
1. Doding: Haleluya No. 354:1-2
Humbai hurungan ni dousangkin, roh au Bamu, roh au Bamu.
Hu haluahon bai daroh-Mu Jesus, au roh Bamu.
Ganup uhurhu malum hape, gabe bayak ‘ge masombuh pe.
Humbai dousangku, roh au Bamu, Jesus au roh Bamu.
Maila au butak uhurhin roh au Bamu, roh au Bamu.
Gabe borsih ma ‘ge uhurhin, Jesus, au roh Bamu.
Humbai holsohku bai sonang-Mu, humbai doyukku bai damei-Mu.
Humbai horungku bai holong-Mu, Jesus, au roh Bamu.
2. Tonggo
3. Ayat harian: Jesaya 53:5
“Hape halani panlanggaronta do ia hona pantom, binahen ni hajahatonta do Ia ugahan. Tampei hu Bani do pinsang-pinsang parhiteian ni damei banta, anjaha binahen ni ugah-Ni malum iahap hita.”
“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”
4. Renungan
Jemaat yang terkasih, nabi Yesaya menyampaikan ayat ini sekitar tahun 700 sM, bagian dari nubuat tentang kedatangan Mesias. Pasal 53 ini memperkenalkan sosok “hamba yang menderita” sebagai representasi pedihnya penderitaan Mesias memikul dosa-dosa umat manusia dan membawa kesembuhan melalui penderitaan dan kematianNya. Gambaran pengurbanan Mesias menjadi jalan keselamatan, didasarkan pada kasih Allah yang besar, yang ingin mendamaikan diriNya yang kudus dengan manusia yang berdosa.
Nubuat yang disampaikan oleh Yesaya ini digenapi di dalam Perjanjian Baru melalui Yesus, Anak Allah, yang menderita tertikam, diremukkan, diganjar karena dosa dan pelanggaran manusia, oleh bilur-bilurNya manusia menjadi sembuh. Kematian dan kebangkitan Yesus menggenapi karya penebusan yang telah dinubuatkan oleh hamba yang menderita. Melalui pengurbanan-Nya, Dia menanggung beban dosa-dosa umat manusia, menyediakan jalan bagi manusia untuk diperdamaikan dengan Tuhan dan mengalami penyembuhan dan pemulihan. Penggenapan nubuat hamba yang menderita oleh Yesus menunjukkan kedalaman kasih Allah dan komitmen-Nya yang tak tergoyahkan untuk menebus ciptaan-Nya.
‘Bilur-bilur’ berarti ‘luka-luka’ goresan berbentuk garis-garis yang dalam sebagai dampak cambukan di punggung para tahanan yang tangan dan kakinya diikat, membuat mereka tidak berdaya. Frasa “oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh” merujuk pada hukuman yang diderita Yesus Kristus, yakni cambuk dan pukulan dengan tinju yang diikuti dengan kematianNya yang menyakitkan di kayu salib, untuk menanggung dosa semua orang yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Cambuk yang digunakan terbuat dari kulit yang dikepang, dengan pecahan tembikar dan batu-batu tajam yang ditempelkan di ujungnya, yang merobek-robek daging tahanan dengan setiap ayunan cambuk yang kejam. Ketika kita membayangkan bentuk hukuman fisik yang mengerikan dan tidak manusiawi ini, kita akan merasa ngeri. Namun, bukan hanya rasa sakit dan penderitaan fisik yang dialami Yesus. Dia juga harus mengalami penderitaan mental yang disebabkan oleh murka Bapa-Nya, yang menghukum Dia karena keberdosaan umat manusia, yakni dosa yang dilakukan meskipun Allah telah berulang kali memperingatkan, dosa yang dengan sukarela ditanggung oleh Yesus ke atas diri-Nya sendiri. Dia membayar harga untuk semua pelanggaran kita. Oleh sebab itu, rasul Petrus juga menyampaikan hal yang senada dengan ayat ini, “Dia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita mati untuk dosa dan hidup untuk kebenaran; oleh luka-luka-Nya kamu telah disembuhkan.” (1 Petrus 2:24).
Allah merencanakan keselamatan terhadap umatNya melalui Mesias, yang dinubuatkan akan mengalami penderitaan untuk keselamatan. Itu digenapi melalui kedatangan Tuhan Yesus Kristus, menggenapi nubuat ini. Sebagai orang percaya yang telah menerima keselamatan dari Tuhan tentu kita bersyukur atas karya penebusan Yesus yang telah menyelamatkan kita. Kita telah disembuhkan dari dosa dan kejahatan, untuk hidup dalam ketaatan melakukan perintah Tuhan di sepanjang kehidupan kita. Amin.
5. Doding: Haleluya No. 63:1-2
O Jesusku bai ugah-Mu, roh manombah uhurhon.
Sai tarpuji, sai tarpuji na pamalum uhurhon.
Bai naheiMu o Jesusku, solsolanku diringkon.
Tangisanku tinaron-Mu ibaen hajahatonkin.
6. Tonggo Ham Bapanami/Doa Bapa Kami
Kantor Sinode GKPS