anggo seng be sijoloman Hata na madear ai,
aha ma na baen onjolan ni haporsayaonkin.
Ale Jesus sai kawahkon, sai parorot Ham au on.
‘Se totap haporsayaon mangiankon uhurhon.
Sai paringgas Ham uhurhu, manangihon Hata ai.
Sai horahan bai podah-Mu, songon si Maria ai.
- Tonggo
- Ayat Harian
“Dob ai masuk ma Jesus hu rumah panumbahan ai, jadi iusir ma hunjai siparjualan. Nini ma hubani sidea, “Tarsurat do, rumah partonggoan do rumah-Ku, hape liang ni panamum do in ibahen nasiam.” (Lukas 19:45-46)
“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: ”Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Lukas 19:45-46)
- Renungan: Bait Allah adalah Tempat Berdoa
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
dari beberapa bagian di dalam rumah kita, ruangan mana yang paling kita sukai? Bisa jadi, sebagian besar dari kita menjawab bahwa ruangan yang paling kita sukai adalah ruang tidur. Kenapa ruang tidur? Ada banyak alasan, antara lain: di situlah kita bisa beristirahat atau tidur; di situlah kita bisa merasakan kenyamanan atas privasi kita; di situlah kita bisa bertahan berlama-lama; dan lain sebagainya. Sebagai sebuah ruangan yang menjadi kesukaan kita, maka kita akan menjaga ruang tidur tersebut agar senantiasa menjadi ruangan yang membuat kita nyaman dan aman. Bahkan bukan tidak mungkin, ruang tidur inilah yang menjadi satu-satunya ruangan di dalam rumah kita yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Kita tidak mau jika kenyamanan kita terusik karena kedatangan orang lain. Kita juga tidak mau kebersihan ruang tidur kita menjadi bermasalah karena banyak orang keluar dan masuk dari dan ke dalamnya. Kita begitu menjaga keberadaan ruang tidur kita.
Bagi Tuhan Yesus, Bait Allah adalah ruang pertemuan antara umat dan Allah. Bait Allah itu adalah ruang pribadi Allah, sekaligus juga ruang pribadi umat. Orang-orang berdoa di dalamnya. Namun tidak hanya berdoa, orang-orang juga membawa persembahan kepada Tuhannya ke Bait Allah tersebut. Tapi, niat untuk membawa persembahan ternyata menjadi lebih besar dibandingkan niat untuk bertemu dan berdoa kepada Tuhan. Maka, segala keperluan untuk mempersiapkan persembahan menjadi lebih diperhatikan daripada keperluan untuk berdoa. Itulah mengapa, pihak yang paling jeli dan peka di dalam memanfaatkan situasi itu adalah pedagang. Di saat kehadiran umat disambut dengan antusias oleh pedagang, maka niat awal untuk berdoa kepada Tuhan pun menjadi bergeser, apalagi di saat ditawari berbagai dagangan yang bisa dijadikan persembahan kepada Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan Yesus menyadarkan umat dan pedagang di situ tentang tujuan sesungguhnya datang ke Bait Allah, yaitu untuk berdoa, bukan untuk bertukar mata uang. Sangkin banyaknya mata uang yang beredar di situ, kehadiran pihak lain pun menjadi terasa, yaitu penyamun. Penyamun adalah perampok atau perampas. Maka, berlakukan peribahasa, ada gula ada semut. Di mana terdapat transaksi uang yang tinggi, di situ jugalah hadir para penyamun. Itulah mengapa kehadiran umat menjadi terganggu untuk berdoa kepada Tuhannya. Dengan demikian, marilah kita konsisten atas tujuan kedatangan kita kepada Tuhan, sekalipun ada begitu banyak godaan di sekitar yang bisa membuat perhatian kita kepadaNya bergeser. Amin.
- Doding: Haleluya No. 306:1-2
Huhamegahkon do in tongtong: Jesus Tuhanku rupeihu tongon;
Au parsimada tinobus-Nin na pinabayu ni Tonduy in.
Marmegah-megah mandoding au, mamuji Jesus parholong in.
Marmegah-megah mandoding au, mamuji Jesus parholong in.
Ondos ganupan na dear in, pasu-pasu-Ni na manggoki au.
Songon doding ni malekat in, holong mamitah rap pakon au.
Marmegah-megah mandoding au, mamuji Jesus parholong in.
Marmegah-megah mandoding au, mamuji Jesus parholong in.
- Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Kantor Sinode GKPS