
Renungan Mingguan Namaposo GKPS, Minggu/ 11 Mei 2025 (Jubilate)
Nas : Roma 12 : 12 – 15
Usul Doding : Hal. No. 204 : 1 – 2
Tema : Bersukacita Dalam Pengharapan
Tujuan : Agar Namaposo Giat Bekerja Dengan Sukacita dan Berpengharapan
PEDULI DAN BEREMPATI
Shalom saudara-saudari di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di zaman yang semakin individualis ini, kepedulian akan orang lain semakin minim dan justru hal sebaliknya semakin banyak terjadi. Banyak orang berlomba-lomba memacu diri untuk mencapai prestasi dan mendapatkan pengakuan untuk diri sendiri. Entah itu dalam dunia karir/perkerjaan, usaha/bisnis, bahkan terjadi pula dalam pelayanan (gereja). Menimbulkan, jemaat menjadi yang peduli, baik sebagai gereja maupun pribadi adalah harga mati!. Demikian yang terjadi ditengah-tengah jemaat yang berada di Roma. Kitab Roma adalah salah satu surat yang di tulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Dalam konteks budaya dan literatur, Roma pada saat itu adalah ibu kota Kekaisaran Romawi yang multikultural. Jemaat di Roma terdiri dari orang-orang Yahudi dan non-Yahudi, sehingga Paulus memberikan pengajaran yang relevan bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang budaya atau etnis mereka. Dan pada masa pemerintahan Kaisar Nero di Roma, di mana umat Kristen mengalami penganiayaan dan tidak ada rasa peduli serta empati antara satu dengan yang lainnya. Dalam pasal 12, Paulus mengajak jemaat untuk hidup sebagai persembahan yang hidup bagi Allah. Ia menekankan pentingnya mengubah pola pikir dan hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Paulus juga memberikan petunjuk praktis mengenai bagaimana hidup dalam kasih, menghormati sesama, dan mengatasi kejahatan dengan kebaikan. Pada pasal sebelumnya, Paulus menjelaskan mengenai dosa dan kebutuhan akan keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus. Paulus juga membahas tentang pentingnya hidup dalam Roh Kudus dan mengenai pengharapan yang ada dalam Kristus. Secara teologis, pasal 12 ini menekankan pentingnya transformasi hidup yang terjadi melalui pertobatan dan iman kepada Kristus. Paulus mengajak jemaat untuk hidup sebagai orang percaya yang taat dan mengasihi sesama, sebagai wujud syukur kepada Allah atas kasih dan anugerah-Nya.
- Bersukacita, Sabar dan Bertekun Dalam Doa
Memperlakukan rekan seiman dan orang lain dengan penuh kasih, hal inilah nasihat yang disampaikan oleh Paulus agar orang Kristen bersukacita, sabar dan bertekun. Sebab nikmat Tuhan selalu dilimpahkan kepada setiap orang percaya. Apa yang menjadi tujuan Rasul Paulus menyampaikan hal ini, ialah untuk menunjukkan Iman yang berkualitas. Apa yang dimaksud dengan iman yang berkualitas? Ialah iman yang memiliki nilai, iman yang memiliki bobot, iman yang sudah teruji. Iman yang memiliki kualitas yang baik. Hari-hari ini, banyak hal yang membuat kita terkejut, tercengang, dan kaget. Ditengah-tengah segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita, terkadang menguji kita akan mampu atau sanggup menghadapi ujian. Oleh karena itu, menimbulkan pertanyaan bagaimana agar memiliki Iman yang berkualitas? Firman Tuhan pada ayat 12 memberikan jawaban. Pertama, Bersukacitalah Dalam Pengharapan. Bersukacita bukan hanya sekedar bersukacita, dalam bahasa Yunani di katakan “Cairontes” memiliki arti “bergembira, bersenang, suasana hati yang diekspresikan melalui seluruh tubuh” demikianlah yang dikatakan bersukacitalah. Apa alasan dapat bersukacita? Karena ada harapan yang Tuhan janjikan. Manusia tidak lagi berfokus pada masalah, rintangan, problem-problem yang dihadapi, melainkan berfokus kepada Tuhan. Yeremia 29:11 berkata “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” bersukacita karena ada harapan yang Tuhan sediakan. Kedua, Sabarlah di dalam Kesesakan. Kata sabarlah bukan hanya sekedar sabar yang pasif melainkan sabar yang aktif. Apa maksudnya? Dalam bahasa Yunani dikatakan “Hupomenontes” artinya “memikul/menahan, tetap bertekun, bertahan dengan berani, berdiri teguh dan sikap menahan emosi” dalam artian bertahan dalam segala situasi kehidupan, mampu mengendalikan diri dalam segala situasi. Pada 1 Korintus 10:13 dikatakan “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu” menunjukkan mampu bertahan dalam kesesakan, mampu mengendalikan diri, mampu menahan diri di dunia ini. Ketiga, Bertekunlah di dalam Doa. Bertekun adalah tindakan yang tidak dapat berhenti dalam artian terus menerus dilakukan dan tidak akan berhenti dan merupakan tindakan yang berkesinambungan. Berdoa tidak dapat dibatasi oleh situasi dan kondisi. Berdoa juga tidak memiliki syarat, memohon pertolongan kepada Tuhan sebab Ia mengetahui kehidupan kita. Terus menerus berserah kepada Tuhan.
- Menunjukkan Keramahan dan Kebaikan Kepada Sesama
Manusia sebagai makhluk sosial tentu membutuhkan orang lain dalam kehidupan ini. tak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri. Sebagai makhluk sosial, saat melihat orang berkekurangan di sekitar kita, akan ada empati dan kepedulian yang kita tunjukkan dengan memberikan bantuan kepada orang tersebut. Demikian halnya nasihat yang di sampaikan oleh Apostel Paulus, pada ayat ke-13 ia menunjukkan bagaimana pentingnya hidup di dalam kasih persaudaraan dan di dalam kasih dari Yesus Kristus. Melihat situasi yang terjadi pada jemaat di Roma, yaitu menghadapi tekanan dari Pemerintah Romawi. Namun Paulus meminta jemaat untuk membantu orang-orang kudus yang berkekurangan dan berusaha untuk selalu memberi tumpangan secara tulus dengan meneladani kasih Yesus Kristus. Karena orang-orang kudus mengabdikan hidup mereka untuk Tuhan Allah dan kehidupan mereka ditopang dari pelayanan kerja mereka. Orang percaya yang diubahkan oleh pembaharuan pikiran, tidak dapat melihat saudara-saudara seiman yang menderita kekurangan, tetapi karena kasih Agape (Kasih yang daripada Allah) mereka tidak pura-pura, maka mereka akan membantu dalam kebutuhan orang-orang kudus. Paulus juga mengajak jemaat mengasihi musuh (ayat 14). Pada Matius 5:44 dikatakan “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” artinya orang Kristen tidak boleh membalas sesama dengan cara mengutuk musuh, melainkan tetap mengasihi dan mendoakan para penganiaya dan harus menjadi saluran berkat bagi orang lain termasuk orang yang menganiaya. Hal ini merupakan sikap yang sangat penting bagi kehidupan namaposo sebagai orang percaya. Di tengah-tengah masa muda, sering sekali pemusuhan dijunjung tinggi karena keegoan. Namun, firman Tuhan mengajak kita untuk membantu orang-orang yang berkekurangan, mendoakan dan memberikan apa yang ada pada kita. Sekecil apapun bantuan atau pertolongan yang kita berikan, sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkannya. Masa muda yang hidup di tengah-tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, namaposo juga agar tidak mendengarkan kata-kata kutuk maupun yang tidak membangun iman. Melainkan, ucapkanlah kata-kata berkat sehingga orang yang mendengar kata-kata yang kita ucapkan akan merasa terberkati dan imannya semakin kuat di dalam Yesus Kristus. Sehingga, melalui sikap-sikap tersebut, namaposo dapat mencerminkan kasih Kristus kepada dunia.
- Berbagi Sukacita dan Dukacita
Dua hal yang tidak dapat di pisahkan dengan manusia ialah menangis dan tertawa. Saat menangis menandakan bahwa hati tidak sedang baik-baik saja, sebagai bentuk ungkapan rasa sakit, sedih, kecewa, takut, dan lain sebagainya. Menangis juga bisa menjadi sinyal kepada orang lain bahwa kita sedang membutuhkan bantuan. Sedangkan tertawa merupakan ekspresi menunjukkan perasaan bahagia, senang, gembira, bersukacita dan bentuk pelepasan akan beban hidup. Kedua perasaan ini adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan hidup manusia. Acap kali, manusia mengecap kedua hal ini secara berganti-ganti. Hari ini dapat tertawa, lusa dapat menangis. Demikian sebaliknya, hari ini dapat menangis dan esok dapat tertawa, mungkin saja setelahnya akan mendapat kepiluan atau kepedihan. Dua situasi yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia dan tidak juga dapat dipisahkan dari perasaan manusia. Demikian halnya dengan firman Tuhan yang disampaikan pada ayat ke-15, apa yang dimaksud bersukacitalah dengan orang yang bersukacita? Apa yang dimaksud dengan menangislah dengan orang yang menangis? Bagaimana caranya dapat berbagi sukacita terlebih dukacita? Apa yang harus kita lakukan ketika diperhadapkan dengan keadaan seperti itu? Hal ini menunjukkan bahwa menangis ataupun dukacita memerlukan yang dikatakan simpati dan empati dari orang lain. Terlebih saat menghadapi problematika yang sangat berat, perhatian dari orang lain sangatlah diperlukan. Memiliki belas kasihan dan pengertian, “Menangislah dengan orang yang menangis”, seperti ketiga sahabat Ayub menjenguk Ayub, mereka mengoyak jubah mereka serta menangis bersama-sama dengan Ayub (Ayub 2:11-13). Ketika Yesus pergi untuk menjenguk keluarga Lazarus, Ia pun menangis (Yohanes 11:35). Kehadiran dan kesediaan kita untuk mengerti perasaan dan situasi yang tengah berbeban berat, merupakan poin utama sebagai penguatan tersendiri. Dan aspek lain yang bisa kita lihat melalui firman Alllah adalah agar kita bisa dipercaya. Dipercaya untuk mengerti dan mendengar curahan hati dan batin orang yang sedang bersedih dan bisa menjadi orang yang dipercaya. Karena satu hal yang sulit bagi yang tengah bersedih ialah untuk berbagi perasaan dan kesesakan hati. Karena tidak sembarang orang dapat di percaya mendengarkan ungkapan isi hatinya. Dan mengapa kita juga perlu bersukacita? Menunjukkan bahwa dengan orang yang bersukacitapun kita ikut bersukacita. Mengarahkan bahwa menikmati suasana kegembiraan sebagai bagian kebersamaan. Kita tidak ingin mereka bersuka cita dalam kesendirian tanpa teman. Hal ini menunjukkan bagaimana sikap Solidaritas (Kesetia kawanan) terjalin satu dengan yang lainnya. Dalam ayat ini, Paulus mengajak untuk berbagi dalam segala keadaan, baik sukacita maupun kesedihan. Ini adalah panggilan untuk memiliki empati yang mendalam terhadap sesama. Merekatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup seorang diri saja, namun juga memerlukan orang lain di dalam kehidupan ini.
Saudara-saudara terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, melalui firman Tuhan ini,memberikan panduan praktis tentang bagaimana hidup sebagai orang Kristen di dunia. Firman ini menekankan pentingnya transformasi pribadi, kasih yang tulus, dan penyerahan kepada Tuhan Yesus Kristus. Melalui hidup yang sejalan dengan Roma 12:12-15, namaposo yang telah dibenarkan oleh karena anugerah dari Allah, oleh iman di dalam Kristus akan selalu menyerahkan diri kepada Allah. Namaposo hidup bukan hanya relasi dengan Kristus saja, tetapi dengan satu sama lain di dalam Kristus dan Namaposo sedang dipakai untuk melakukan segala kebaikan yang kita bisa lakukan satu sama lain dan bertindak bersama di dalam Kristus. Sehingga namaposo GKPS dapat menjadi terang bagi dunia dengan memberikan cahaya di tengah ke gelapan dan garam yang memberikan rasa bagi dunia, dan semua hanyalah untuk memuliakan Allah. Amin.