
Renungan Mingguan Seksi Namaposo GKPS, Minggu, 06 April 2025 (Judika)
Nas : Matius 17:22-23
Doding : Haleluya 266:1+3 “Sai Hutuju Hagoluhan”
Tema : Anak Manusia Akan Diserahkan ke Dalam Tangan Manusia
Tujuan : Agar namaposo dapat memahami Yesus yang menanggung banyak penderitaan untuk menanggung dosa manusia.
“Mengikuti Jejak Penderitaan Kristus”
Syalom saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus..
Dalam kehidupan kita, dalam perjalanan iman kita, banyak hal yang harus kita hadapi dan perjuangkan. Tidak jarang kita menghadapi situasi yang membuat kita merasa bingung, takut atau bahkan merasa dunia tidak adil. Di tengah-tengah kehidupan yang penuh tantangan, Yesus mengajarkan kita untuk menanggapi segala hal yang terjadi dalam hidup kita dengan sikap yang benar. Dalam bacaan kita hari ini, Yesus memberi gambaran tentang penderitaan yang akan Dia alami, yang pada saat itu tentunya sulit dipahami oleh para murid-Nya. Namun, melalui penderitaanNya, ada pesan yang sangat penting bagi kita, terutama bagi kaum muda yang sangat penting bagi kita, terutama bagi kaum muda yang tengah membangun iman dan karier hidup. Namaposo sahabat Tuhan Yesus, ingatlah beberapa hal tentang hal penderitaan.
Saudara-saudariku, yakinilah bahwa penderitaan adalah sebagai bagian jalan dari Tuhan. Dalam Matius 17:22-23, Yesus memberi tahu murid-murid-Nya tentang penderitaan yang akan Dia alami. Ini adalah berita yang sangat mengejutkan dan sulit diterima oleh mereka, karena mereka belum siap menghadapi kenyataan bahwa Sang Guru yang mereka cintai akan disiksa dan mati. Meskipun Yesus sudah sering memberi petunjuk tentang penderitaan-Nya, para murid tetap merasa terkejut dan sedih mendengar berita bahwa guru mereka akan mengalami penderitaan. Ayat ini memiliki konteks yang sangat penting dalam pemahaman kita tentang perjalanan Yesus Kristus dan panggilan kita sebagai pengikut-Nya. Ayat ini muncul setelah transfigurasi dimana Yesus dimuliakan di hadapan Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Pengalaman ini memberikan penguatan iman kepada para murid tentang identitas sejati Yesus sebagai Mesias. Setelah peristiwa transfigurasi yang penuh dengan kemuliaan, Yesus mulai berbicara tentang penderitaan yang akan Yesus alami. Yesus dengan jelas menubuatkan bahwa Ia akan diserahkan, dibunuh, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Nubuat ini mengacu pada kematianNya di kayu salib dan kebangkitanNya yang akan menakjubkan. Yesus dengan sengaja mengungkapkan dan menyatakan kepada para murid tentang penderitaan yang akan Ia alami dengan tujuan untuk mempersiapkan hati para murid. Penderita bukanlah suatu yang tak terduga, melainkan bagian dari rencana Allah untuk keselamatan umat manusia. Reaksi para murid yang sedih menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya memahami rencana Allah. Mereka masih memiliki ekspektasi yang keliru tentang Yesus sang Mesias Raja Damai yang datang, bagi mereka mesias itu adalah raja duniawi yang akan membebaskan bangsa Israel. Hal inilah yang mengejutkan bagi para murid ketika mendengarkan ungkapan dari Yesus yang akan menderita dan mati disalibkan. Ayat ini menggarisbawahi pentingnya salib dalam iman Kristen.
Penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib adalah puncak dari kasih Allah bagi kita umat manusia. Meskipun nubuat tentang penderitaan membuat para murid sedih, namun ada harapan yang besar dalam janji kebangkitanNya. Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan pintu gerbang menuju kehidupan yang kekal. Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus, sebagai pengikut Kristus, kita juga dipanggil untuk memikul salib kita masing-masing. Ini berarti siap menghadapi kesulitan, tantangan dan penderitaan dalam hidup. Yesus yang adalah teladan yang sempurna dalam menghadapi penderitaan. Dia tidak akan mengeluh atau memberontak, melainkan menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Bapa. Yesus juga memiliki harapan akan kebangkitan. Kematian bukanlah akhir, melainkan permulaan dari kehidupan yang baru bersama Kristus. Kita dipanggil untuk memberitakan injil tentang kasih dan pengorbanan Yesus kepada orang lain.
Sahabat muda, bagi kita yang hidup di zaman ini kita sering kali berharap hidup ini mudah dan bebas dari kesulitan. Kita menginginkan kenyamanan dan kesuksesan, tetapi Yesus mengingatkan kita bahwa penderitaan adalah bagian dari jalan kehidupan yang diizinkan oleh Tuhan. Tidak jarang kita merasa bingung atau bahkan kecewa saat menghadapi masalah, tetapi kita perlu mengingat bahwa penderitaan bukanlah akhir dari segalanya.Yesus sendiri menanggung penderitaan yang begitu besar demi keselamatan kita. Dalam hidup kita, meski ada saat-saat penderitaan, ada kekecewaan bahkan tantang yang besar terjadi dalam hidup kita. Tuhan mengizinkan itu terjadi agar kita semakin dekat denganNya, semakin matang dalam iman, dan semakin mengenal rencana-Nya yang lebih besar untuk hidup kita.
Saudara-saudari yang terkasih, percayalah bahwa dibalik penderitaan ada harapan baru.Setelah berbicara penderitaan-Nya, Yesus memberikan janji yang sangat penting : “Pada hari ketiga Ia akan bangkit.” Kebangkitan Yesus adalah inti dari iman kekristenan kita. Meskipun penderitaan dan kematian tampaknya menjadi akhir dari segalanya, kebangkitan Yesus membawa harapan baru. Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan bahwa hidup kita tidak berakhir dalam penderitaan. Sebagai kaum muda, kita sering kali merasa berada di titik yang sangat sulit dalam hidup dan dalam pergumulan dengan pendidikan, pekerjaan, hubungan, atau bahkan pencarian jati diri. Namun, kebangkitan Kristus memberi kita harapan bahwa dalam setiap perjuangan dan penderitaan yang kita alami, ada janji pemulihan, ada janji kemenangan, dan janji kehidupan yang lebih baik. Bagaimana respon kita terhadap penderitaan? Dalam ayat penutupan dari bacaan kita mengatakan, “maka sangat sedih hati mereka.” Reaksi para murid adalah reaksi manusiawi dan mereka sedih, bingung, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, reaksi ini juga mengajarkan kita bahwa kita tidak perlu merasa malu ketika kita merasa cemas dan takut di tengah penderitaan. Kita bisa datang kepada Tuhan dengan segala perasaan kita, seperti yang Yesus ajarkan. Namun, di sisi lain, Yesus juga mengajarkan kita untuk tetap fokus pada janjiNya. Penderitaan bukan lah sesuatu yang harus kita hindari, melainkan suatu proses yang memungkinkan kita untuk bertumbuh lebih dalam dalam iman dan pengharapan. Yesus tidak hanya memberi tahu kita tentang penderitaanNya, tetapi juga menunjukkan jalan menuju kemenangan.
Sebagai kaum muda, kita dipanggil untuk mengikuti jejak Kristus, tidak hanya dalam kemuliaanNya, tetapi juga dalam penderitaanNya. Mengikuti Kristus berarti siap untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup, namun dengan keyakinan bahwa pada akhirnya, Tuhan akan memberi kebangkitan, pemulihan, dan kemenangan.
Apakah kita siap mengikut Kristus dalam segala situasi, baik ketika hidup nyaman maupun ketika menghadapi penderitaan? Dalam setiap pergumulan hidup, apakah kita masih bisa melihat janji kebangkitan dan harapan baru yang Yesus bawa? Tentu setiap perjalanan hidup kita tak selamanya berjalan dengan mulus, bahkan penderitaan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, tetaplah ingat bahwa Tuhan Yesus selalu memperhatikan kehidupan kita.
Mengapa kita harus mengikuti jejak penderitaan Yesus?
- Karena Yesus adalah teladan sempurna dalam segala hal, termasuk dalam menghadapi penderitaan.
- Cinta Yesus yang tidak terhingga begitu besar, sehingga ia rela menderita dan mati bagi kita.
- JanjiNya tentang hidup kekal mengingatkan kita bahwa melalui penderitaan Kristus, kita mendapatkan hidup yang kekal.
Bagaimana cara kita mengikuti jejak Kristus?
- Kita harus mau menerima salib, menerima salib masing-masing dengan sukacita, karena di dalamnya terdapat berkat yang luarbiasa dan besar.
- Tetap berdoa, kita harus mendorong diri kita untuk selalu senantiasa berdoa dan meminta kekuatan hati dan kebijaksanaan kepada Tuhan.
- Mau bersekutu, kita harus tekankan dan tekadkan diri kita bahwa pentingnya bersekutu dengan sesama, saling percaya dan saling menguatkan satu sama yang lain.
- Mau melayani dengan sungguh, kita diajak untuk melayani sesama, terutama mereka yang sedang mengalami kesulitan, kepahitan dalam hidup, bahkan mereka yang sedang terluka. Agar melalui kehadiran kita yang mau melayani, sesama kita percaya akan kehadiran Tuhan Yesus yang tetap memberi kekuatan.
Matius 17:22-23 ini adalah ayat yang sangat penting dalam memahami iman Kristen. Ayat ini mengajarkan kita tentang penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus serta panggilan kita untuk mengikuti jejak-jejakNya dan teladanNya. Dengan merenungkan ayat ini, kita dapat semakin menghayati makna iman dan hidup kita sebagai pengikut Kristus. Kita akan semakin terbekali dengan penderitaan-penderitaan yang dialami Yesus. Karena penderitaan dan pergumulan yang kita alami tidak melebihi dari kekuatan kita dan Tuhan tau sampai dimana batas kemampuan kita. Penderitaan Yesus bukanlah akhir dari cerita, melainkan awal dari kemenangan-Nya atas maut. Ia mengajarkan kita bahwa melalui penderitaan, kita dapat mencapai kemuliaan. Ketika kita memilih untuk menjadi pengikut Yesus Kristus, kita secara tidak langsung juga memillih untuk ikut menanggung salib. Hal ini bukan berarti kita suka dan turut mencari penderitaan, tetapi melainkan juga siap untuk menerimanya jika itu menjadi bagian dari perjalanan iman kita. Pengorbanan Yesus adalah bentuk kasih yang paling agung. Ia menyerahkan nyawaNya bagi kita tanpa bayaran sekalipun. Sebagai pengikutNya, kita dipanggil untuk melakukan hal yang sama, yaitu mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain. Meskipun penderitaan itu pahit, kita harus ingat bahwa ada harapan dibalik penderitaan itu. Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Penderitaan dapat menjadi alat untuk membentuk karakter kita dan mendekatan diri kita kepada Tuhan. Melalui cobaan, iman kita semakin diperkuat dan kita menjadi lebih serupa dengan Kristus.
Setiap orang, setiap insan memilki pengalaman dan cerita kehidupan yang berbeda apalagi ketika mengalami dan menghadapi berbagai rintangan dan tantangan kehidupan. Seperti dalam lagu pujian rohani yang berjudul “Seperti Pelangi Sehabis Hujan” yang memiliki arti dan makna bahwa semua akan indah pada waktunya. Dibalik kesedihan akan ada hal yang indah.Namun, yang terpenting adalah kita masing-masing dapat menemukan makna pribadi dalam mengikuti jejak Kristus. Marilah kita terus memperkuat iman kita dengan melihat kepada Kristus yang telah terlebih dahulu mengalami penderitaan, tetapi juga bangkit untuk memberi kita hidup yang baru. Dalam setiap langkah, kita diingatkan bahwa penderitaan tidaklah sia-sia, karena di baliknya ada rencana-rencana Tuhan yang lebih besar dan luar biasa bagi hidup kita. Amin